tirto.id - Lembaga Pemeringkat Moody’s Investor Service memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 akan melambat di angka 4,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai ini di bawah pertumbuhan tahun 2019 yang berada di angka 5,02 persen. Perlambatan ini terjadi sebagai konsekuensi wabah virus Corona atau Covid-19.
Perlambatan ekonomi ini diperkirakan berlanjut di tahun 2021 meski dengan disertai sedikit penguatan. Pada tahun 2021, Moody’s memprediksi perekonomian Indonesia tumbuh 4,9 persen saja.
Perlambatan yang dialami Indonesia ini sejalan dengan tren tekanan yang dialami perekonomian global terutama bagi negara-negara G20. Dalam laporan outlook per 6 Maret 2020, Moody’s merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi negara G20 menjadi hanya 2,1 persen di 2020 atau 0,3 persen lebih rendah dari estimasi awal di kisaran 2,4 persen.
Revisi juga terjadi pada prediksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Cina yang keduanya turun dari 1,7 persen dan 5,2 persen menjadi 1,5 persen dan 4,8 persen. Moody’s berpendapat Ketakutan atas penularan (Corona) akan mengurangi aktivitas konsumsi dan bisnis.
Semakin lama waktu yang dibutuhkan bagi bisnis dan rumah tangga kembali ke aktivitas normal, lebih besar lagi dampak ekonominya. Mereka bahkan turut mencantumkan potensi resesi ekonomi yang bakal mengikutinya.
“Semakin lama wabah memengaruhi ekonomi, guncangan pada permintaan akan membentuk dinamika resesi. Penurunan konsumsi, penutupan bisnis, PHK, dan beban dalam sentimen,” bunyi laporan Moody’s yang diterima reporter Tirto, Minggu (8/3/2020).
Dalam laporannya Moody’s juga mencantumkan skenario andaikata perlambatan ini terjadi secara berkepanjangan dan berdampak lebih berat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi bisa menyentuh 4,5 persen untuk tahun 2020 dan 2021. Sementara itu pertumbuhan ekonomi negara G20 merosot di angka 1,4 persen di 2020.
Sejalan dengan Moody’s, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyampaikan prediksi serupa pada Rabu (26/2/2020). Ia menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 berpotensi di bawah 5 persen.
“Ini menggambarkan kewaspadaan cukup tinggi. Untuk Indonesia [setiap penurunan 1 persen pertumbuhan ekonomi Cina] pengaruhnya 0,3 sampai 0,6 persen berarti [pertumbuhan Indonesia] bisa jadi 5 sampai 4,7 persen dari PDB kita,” ucap Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (26/2/2020).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti