tirto.id - Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Arya Sinulingga mengimbau kepada pemilik mobil mewah untuk tidak menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite. Sebab BBM jenis tersebut, merupakan bahan bakar yang disubsidi langsung oleh pemerintah.
“Harusnya orang-orang kaya malu pakai pertalite. Ini seharusnya memang yang namanya BBM untuk orang-orang kaya mobil mewah itu harusnya jangan disubsidi,” kata Arya kepada wartawan, Selasa (15/3/2022).
Arya mendorong sebaiknya para pemilik mobil mewah tersebut, mengikuti tren harga pasar. Karena, ini akan menjadi tidak adil bila BBM untuk mobil mewah justru dibebankan ke rakyat kecil.
“Jadi semua khususnya BBM tidak disubsidi itu biar mengikuti mekanisme pasar,” kata dia.
Dia berharap, ada kesadaran bagi masyarakat menengah ke atas untuk mengikuti harga pasar untuk kebutuhan energinya. Lebih dari itu, Arya juga mendorong agar pemilik mobil mewah dapat beralih ke BBM nonsubsidi.
“Itu kami dorong ke sana arahnya. Ikutan lah jangan bebani rakyat dengan mobil mewahnya,” kata dia.
Berdasarkan data realisasi 2021, konsumsi BBM jenis pertalite sebesar 23 juta kilo liter (KL) dan merupakan BBM jenis bensin yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. Konsumsi pertalite hampir 80 persen di antara BBM jenis bensin lainnya seperti pertamax, pertamax turbo dan premium.
Kondisi tersebut telah terjadi sejak tahun lalu. Saat ini, pertalite telah menjadi BBM andalan bagi mayoritas masyarakat Indonesia.
“Keberadaan pertalite saat ini menjadi paling penting karena menjadi tulang punggung BBM bagi masyarakat," ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta.
Konsumsi pertalite relatif meningkat tiap tahun. Pada 2017 hingga 2021, konsumsi pertalite berturut-turut sekitar 14,5 juta KL, 17,7 juta KL, 19,4 juta KL, 18,1 juta KL dan 23 juta KL.
“Tahun 2020 konsumsi pertalite turun karena pandemi Covid-19. Namun, tahun 2021 konsumsinya meningkat lagi hingga 23 juta KL. Sedangkan tahun ini diproyeksikan pada kisaran 23 juta KL,” kata dia.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz