Menuju konten utama

Menunggu Amazon Menanam Awan di Indonesia

Amazon akan berinvestasi senilai Rp14 triliun di Indonesia.

Menunggu Amazon Menanam Awan di Indonesia
Kotak pengiriman Amazon. Getty Images/iStock Editorial

tirto.id - Amazon, raksasa teknologi asal Amerika Serikat, berencana berinvestasi senilai Rp14 triliun di Indonesia. Rencana investasi itu terungkap selepas Presiden Joko Widodo bertemu dengan Vice President Amazon Werner Vogels. Sri Mulyani, Menteri Keuangan, memastikan rencana Amazon ini.

“Saya sedang berdiskusi dengan Amazon [...] Saya mau memastikan mereka memenuhi regulasi di Indonesia,” katanya, seperti dikutip Katadata.

Investasi senilai Rp14 triliun itu akan digulirkan Amazon secara bertahap, dalam kurun waktu sepuluh tahun. Investasi Amazon di Indonesia merupakan yang kedua di Asia Tenggara. Sebelumnya, perusahaan yang didirikan Jeff Bezos itu mendirikan pusat distribusi layanan Prime Now di Singapura.

Investasi Amazon ke Indonesia dilakukan dengan menghadirkan layanan cloud, Amazon Web Service (AWS), secara resmi ke Indonesia. DiwartakanStraits Times, segmen cloud di Indonesia diperkirakan akan berada di angka $1,3 miliar tahun ini. Tumbuh dari hanya $160 juta di tahun 2012 silam.

Cloud atau cloud computing, merujuk Microsoft, merupakan istilah yang mengacu pada penyediaan layanan komputer seperti server, media penyimpanan, database, jaringan, software, analisis, dan lain sebagainya. Ia memanfaatkan medium internet alias “cloud.” Bila merujuk definisi yang diutarakan Amazon, cloud computing merupakan computer power atau media penyimpanan atau sumber daya IT lainnya yang diperoleh secara on-demand yang dinikmati dengan internet.

Amazon Web Service, layanan cloud milik Amazon, sebagaimana dikutip Montley Fool, menyumbang 73 persen laba operasional Amazon. Pada kuartal pertama tahun 2018, AWS menyumbang $5,44 miliar pendapatan. Angkanya meningkat jadi $6,10 miliar di kuartal kedua. Hasil tersebut menempatkan AWS jadi pemimpin pasar layanan cloud di dunia dengan penguasaan 33 persen. AWS merupakan salah satu bisnis inti Amazon.

Kehadiran AWS di Indonesia diperkirakan dilakukan karena tingginya pertumbuhan startup di Indonesia. Merujuk laporan Tech in Asia, terdapat 223 usaha rintisan lahir pada 2016. Setahun sebelumnya, atau pada 2015, jumlahnya lebih banyak lagi, yakni 553 startup. Sementara itu, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sendiri, Indonesia mencanangkan gerakan 1.000 startup lahir pada 2020. Startup yang terus bertumbuh itu memerlukan infrastruktur IT yang mumpuni. AWS mengincar ini.

Namun, kehadiran AWS tak bisa dilakukan dengan mulus. Alibaba Cloud, layanan cloud milik Alibaba telah lebih dahulu hadir secara resmi di Indonesia. Bahkan, 1 di antara 18 data center milik Alibaba Cloud ada di Indonesia demi memenuhi aturan main.

Selain memiliki pusat data di Indonesia, Alibaba Cloud bisa “memaksa” startup Indonesia menggunakan layanan mereka. Salah satu alasannya, Alibaba tak sungkan menggelontorkan investasi bagi startup Indonesia. Mengutip Crunchbase, pada 17 Agustus 2017 lalu, Alibaba berinvestasi senilai $1,1 miliar di Tokopedia, satu di antara 4 unicorn asal Indonesia. Dan Tokopedia memang kini menggunakan Alibaba Cloud sebagai bagian infrastruktur marketplace tersebut.

Tak Hanya Cloud

Pada 4 September 2018, Amazon menyusul Apple sebagai perusahaan yang memiliki valuasi lebih dari $1 triliun. Angka fantastis didapat perusahaan e-commerce tersebut selepas mencatatkan nilai per lembar saham sebesar $2.050,5. Saham Amazon terdongkrak karena sentimen kinerja keuangan positif, karena torehan pendapatan $52,88 miliar di kuartal II-2018.

Capaian besar itu berkali-kali lipat dibandingkan keadaan mereka pada 15 Mei 1997, saat IPO dilakukan. Amazon kala itu “hanya” memiliki valuasi $438 juta.

Meskipun AWS menyumbang porsi yang besar bagi perusahaan, tak bisa dimungkiri bahwa Amazon merupakan e-commerce atau toko online. Pada 2015, Amazon mengklaim memiliki 304 juta konsumen aktif di seluruh dunia yang membeli berbagai barang belanjaan di situsweb mereka.

Di Amerika Serikat, rumah mereka, Amazon menguasai 41 persen pangsa pasar tahun ini. Meski begitu, dari $177,87 miliar pendapatan yang mereka peroleh sepanjang tahun 2017, $54,3 miliar di antaranya disumbang melalui pasar internasional. Datangnya AWS ke Indonesia diperkirakan hanya sebagai awalan layanan-layanan Amazon lain, khususnya ritel online datang ke Indonesia.

Ignatius Untung, Ketua Umum idEA, asosiasi e-commerce Indonesia, mengatakan bahwa dibidiknya Indonesia oleh Amazon karena Indonesia merupakan pasar nomor empat terbesar di dunia. Lantas, Asia Tenggara merupakan area dengan pertumbuhan dan potensi belanja online yang luar biasa.

“Indonesia menyumbang paling tidak 50 persen [potensi luar biasa Asia Tenggara itu],” tutur Ignatius.

Infografik Amazon

Menurut data yang dipacak Statista, dunia e-commerce Indonesia diperkirakan akan menghasilkan pendapatan hingga $9,13 miliar. Angkanya diprediksi akan meningkat jadi $16,8 miliar pada tahun 2022 mendatang. Salah satu alasan peningkatan pasar e-commerce Indonesia ialah pengguna yang terus tumbuh. Pada tahun ini, terjadi penetrasi pengguna e-commerce hingga 40 persen. Pada 2022, angkanya meningkat jadi 48,3 persen.

Statistik manis e-commerce Indonesia tersebut membuat pemain-pemain global kepincut. Namun, meskipun berstatus pemain global nan besar bukan berarti pemain lokal akan terhempas. Ini bisa jadi keuntungan tersendiri.

“Tergantung perspektif, saya lebih memilih bukan ancaman. Kalau pesaing dan pesaingnya ini besar, di sisi lain ia akan merebut pasar, [tetapi] di sisi lain akan membesarkan pasar bareng-bareng karena e-commerce Indonesia kan masih awal banget,” kata Ignatius.

Selain itu, Amazon perlu benar-benar mengetahui pasar lokal Indonesia untuk berkembang di Indonesia. Ignatius mewanti-wanti Amazon bahwa mereka harus “menempatkan orang yang mengerti pasar lokal.”

Di Indonesia sendiri, menurut ASEAN Up, berdasarkan lalu-lintas internet, Lazada berada di urutan atas toko online Indonesia. Selanjutnya, berurutan, ada Tokopedia, Bukalapak, Blibli, dan Shopee. E-commerce tersebutlah yang akan jadi saingan terberat Amazon jika perusahaan ini benar-benar membuka cabangnya di Indonesia.

Baca juga artikel terkait E-COMMERCE atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Maulida Sri Handayani