tirto.id - Kedutaan Amerika akan dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem pada akhir tahun 2019, demikian Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan kepada anggota parlemen Israel.
Disambut tepuk tangan yang meriah pada Senin (22/1/2018) di dalam Knesset, pidato Pence tersebut tengah dalam bagian pembuka ketika sebuah perkelahian pecah saat politisi Palestina dari aliansi daftar Arab bersama (Joint Arab List) mengangkat poster di kompleks Masjid Al-Aqsha sebagai protes sebelum mereka secara paksa dikeluarkan oleh petugas keamanan.
"Amerika berdiri dengan Israel," kata Pence, tidak terpengaruh oleh gangguan tersebut. "Kami berdiri bersama Israel karena tujuan Anda adalah tujuan kami. Nilai Anda adalah nilai-nilai kami, dan pertarungan Anda adalah perjuangan kami.
"Kami berdiri dengan Israel karena kami percaya akan kesalahan, dan kebaikan atas kejahatan, dan kebebasan atas tirani," kata Pence disambut tepuk tangan meriah, seperti dilansir Al Jazeera.
Dalam sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, kedutaan AS mengundang para pemrakarsa gerakan pemukim di Tepi Barat yang diduduki, untuk menghadiri pidato Pence di Knesset. Hal ini menjadi langkah pertama yang pernah dilakukan oleh seorang wakil presiden AS.
Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman adalah pendukung setia permukiman ilegal Israel. Pada masa lalu, dia memimpin sebuah organisasi yang menyumbangkan jutaan dolar kepada satu orang di Tepi Barat yang diduduki.
Koresponden Al Jazeera Harry Fawcett mengatakan pidato Pence ini ditujukan pada dua kelompok: Israel dan basis Kristen konservatifnya.
"Itu adalah pidato yang penuh dengan religiositas, berbicara tentang Alkitab Ibrani dan maknanya di sini di Israel," kata Fawcett, berbicara dari dalam Knesset di Yerusalem Barat.
Kepala perunding untuk Otoritas Palestina Saeb Erekat mencemooh pidato Pence karena sifat religiusnya yang kontroversial.
"Wacana mesianis Pence adalah hadiah untuk ekstremis dan telah membuktikan bahwa pemerintah AS adalah bagian dari masalah dan bukan solusinya," kata Erekat, menurut sebuah tweet oleh departemen urusan perundingan Organisasi Pembebasan.
"Pesannya ke seluruh dunia jelas: melanggar hukum dan resolusi internasional, dan AS akan memberi penghargaan pada Anda," kata Erekat menambahkan.
Marwan Bishara, analis politik senior Al Jazeera, menyoroti nada "menakutkan" dari pidato Pence, mencatat latar belakang Kristen Evangelis wakil presiden Amerika itu.
Dia juga mencatat bahwa Pence berbicara dalam hal membela orang-orang Kristen di Timur Tengah, sementara orang-orang Kristen di wilayah tersebut menolak untuk menemuinya.
"Sangat menyebalkan untuk menganalisis seseorang yang berbicara dalam hal menginginkan perdamaian sementara pada saat yang sama menghancurkan keseluruhan dasar perdamaian," kata Bishara.
"Seluruh khotbah terus berlanjut tanpa menyebutkan sekali bahwa orang-orang Palestina telah dipaksa masuk ke dalam pengungsian atau di bawah pendudukan selama 50 sampai 70 tahun terakhir," tambahnya.
Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, sementara itu, bertemu dengan para pemimpin Uni Eropa di Brussels pada Senin dan mendesak mereka untuk segera mengenali Palestina secara resmi sebagai negara-bangsa.
"Kami benar-benar menganggap Uni Eropa sebagai mitra sejati dan teman dan oleh karena itu, kami memanggil negara anggotanya untuk segera mengakui negara Palestina dan kami memastikan bahwa tidak ada kontradiksi antara pengakuan dan dimulainya kembali perundingan," kata Abbas.
Kunjungan Pence ke Timur Tengah menandai kedatangan pertama kalinya seorang pejabat senior AS setelah Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel bulan lalu.
Wakil presiden menghabiskan tiga hari di Mesir dan Yordania, menutup sebuah kunjungan yang ditandai dengan diskusi menegangkan dengan kedua pemimpin yang menentang keputusan AS tersebut.
Raja Abdullah dari Yordania mendesak Pence untuk tetap berpegang pada solusi dua negara, yang akan melihat Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina masa depan.
Pence sebelumnya mengatakan kepada Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi jika Israel dan Palestina "menerimanya" maka AS akan mengadopsi solusi tersebut.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari