Menuju konten utama

Meraba Ibu Kota, Siapa yang Akan Bertarung di Pilkada Jakarta?

Kunto Adi Wibowo pesimistis nama kandidat akan muncul saat ini. Menurutnya, partai masih menunggu hasil pileg untuk berhitung konfigurasi Pilkada DKI 2024.

Meraba Ibu Kota, Siapa yang Akan Bertarung di Pilkada Jakarta?
Suasana sejumlah kendaraan melintasi banjir yang menggenangi kawasan Bundaran Bank Indonesia di Jakarta Pusat, Selasa (25/2/2020). ANTARA FOTO/Winda Wahyu Fariansih/sgd/foc.

tirto.id - Persaingan perebutan kursi Jakarta 1 mulai menghangat. Sejumlah nama yang digadang-gadang akan menjadi kandidat Pilkada DKI Jakarta sudah bermunculan.

Berawal saat publik melihat baliho bergambar mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dan di atas fotonya terdapat tulisan “OTW Jakarta nihhh”. Publik menduga, Ridwan Kamil akan maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.

Bendahara Partai Nasdem, Ahmad Sahroni,yang juga kerap disebut akan maju dalam kontestasi Pilkada DKI, menanggapi hal itu dengan santai.Menurutnya, Ridwan Kamil baru jalan dari Bandung ke Jakarta, sementara dirinya sudah berada di Jakarta. Ia lantas berkelakar.

"Kalau RK doang mah gampang dah, lawannya terlalu mudah hehehe.. wakilnya ya nggak tahu, maju aja belum, ngawur ini," kata Sahroni di Nasdem Tower, Jakarta, Kamis (22/2/2024).

Selain Sahroni, muncul pula nama mantan Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar. Sama seperti Ridwan Kamil, ia juga mendapat surat rekomendasi dari DPP Partai Golkar untuk maju pada Pilkada DKI Jakarta.

"Dua-duanya diberi surat oleh Golkar sebelum pemilu (pilpres dan pileg) untuk ikut pilkada," kata Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (26/2/2024).

Menurutnya, pemberian surat rekomendasi kepada kedua tokoh tersebut dalam rangka menggarap daerah pemilihan masing-maisng. Hal itu sebagai supaya untuk meningkatkan suara Golkar.

Airlangga mengatakan, kedua nama itu pasti akan mengerucut. Ia mengaku salah satu indikator pemilihan akan berbasis survei terakhir dan pemilihan akan dilakukan dalam forum khusus.

"Akan dipilih dalam forum khusus sesuai jadawal pilkada nanti, kan kita belum dapat," kata Airlangga.

Kualitas udara Jakarta terburuk sedunia

Suasana tugu Monas yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Selasa (25/7/2023). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/nym.

Masih Menunggu Hasil Pileg

Analis politik dari Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, meyakini kursi Gubernur DKI Jakarta akan menjadi rebutan karena sukses membawa gubernur menjadi calon presiden seperti Anies dan Jokowi. Hal ini, menurutnya, tidak lepas sorotan kamera media nasional.

“Ridwan Kamil juga harus bersaing dengan Ahmed Zaki, Ketua DPD Golkar DKI Jakarta. Apakah strategi baliho Ridwan Kamil tes ombak untuk melihat peluang di DKI Jakarta? Karena meskipun tidak maju di DKI Jakarta, RK masih punya kesempatan besar maju di Pilkada Jawa Barat,“ ujar Arifki, Senin (26/2/2024).

Nama Ridwan Kamil (Golkar) dan Ahmad Sahroni (Nadem) akan bersaing dengan kandidat dari PDI-P, Gerindra, dan PKS. Nama-nama yang nanti keluar dari tiga partai ini bakal memengaruhi konstelasi bursa cagub dan cawagub DKI Jakarta.

Di internal PDI-P, ada nama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Risma (Menteri Sosial). Sedangkan PKS tentu juga punya ruang, kadernya ada Mardani Ali Sera atau kembali mendorong Anies Baswedan, karena ia baru satu periode menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Selain itu, menurutnya, ada potensi keluar nama-nama lain yang bakal membuat kejutan baru di DKI Jakarta. Kepala daerah yang sukses di luar Jakarta, tambahnya, juga bakal melihat peruntungan di DKI Jakarta jika ada kesempatan untuk memperoleh tiket dan diterima oleh masyarakat Jakarta.

“Ini saatnya para bakal kandidat untuk memaksimalkan positioning politiknya di DKI Jakarta sebelum memperoleh tiket dari partai politik. Kerja politik pilkada berbeda dengan pileg, popularitas dan pertarungan narasi bakal diperhitungkan karena ini menjadi branding kandidat di masyarakat,“ kata Arifki.

Akan tetapi, jika berbicara koalisi, kata Arifki, Ridwan Kamil maupun Sahroni perlu dukungan partai lain. Pasalnya, suara partai yang besar di Jakarta antara lain PDIP, PSI, Gerindra dan PKS. Maka itu, hanya ada dua opsi ketika partai tidak memenuhi ambang batas suara pencalonan gubernur.

"Pilihannya dua pas. Pertama, mencari ruang cawagub dari partai lain. Tetapi syaratnya, harus populer dulu. Kedua, membeli parpol lain," kata Arifki.

Sementara analis politik dari Universitas Padjajaran, Kunto Adi Wibowo, mengatakan ada beberapa nama yang mungkin layak maju, salah satunya adalah Anies Baswedan yang merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta.

Selain nama yang sudah ada, tambahnya, bisa saja nama mantan Gubernur DKI Jakarta yang berada di PDIP, Basuki Tjahaja Purnama, maju kembali di Pilkada DKI 2024.

"Kalau disuruh berspekulasi, menurut saya kandidat kuat kalau Pak Anies bisa maju lagi ya Pak Anies, terus ada Pj Pak Heru, terus Kang Emil atau Ridwan Kamil,” ujarnya.

Ia juga menyebut Ahmad Sahroni (Nasdem), Ahmed Zaki Iskandar (Golkar), Risma (PDIP), Ahok (PDIP), Mardani Ali Sera (PKS), dan Ahmad Riza Patria (Gerindra).

“Mungkin dari PSI juga akan mengajukan nama,” tambahnya.

Kunto melihat sudah ada upaya membangun opini publik seperti Ridwan Kamil dan Ahmad Sahroni yang berseteru di media maupun di media sosial.

Akan tetapi, ia pesimistis nama kandidat akan benar-benar muncul saat ini. Ia beralasan, partai masih menunggu hasil Pileg DKI Jakarta untuk berhitung konfigurasi Pilkada DKI.

Kunto memprediksi hanya 3 sampai 4 paslon yang akan bersaing pada Pilkada DKI. Ia beralasan, PDIP mungkin akan menggaet 1-2 partai. Sementara itu, Nasdem mungkin akan menarik PKB atau PKS. Dan Gerindra bisa jadi merangkul Golkar serta PSI.

"Jadi tiga atau empat pasang calon ini yang mungkin bisa terjadi. Tapi tidak menutup kemungkinan ketika nama-nama yang kuat ini berusaha disingkirkan dan akhirnya hanya dua pasang calon untuk perebutan DKI 1," kata Kunto.

Baca juga artikel terkait PILKADA DKI 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - News
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Irfan Teguh Pribadi