tirto.id - “Saya stres, bahkan pernah untuk percobaan bunuh diri.”
Listia Nursapitri mengucapkan kalimat itu sembari menangis. Ia tak pernah membayangkan hidupnya akan amburadul: hubungan dengan suami tak harmonis, keluarga diambang kehancuran, kasih sayang ke anak minim, utang puluhan juta menggunung.
Tak tanggung, 12 aplikasi pinjaman online (pinjol) kini mengejarnya bak hantu. Sejak Desember 2021 lalu, total utangnya mencapai 48 juta—beserta dengan bunganya. Sebagian telah dilunasi, kendati memakai pinjaman dari orang tua dan mertua.
Semua berawal pada November 2019. Ia termakan bujuk rayu afiliator Indra Kenz untuk berinvestasi di opsi biner (binary option) Binomo. Listia berkali-kali menaruh deposito. Walau lebih sering kalah ketimbang menang, matanya tertutup harta kekayaan yang dipamerkan para afiliator, sembari berharap hal serupa datang mengetuk pintu rumahnya.
Sang suami bukan tak peduli. Listia kerap ditegur—bahkan pernah dilarang—karena hanya menghabiskan uang tanpa ada hasil. Kecanduan menatap layar aplikasi Binomo dari pagi hingga sore bikin Listia lupa diri: lupa makan, pekerjaan rumah tak terurus, anak terlantar, tak jarang pula kelahi dengan suaminya.
“Saking fokusnya untuk belajar dan trading di aplikasi Binomo,” kata dia pada 11 Maret lalu.
Suami dan keluarga besarnya makin melihat ada yang tak beres dengan Listia dan kecanduan Binomonya. Sejak November 2019 hingga Desember 2021, nasehat keluarga diabaikan Listia demi mengejar keuntungan bermain trading. “Yang saya dengarkan ya sultan-sultan [salah satunya Indra Kenz] ini,” katanya. “Lihat siapa orang yang memotivasi saya hingga seperti ini.”
Titik baliknya terjadi pada awal 2022. Ketika Mabes Polri sedang menyelidiki kasus investasi bodong robot trading DNA Pro, yang akhirnya mulai menyeret Binomo setelah ada delapan orang korban melapor terkait dugaan penipuan. Total kerugiannya mencapai 2,4 miliar rupiah. Sejak saat itu, ada dugaan kuat trading opsi biner di Binomo hanyalah penipuan berkedok investasi.
Indra Kenz, salah satu afiliator opsi biner Binomo, sampai bikin video klarifikasi untuk menjelaskan tudingan itu pada 26 Januari 2022—dua pekan sebelum pelaporan para korban ke Mabes Polri.
Saat video klarifikasi tersebut diunggah, posisi Indra Kenz sedang berada di Turki sejak awal Januari bersama keluarga dan pacarnya, Vanessa Khong. Beberapa rekam jejaknya terjadi pada tanggal 5, 6, 9, dan 18 Januari. Usai pelaporan para korban dugaan penipuan opsi biner pada pekan pertama Februari, Indra Kenz mengaku masih berobat dan baru akan pulang pada 18 Februari. Dua hari setelahnya, ia tiba di Indonesia.
Mendengar kabar adanya dugaan penipuan opsi biner berkedok investasi yang dilakukan Binomo, kepala Listia bak dihantam petir. Kaget, lemas, tak bisa berkata apa-apa. Hidupnya makin tak karuan. Berat badannya turun 12 kilogram dalam waktu satu bulan, saat dirinya sedang mengandung lima bulan.
“Keluarga semua seperti kaget, ternyata selama ini saya membohong Mama saya, suami saya. Mau berinvestasi. Saya pinjem ke Mama saya, ternyata mereka merasa dibohongi oleh saya. Padahal saya juga ditipu,” kata dia. “Bukannya harta kekayaan, malah sekarang jadi kehancuran hidup.”
Hingga Maret lalu, Koordinator Korban Binary Option, Maru Nazara, mengklaim bahwa korban dari penipuan investasi bodong opsi biner di Indonesia mencapai 10.000 orang. Nominalnya beragam. Ada yang puluhan juta, ratusan juta, bahkan miliaran rupiah. Banyak korban yang kehilangan rumah dan kendaraan karena terlilit utang untuk modal investasi.
Di mata mereka, para afiliator seperti Indra Kenz adalah “pintu masuk” bagi para korban yang akhirnya mudah terbujuk untuk mengeluarkan uang dan berinvestasi. Para afiliator kerap mengumbar janji, kasih iming-iming hidup enak, dan pamerkan harta kekayaan untuk mengklaim kesuksesan mudah didapat lewat Binomo.
“Tapi kita tidak tahu kalau ini ternyata palsu. Hasil yang mereka pamerkan itu ternyata hasil dari kekalahan member, bukan hasil trading. Mereka bukan trader, tapi hanya afiliator,” kata Maru, 9 Maret lalu.
“Ada lagi harapan kami sebagai korban, bagaimana hak korban diperjuangkan. Siapa pun yang melapor, dipenuhilah kerugian mereka bisa dikembalikan.”
Atas kasus tersebut, selain ditetapkan sebagai tersangka, Mabes Polri menyita aset Indra Kenz dengan total 57,2 miliar rupiah. Rinciannya berupa sembilan rekening, lima kendaraan mewah, dua jam tangan mewah, dua bidang tanah dan bangunan di Deli Serdang dan satu rumah di Medan Timur.
Belakangan, deretan nama yang ditetapkan menjadi tersangka makin banyak: Brian Edgar Nababan (Manager Development Binomo), Fakar Suhartami Pratama (perekrut afiliator), termasuk adik, ayah, dan pacar Indra Kenz, Vannesa Khong.
Pasalnya, harta kekayaan Indra Kenz tak berhenti di situ. Mabes Polri dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menduga Indra Kenz mengalihkan asetnya dalam bentuk kripto yang nilainya menyentuh 58 miliar rupiah. Hal tersebut yang bikin PPATK membekukan aset kripto Indra Kenz di luar negeri sebesar 38 miliar rupiah.
Benarkan hanya sampai di situ dugaan aset yang dialihkan ke bentuk kripto oleh Indra Kenz?
Aksi Licik Bandar Genjot Kripto
Tirto berkolaborasi dengan PortalKripto, media berbasis di Bandung yang fokus meliput isu mendalam soal kripto, untuk menelusuri modus lain dari dugaan praktik pencucian uang yang dilakukan Indra Kenz terhadap aset-asetnya ke dalam bentuk kripto, terutama lewat aset kripto BotX yang dibikin oleh Indra Kenz dan beberapa koleganya.
Indra Kenz bersama beberapa kolega berinisiasi mencetak token BotX sejak tiga tahun lalu. BotX hingga saat ini diperjualbelikan di sejumlah bursa terpusat, diantaranya: Indodax (Indonesia), Latoken, dan Vindax. Di sana, Indra menjabat sebagai salah satu pendiri sekaligus CEO.
Token BotX ini diciptakan untuk mendukung platform yang rencananya akan memfasilitasi aktivitas copy trade. Namun, platform tersebut hingga saat ini belum rampung juga. Copy trade merupakan salah satu layanan di dunia trading yang secara otomatis menyalin posisi trading yang dilakukan trader yang lebih ahli atau dalam beberapa platform menggunakan bot.
BotX sendiri dibentuk berdasarkan lingkar persekawanan yang cukup dekat. Semisal salah dua pendiri BotX, Randi Setiadi dan Agusman Surya, yang sama-sama kuliah di Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta tahun 1991. Di luar BotX, Randi saat ini menjadi Direktur PT Sinar Karuna Dharani (Yosu), anak perusahaan kosmetik Tje Fuk Kosmetik. Sedangkan Agusman adalah petinggi PT Kinarya Coal Energi, korporasi batu bara, sejak April 2012.
Contoh lainnya ada Erwin Zhang, Denny Sutomo, dan Jemmy Hasjem. Ketiganya sama-sama lulusan di Universitas Mikroskil Medan dan juga sama-sama mendiri perusahaan rintisan bernama Springkraf.
Menyoal dugaan praktik pencucian uang oleh Indra Kenz ke kripto, semua berawal pada 17 Maret 2022, saat harga token BotX melambung tinggi lebih dari 300 persen secara tiba-tiba. Dikatakan secara tiba-tiba, karena sebelumnya sejak November 2021 harga token BotX cenderung melemah.
Jika kita lihat kronologi lewat laman resmi Indodax—salah satu bursa terpusat yang resmi memperjualbelikan aset kripto BotX, kenaikan harga BotX secara spesifik hari itu terjadi pada pukul 22.00 menjadi hampir senilai 16.834 rupiah. Padahal, lima jam sebelumnya, harganya masih berada di angka 3.000 rupiah. Harga perlahan dimulai pukul 21.00 dengan angka 6.000 rupiah.
Satu hari setelahnya, 18 Maret 2022, pukul 11.00 harganya turun menjadi 12.800 rupiah. Terus menurun dan menurun, hingga saat naskah ini ditulis, 28 April 2022 pukul 10.00, harganya anjlok di titik 1.500 rupiah. Lewat laman resmi Indodax pula, kita bisa melihat bagaimana BotX pernah mencapai harga tertingginya pada 8 November 2021 mencapai 48.487 rupiah. Namun setelah itu, harga token BotX cenderung melemah.
Kenaikan harga tersebut sangat janggal. Apalagi, kenaikan harga token tersebut tidak berbarengan dengan acara tertentu atau peristiwa fundamental yang dapat memicu kenaikan harga secara organik.
Saat ditemui oleh Tirto dan PortalKripto pada 11 April 2022 lalu, CEO Indodax, Oscar Darmawan, menduga adanya kemungkinan kenaikan harga token dilakukan oleh bandar atau investor yang memasukkan uang dalam jumlah besar. Hal tersebut bisa memicu kenaikan harga token di BotX.
“Ya, mungkin saja. Misal ada yang beli dalam jumlah besar. Mungkin ada arah ke situ. Dari rupiah, tokennya dibeli, kan? Sangat bisa,” kata dia.
Pasalnya, kata Oscar, kenaikan harga token lumrah terjadi jika ada permintaan yang besar oleh komunitas kripto tertentu atau ada program terencana yang dilakukan oleh BotX ke komunitasnya. “Itu akan menciptakan demand,” kata dia.
Namun, jika diperhatikan lebih jauh, aktivitas-aktivitas tersebut tak terdengar, kalah dengan berita Indra Kenz sendiri yang sempat ke Turki, dicari Mabes Polri, dan jadi tersangka dalam kurun waktu tiga bulan terakhir.
Tirto dan PortalKripto telah mencoba meminta konfirmasi ke dua orang petinggi BotX, Randi Setiadi dan Denny Sutomo, soal adanya dugaan permainan bandar yang bikin harga BotX naik pada tanggal 17 Maret lalu. Namun, tak ada tanggapan apapun. Pesan WhatsApp hanya dibaca.
Dompet-Dompet Dana Jumbo
Selain itu, Tirto dan PortalKripto juga menemukan beberapa kejanggalan dari aktivitas transaksi di token BotX sebelum dan sesudah harganya naik. Kami menduga transaksi yang tidak wajar dari tiga wallet address yang total berisi saldo sebesar $16 juta atau sekitar 230 miliar rupiah pada 21 Maret 2022—empat hari setelah kenaikan harga token BotX.
Tiga wallet address itu adalah:
0xeE61F5fB0dB81d3A09392375Ee96f723C0620E07
0x00343217b01188388c0e3242278231ace35e1b61
0x3c02290922a3618a4646e3bbca65853ea45fe7c6
Setelah adanya kenaikan drastis harga token BotX pada 17 Maret 2022, ada transaksi penarikan sebanyak 75 kali dari BotX ke wallet pertama. Jika ditelusuri lebih jauh lewat situs pelacakan blockchainexplorer.bitquery.io, 75 kali transaksi itu dilakukan pada 17 dan 18 Maret 2022—di saat bersamaan harga token BotX sedang naik.
Dari 72 kali penarikan itu, total nilainya mencapai 36.737 BotX atau sekitar 270 juta rupiah—jika menggunakan kurs harga BotX 7.360 rupiah. Namun, jika kita mengacu harga tertinggi di tanggal 17 Maret 2022, yaitu 16,834 rupiah, itu artinya nilai penarikannya setara dengan 618 juta rupiah.
Skema serupa juga terjadi di wallet kedua dan ketiga, namun dengan jumlah transaksi dan nominal yang berbeda.
Salah seorang sumber Tirto dan PortalKripto yang merupakan developer blockchain, yang juga ikut melacak transaksi wallet-wallet ini menilai hal tersebut patut dicurigai. Kata dia, setelah melakukan penarikan dari BotX, ketiga wallet tersebut langsung memindahkan ke wallet-wallet yang lebih kecil lagi.
“Akun-akun (tiga wallet) lain itu tidak melakukan transaksi lagi setelahnya, beberapa cash out ke empat exchanger berbeda dan semuanya exchanger luar negeri,” kata sumber tersebut kepada kami. Ia enggan namanya disebut karena takut terancam keselamatannya.
Kata dia, seharusnya pihak kepolisian bisa menelusuri kepemilikan tiga wallet tersebut ke Indodax, bursa yang terdaftar secara resmi di Indonesia. Apalagi, menurut dia, dua dari tiga wallet tersebut terdaftar di Indodax secara resmi.
“Di sejumlah negara, salah satunya Indonesia, hukum mewajibkan setiap bursa yang terdaftar untuk menerapkan aturan know your customer (KYC). Sehingga, siapapun yang membuat akun di bursa dipastikan akan diminta data pribadinya seperti KTP, nomor telepon, dan email,” kata dia. “Aparat hukum dapat mengakses ini apabila dibutuhkan untuk keperluan penyidikan yang berkaitan dengan dugaan tindak pidana.”
Tirto dan PortalKripto menanyakan soal keterbukaan informasi pemilik dua wallet tersebut ke Oscar. Namun, ia berdalih hanya akan memberi informasi kepemilikan kepada penegak hukum. “Bisa tapi harus penegak hukum, ya,” katanya.
Menuju Surga Pajak
Pada awal Maret lalu, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mendapat informasi dari mitra Financial Intelligence Units di luar negeri soal adanya transfer dana jumbo ke sebuah entitas yang berlokasi di Kingstown, ibu kota negara St. Vincent and The Grenadines, Kepulauan Karibia—yang terkenal sebagai wilayah surga pajak.
Transaksi tersebut berlangsung sejak September 2020 hingga Desember 2021, yang angkanya mencapai tujuh juta Euro—atau setara dengan 106 miliar rupiah.
“Dengan entitas penerima dana tersebut merupakan pemilik online trading platform dengan nama brand Binomo,” kata Ketua PPATK Ivan Yustiavandana kepada Tirto dan PortalKripto, 13 April lalu.
Kata Ivan, pengirim dana dari Indonesia tersebut adalah tiga entitas yang berbadan hukum PT dan CV, yang lokasi di Batam dan Deli Serdang, Sumatera Utara—kampung halaman Indra Kenz. Tiga entitas tersebut bergerak di bidang usaha perdagangan besar komputer dan perangkat lunak.
“Tiga entitas tersebut baru didirikan pada tahun 2020 dengan menggunakan notaris yang sama, dan aktivitasnya hanya mengirimkan dana ke luar negeri dengan underlying pembayaran invoice IT Services yang diduga fiktif. Aktivitas rekening-rekening milik ke tiga entitas tersebut tidak menunjukkan adanya aktivitas perdagangan,” kata dia.
Kepada Majalah Tempo, Ivan menyebut bahwa dana dari tiga entitas tersebut mengalur ke rekening Dolphins Corporations di Kingstown, yang juga diduga pemiliki aplikasi Binomo. Selain itu, kata Ivan, aliran dana juga masuk ke satu perusahaan yang terafiliasi dengan situs judi di Rusia.
Kami menanyakan soal itu ke Ivan, mengingat Manager Development Binomo yang baru ditetapkan tersangka, Brian Edgar Nababan, sempat berkuliah di Rusia pada 2014-2017. Satu tahun setelahnya, ia mendaftar ke perusahaan Rusia 404 Group yang punya kerja sama khusus dengan Binomo.
Ia diterima sebagai Costumer Support Platform Binomo yang bertugas menerima komplain pemain Binomo Indonesia. Pada 2019, ia dipromosikan sebagai Manager Development, dengan tugas menawarkan kerja sama kepada influencer untuk menjadi afiliator Binomo dengan sistem keuntungan bagi hasil.
Kepada Tirto dan PortalKripto, Ivan bilang bahwa PPATK mengendus aliran dana yang masuk ke rekening Brian sebesar tujuh miliar rupiah sepanjang September 2020 sampai Februari 2022. Aliran dana tersebut datang dari rekening milik seseorang berinisial D, yang merupakan teman kuliahnya Brian.
“Mereka merupakan penerima beasiswa dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Adapun underlying transaksi dana masuk ke rekening Brian terkait pembelian barang konsumtif namun nominalnya mencurigakan dan diduga tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. PPATK saat ini terus melakukan penelusuran terhadap para pihak yang bertransaksi dengan Brian,” tutupnya.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Adi Renaldi