tirto.id -
Budi Gunawan menyampaikan, La Nina dapat menyebabkan terjadinya bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah. Oleh karena itu, dia menginstruksikan agar layanan pemerintah, termasuk komunikasi, tetap berjalan optimal di daerah-daerah terdampak.
“Kita akan mengintegrasikan laporan harian dari Situation Room di Polkam dan BNPB untuk memastikan langkah antisipasi bencana berjalan selaras dan efektif,” ujar Budi Gunawan dalam keterangan tertulis, Selasa (31/12/2024).
Lebih lanjut Budi Gunawan menekankan pentingnya pengelolaan arus balik libur tahun baru yang diperkirakan akan dimulai besok (1/1/2025). Jajaran Polri, TNI, Kementerian Perhubungan, otoritas bandara, dan pelabuhan diminta memastikan kelancaran arus balik. Pengalaman kemacetan total seperti yang pernah terjadi di Puncak harus menjadi pelajaran, agar peristiwa serupa tidak terulang kembali.
Untuk mendukung kelancaran pengamanan, dia kembali mengingatkan pentingnya peran ujung tombak pengamanan, termasuk TNI, Polri, BNPT, dan komunitas intelijen. Koordinasi, pengecekan dan tindakan cepat terhadap laporan yang mencurigakan harus menjadi prioritas untuk menghindari kecolongan.
“Semoga kita semua dapat melewati pergantian tahun ini dengan aman, lancar, dan penuh keberkahan,” tutur dia.
Sebelumnya, Peneliti di Pusat Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, menilai cuaca ekstrem berimbas pada angin kencang di sejumlah daerah. Fenomena angin kencang yang terjadi awal pekan ini di sejumlah wilayah Jabodetabek misalnya. Erma menyatakan angin itu terekam dalam data wind gust dari alat Automatic Weather Station yang berfluktuasi sekitar 20-45 km/jam. Wilayah yang terdampak dominan terjadi di pesisir yang menjorok ke laut di Serang, Banten.
“Angin kencang juga ditengarai terjadi di Pelabuhan Merak, mengakibatkan penyeberangan kapal dari Merak ke Bakauheni berpotensi dihantam angin kencang dan gelombang tinggi terutama pada malam hari,” kata Erma kepada reporter Tirto, Kamis (12/12/2024).
Fenomena angin kencang yang terjadi di pesisir Banten dan Jawa Barat yang berhadapan Selat Sunda serta Samudra Hindia, berasosiasi dengan pergerakan bibit siklon tropis 93S yang bergeser dari selatan Jawa Timur menuju selatan Jawa Barat. Namun, kata Erma, mulai terjadi proses peluruhan. Meski meluruh, proses terurainya awan konvektif berklaster dari dua bibit siklon di Samudra Hindia itu dapat mentransfer awan dan hujan.
Awan hujan tersebut terbentuk di atas laut menuju darat melalui dua jenis badai konvektif, yakni pembentukan klaster awan konvektif skala meso atau disebut Mesoscale Convective Complex (MCC) dan hujan badai berpola memanjang yang dinamakan Squall Line di atas daratan dan Laut Jawa. Di sisi lain, sistem tekanan rendah sedang terbentuk juga di laut Jawa saat ini.
“Ini dapat memicu pembentukan mesovorteks atau pusaran badai searah jarum jam dengan lokasi pembelokan angin terbentuk di pesisir selatan DIY dan perbatasan pesisir utara Jatim-Lombok,” kata Erma.
Editor: Rina Nurjanah