tirto.id - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menyadari betul bahwa antara perguruan tinggi dengan industri masih belum terintegrasi.
Itu ditandai dengan tak sedikitnya lulusan perguruan tinggi yang kemudian bekerja tidak sesuai bidang ilmunya.
"Produktivitas kita belum tinggi kalau dilihat dari pendidikan tinggi ya. Katakan yang lulus di perguruan tinggi mereka bekerja tapi bukan pada bidang ilmunya. Nah ini masalah, bagaimana itu bisa nyambung," katanya di kantor Kemenristekdikti, Jakarta Selatan, Jumat (10/5/2019).
Untuk itu pihaknya mendorong agar lulusan perguruan tinggi dapat menghasilkan tenaga yang profesional di bidangnya.
"Bagaimana pendidikan tinggi harus bisa menghasilkan tenaga kerja yang profesional pada bidangnya, khususnya pendidikan vokasi," ujarnya.
Untuk pendidikan akademik, ia mengatakan, akan didorong untuk menciptakan suatu penelitian yang inovatif dan bisa digunakan oleh industri.
Sebab dengan penelitian yang inovatif, menurutnya dapat dijadikan daya saing bangsa.
"Kalau inovasinya tidak bermanfaat buat industri, itu masalah. Sehingga [kita dorong] menghasilkan startup. Makin banyak startup yang dihasilkan berarti akan mendorong ekonomi dengan baik," tuturnya.
Untuk mengintegrasikan perguruan tinggi dengan industri, menurutnya perlu didukung dengan kurikulum yang dapat menjembatani.
Saat ini ia mengaku sedang proses mengharmonisasikan kedua aspek tersebut.
Begitu juga dengan tenaga pendidik di tingkat vokasi. Ia mengaku akan mengutamakan dosen yang memiliki pengalaman dan keahlian di bidang industri tertentu untuk mengajar di kelas. Sehingga dosen tersebut tidak perlu menempuh jalur pendidikan S2 terlebih dahulu.
"Sekarang yang terjadi adalah belum terjadi dengan baik antara kurikulum yang dibangun di perguruan tinggi dengan industri. Ini yang terjadi di lapangan. Ada yang sudah bagus, tapi ada yang masih banyak juga yang belum," pungkasnya.
menristr
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari