Menuju konten utama

Minyak Goreng Langka, Ubah Metode ke Mengukus

Ada banyak manfaat mengonsumsi makanan kukusan, antara lain menurunkan risiko kanker. 

Minyak Goreng Langka, Ubah Metode ke Mengukus
Ilustrasi sayuran yang dikukus. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Ada pola unik yang terjadi di Indonesia selama pandemi. Pada awal pandemi (varian Alpha), masker dan hand sanitizer adalah barang langka. Saat varian Delta melanda, giliran tabung oksigen yang susah dicari. Anehnya, ketika varian Omicron datang, malah minyak goreng yang mengalami kelangkaan.

Tak mengagetkan bila kelangkaan minyak goreng ini kemudian menjadi isu yang terus “tergoreng” hingga membuat masyarakat Indonesia “pecinta gorengan” kian panik. Belum usai pandemi, ada lagi hal lain yang membuat pikiran bertambah. Padahal masih ada jalan keluar untuk satu masalah ini. Selama minyak goreng langka, saatnya lebih kreatif berkreasi karena ada banyak cara mengolah makanan sehari-hari selain digoreng.

Dua metode memasak makanan yang cukup familiar adalah metode kukus dan rebus. Mengukus adalah proses memasak makanan dengan memanfaatkan panas atau uap dari air yang dididihkan, sedangkan merebus adalah memasak sesuatu dengan air atau di dalam air mendidih.

Pada dasarnya, sebelum minyak goreng langka di pasaran, mengukus dan merebus makanan lebih dipilih oleh mereka yang menginginkan sajian lebih sehat. Ini bisa dipahami mengingat makanan yang dikukus dan direbus memiliki kalori lebih rendah dibandingkan makanan yang digoreng. Secara umum, kita memang harus mengurangi makanan yang digoreng—apalagi gorengan—karena bisa menimbulkan kolesterol.

Saat kita menggoreng makanan dengan minyak, itu bisa membentuk lemak yang kemudian bisa menyebabkan obesitas dan penyakit jantung. Memang ada minyak yang lebih sehat, tetapi cara terbaik untuk menghilangkan bahaya minyak goreng adalah dengan tidak menggunakan minyak sama sekali.

Namun jika harus memilih salah satunya, meski sama-sama melibatkan air, banyak yang berpendapat jika mengukus lebih baik daripada merebus. Mengukus dianggap lebih baik karena proses mengolah makanan dengan cara tersebut bisa mempertahankan senyawa-senyawa aktif (nutrisi dan vitamin larut air) dan menghilangkan bahan berbahaya seperti pestisida dari bahan makanan tersebut, terutama dari sayuran.

Selain itu, mengukus juga punya manfaat beragam. Pertama, metode alternatif ini lebih murah dan ramah lingkungan. Kedua, lebih tidak ada makanan yang terbuang dari proses memasak dengan mengukus, serta membuat makanan tidak gosong.

Ketiga, tidak membuat makanan berubah rasanya, tidak seperti jika menggoreng. Kemudian, dengan mungukus, nutrisi bahan makanan tetap terjaga hingga 82 persen (tidak terpecah atau menguap seperti jika digoreng dan direbus); bahkan malah bisa menambah polifenol mencapai 52 persen.

Bukan hanya itu, metode mengukus juga bisa menurunkan risiko kanker. Memasak makanan dalam temperatur rendah tak membuat makanan kehilangan kandungan glukosinolat (komponen kimia yang biasa ditemui pada sayuran seperti kubis, bunga kol, dan brokoli). Kandungan ini punya sifat antikanker yang sayangnya justru bisa hancur ketika sayur digoreng dalam temperatur tinggi.

Meski demikian, mengukus makanan tidak bisa sembarangan. Healthy chef, Edwin Lau, berpendapat bahwa makanan yang dikukus bisa lebih sehat jika teknik yang digunakan benar plus tidak ditambahkan terlalu banyak bumbu-bumbuan.

Untuk mengukus yang benar, air yang digunakan harus dibiarkan hingga mendidih, baru masukkan makanan. Angkat makanan ketika sudah mencapai tiga perempat matang, bukan ketika sudah matang karena karena sebenarnya proses pematangan makanan tersebut akan berlanjut selama masih ada hawa panasnya.

Untungnya, banyak jenis makanan yang cocok untuk dikukus. Bukan hanya sayur-sayuran, ikan, ayam, kentang, tahu, dan daging cincang juga bisa dikukus. Kita bisa membuat menu-menu lezat, seperti bandeng kukus kemangi, garang asem, ikan kukus kuah asam, schotel kentang kukus, dan tahu kukus.

Bahan Kunci Mengukus: Air (Mineral)

Sebenarnya ada jawaban sederhana mengapa makanan kukus baik untuk kesehatan. Ini berkaitan dengan bahan kunci kukus yang kebetulan banyak terkandung di dalam tubuh kita (tepatnya sekitar 70 persen), yaitu air.

Sebagian besar makanan alkali alami mengandung air lebih dari 70 hingga 95 persen. Maka, mengonsumsinya secara alami dapat menghidrasi tubuh dan menjaga alkalinitas. Sebaliknya, menggoreng makanan akan mengurangi kadar air yang bisa menyebabkan dehidrasi, mengurangi alkalinitas, dan meningkatkan keasaman.

Namun kita pun harus memperhatikan bahan kunci saat mengukus, yaitu air. Secara umum, air hasil proses Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sudah memenuhi standar untuk dipakai mengukus karena senyawa kloridanya tidak melampaui baku mutu batas maksimum. Meski demikian, air mineral lebih baik dibandingkan dengan air keran.

Infografik Advertorial Le Minerale Metode Masak

Infografik Advertorial Le Minerale Metode Masak. tirto.id/Mojo

Kebutuhan kita akan air yang diproses secara higienis bukan hanya dipakai untuk mengukus, melainkan juga untuk mengimbangi manfaat makanan kukusan. Konsumsi air mineral juga tetap menjadi hal yang penting. Air mineralnya dipastikan yang terjamin lebih bersih dan higienis seperti Le Minerale.

Salah satu air mineral berkualitas adalah Le Minerale yang berasal dari pegunungan terpilih, mengandung mineral esensial yang penting untuk tubuh. Menggunakan kemasan galon yang selalu baru, Le Minerale terjamin lebih higienis. Tutup galon Le Minerale juga rapat dan kedap udara, sehingga terbebas dari kontaminasi debu dan kotoran, membuatnya aman untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarga dan juga untuk mengolah makanan.

Kelangkaan minyak goreng jangan sampai menjadi beban baru. Sebaliknya, momen ini bisa menjadikan kita lebih kreatif dalam mengeksplorasi bahan makanan dengan cara lebih sehat tetapi tak kalah nikmat. Dan agar manfaat yang kita dapat dari makanan sehat terasa lebih lengkap, pastikan untuk mengonsumsi air mineral berkualitas.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis