Menuju konten utama

Mitsubishi Expander dan Hasrat Membunuh Avanza

Sudah 14 tahun Toyota Avanza bertahan sebagai penguasa low atau small MPV. Bagaimana kans Mitsubishi Expander?

Mitsubishi Expander dan Hasrat Membunuh Avanza
Mitsubishi Expander. FOTO/Mitsubishi

tirto.id - Dalam sebuah obrolan ringan di sela-sela makan malam di kawasan Senayan, Jakarta pekan lalu, lima orang yang asyik menyantap kudapan seketika terbahak-bahak. Gara-garanya, salah satu dari mereka menyodorkan ponselnya yang menampilkan unggahan status di Facebook seorang kawan, yang kurang lebih isinya begini:

Ertiga: calon pembunuh Avanza

Grand Livina: calon pembunuh Avanza

Mobilio: calon pembunuh Avanza

Wuling: calon pembunuh Avanza

XM Concept: calon pembunuh Avanza

Spin: eeehhhh malah bunuh diri...

"Avanza banyak calon pembunuhnya, tapi sampai sekarang nggak terbunuh-bunuh..," celetuk salah satu orang.

Baca juga: Tak Ada Alasan Meremehkan Mobil Cina

Di jagat maya, unggahan itu pun panen komentar. Komentarnya mulai dari yang paling asal hingga serius. “Riset pasar jitu, momentum saat peluncuran tepat, kaki-kaki badak, mesin (lumayan) kenceng, 7 penumpang, penggerak roda belakang adalah kunci eksistensi dan kesuksesan Avanza di tanah air,” begitu salah satu komentar.

Potongan media sosial dan obrolan meja makan tadi menyuguhkan multi pesan bagaimana Avanza sulit tergantikan sebagai raja di segmen low MPV dengan julukan “Mobil Sejuta Umat”. Julukan itu bukan asal-asalan, sebab, sejak kelahirannya hingga kini Avanza sudah terjual 1,6 juta unit. Pelbagai model kompetitor silih berganti mengajukan tantangan. Penantang terbaru adalah Mitsubishi yang pada Senin (24/7) lalu mengenalkan mobil baru mereka dengan tagline next generation Low MPV. Sebuah penantian lama setelah berakhirnya era Mitsubishi Kuda dan Maven.

Meski sudah memajang tampilan mobil barunya, pabrikan berlogo tiga berlian ini enggan membuka seluruh tabir. Nama resminya pun masih dirahasiakan, spesifikasi tak semuanya diungkap, bahkan sekadar membuka pintu untuk melihat dalaman kabin pun terlarang. Jika Anda melakukan pencarian di Google, tidak ada satupun gambar yang memunculkan tampilan interior mobil besutan baru ini. Kalaupun ada video tentang interior, semuanya diambil dari luar sehingga belum memunculkan detail interiornya.

Namun, dari tongkrongan yang sudah muncul, sangat jelas mobil ini menjumput desain MPV dan SUV. Mobil ini akan menggendong mesin 1.500cc dengan dua pilihan transmisi yaitu manual dan otomatis.

Small MPV Mitsubishi ini punya body dengan panjang 4.475 mm, lebar 1.750 mm dan tinggi 1.700 mm. Mobil ini juga memiliki ground clearance 205 mm, cukup andal melibas jalan-jalan di Indonesia.

Sedikit menjawab dahaga konsumen yang sudah kepincut produk ini, small MPV Mitsubishi akan dijual dalam rentang di harga Rp189 juta hingga Rp246 juta dalam enam varian—rentang harga yang sama persis dengan Avanza. Namun, semua bocoran itu akan terkonfirmasi resmi saat perhelatan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017, pada 10-20 Agustus di ICE BSD.

Sepekan sebelum acara pengenalan “Mitsubishi Expander”, di Hotel Fairmont, Mitsubishi memboyong beberapa pewarta senior ke markas Mitsubishi di Okazaki, Jepang. Mereka diberi kesempatan menjajal langsung sang “Expander” yang tampilannya masih dibungkus rapih demi kerahasian.

“Yang pasti MPV baru Mitsubishi ini terbaik di kelasnya,” bisik salah satu dari rombongan pewarta itu kepada Tirto.

Infografik Penjualan avanza vs mpv

Upaya Membunuh Avanza

Mitsubishi sudah mempersiapkan kemunculan low MPV ini sejak tahun lalu. Publik pun sempat euforia karena akan memiliki pilihan baru untuk kelas ini. Saat pameran IIMS 2017 lalu, mobil yang masih berupa konsep dan pabriknya belum jadi ini, sudah mulai ditawarkan oleh para dealer Mitsubishi. Wajar memang, sebagai mobil baru yang menampilkan desain segar, mengulang euforia kehadiran low MPV sebelumnya antara lain Mobilio, Ertiga, Spin.

Kemunculan varian low MPV memang selalu disambut dengan euforia. Mereka selalu sukses mencuri pasar di awal kemunculannya, tetapi kemudian loyo. Dominasi Avanza pun seakan tak tergoyahkan.

Capain Ertiga misalnya, saat meluncur pada 2012 sempat terjual 34.074 unit. Puncaknya pada tahun kedua dengan menorehkan penjualan 63.318 unit, tapi tetap saja jauh di bawah Avanza yang sempat di atas 200 ribu unit. Nasib lebih sial lagi terjadi pada Chevrolet Spin, saat kali pertama kemunculannya pada 2013 mampu terjual di atas 10 ribu unit, tapi setelahnya melempem, apalagi setelah penutupan pabrik Spin awal 2015.

Euforia itu pun kini terjadi pada mobil teranyar Mitsubishi. Lagi-lagi, mobil ini dielu-elukan sebagai calon pembunuh baru Avanza. Dengan target produksi 80 ribu unit per tahun atau 6.000-an unit per bulan, tentu sebuah angka yang masih jauh untuk melibas Avanza yang rata-rata per bulan bisa mencapai terjual 10 ribu atau 120 ribu per tahun. Apakah Mitsubishi benar-benar berniat mau membunuh Avanza?

“Kalau dari kompetisi tidak main bunuh-bunuhan, kita berniat meramaikan pasar. Kita hanya memberikan pilihan ke konsumen, model baru akan memberikan penyegaran. Memang low MPV sekarang dikuasai oleh salah satu merek, bahkan menjadi backbone penjualan mereka,” kata Head of PR & CSR PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) Intan Vidiasari kepada Tirto.

Mitsubishi sendiri sudah meresmikan pabrik baru untuk small MPV dengan kapasitas 80.000 unit per tahun dari pabrik Cikarang, Bekasi pada April lalu. Secara total, pabrik Mitsubishi di Indonesia bisa mencapai produksi 160.000 unit, bahkan bisa ditingkatkan produksinya hingga 200.000 unit per tahun sesuai dengan permintaan pasar. Dengan kemampuan produksi ini, secara kapasitas Mitsubishi punya peluang melawan dominasi Avanza.

Namun, menjual mobil bukan hanya urusan punya pabrik di dalam negeri, kapasitas yang besar, dan modal riset pasar yang tajam. Juga bukan hanya harga yang kompetitif, model yang gahar dan segar. Persoalan purna jual masih menjadi isu besar bagi konsumen di Indonesia, seperti kemudahan mendapatkan sparepart, harga sparepart yang terjangkau, harga purna jual, kemudahan mendapatkan bengkel, dan seabrek pertimbangan lainnya. Sebagai catatan, jumlah dealer dan bengkel Mitsubishi baru mencapai 263 unit di seluruh Indonesia, bandingkan dengan Toyota yang sudah 302 unit.

Ini belum lagi mempertimbangkan momen pasar mobil di Indonesia yang sedang lesu beberapa tahun terakhir. Setelah mencapai puncaknya pada 2013-2014 menembus penjualan 1,2 juta unit. Dalam laporan The Automobile & Motorcycle Industry in Indonesia yang dibuat oleh Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ 2015 lalu, Indonesia untuk kali pertama berada di posisi nomor satu di pasar mobisl ASEAN menyalip Thailand.

Debut Mitsubishi dengan menghadirkan “Expander” bukan perkara mudah, karena sampai saat ini belum ada kompetitor yang bisa menyalip Avanza. Salah satu yang bisa menyalip Avanza adalah sang adik, Toyota Calya. Tahun lalu Calya berhasil menjungkalkan penjualan bulanan Avanza.

Apakah "Expander" akan bisa mengalahkan Avanza? Ataukah bernasib sama dengan pesaing-pesaing Avanza sebelumnya?

Baca juga artikel terkait MOBIL atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Otomotif
Reporter: Suhendra
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti