Menuju konten utama

Menko Luhut: PLTA Kaltara Senilai USD 2 Miliar Dibangun 2020

Pembangkit Listrik Tenaga Air Mentarang di Kalimantan Utara dengan kapasitas 1.350 MW membutuhkan biaya investasi sekitar 2 miliar dolar AS.

Menko Luhut: PLTA Kaltara Senilai USD 2 Miliar Dibangun 2020
Foto aerial bendungan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Serut berkapasitas maksimal 54 megawatt di Blitar, Jawa Timur, Sabtu (24/3). PLN Distribusi Jawa Timur (Jatim) menyatakan bahwa ketersediaan listrik di Jawa Timur mengalami kelebihan daya pasok sebanyak 1.688 mega watt (mw) sepanjang 2017, Hal tersebut mengacu dari daya mampu harian Jatim sebesar 8.875 MW dengan beban puncak harian Jatim sebesar 5.202 MW.ANTARA FOTO/Irfan Anshori/aww/18.

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mentarang di Kalimantan Utara dapat mulai pada tahun 2020.

Luhut memperkirakan pembangkit dengan kapasitas 1.350 MW itu membutuhkan biaya investasi 2 miliar dolar AS.

"Ini saya minta semua harus selesai [persiapan] tahun ini. Harus bisa konstruksi dalam satu tahun ke depan [2020]. Itu kita-kira [butuh biaya] 2 miliar dolar AS," kata Luhut kepada wartawan saat ditemui di Kemenko Kemaritiman, Jumat (26/7/2019).

Luhut juga mengatakan proyek ini nantinya akan disebut PLTA Mentarang. Pembangunannya akan melibatkan Sarawak Energy, PT Inalum, dan PT PLN.

Menurut dia, kehadiran PLTA ini juga diperuntukan untuk mengisi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berupa Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) di Tanah Kuning.

"Kita kasih semua tenggat waktu. Jadi nanti Mentarang itu kan dengan Sarawak Energy, Inalum, dan PLN. Jadi itu 1.350 MW nanti KEK-nya di Tanah Kuning," ucap Luhut.

Direktur Pengadaan I PLN, Sripeni Inten Cahyani mengatakan, PLTA ini nantinya memerlukan 5-6 tahun sebelum beroperasi secara komersil atau Commercial Operation Date (COD).

Meskipun pembangunan baru akan dimulai tahun depan, ia mengatakan PLTA ini sudah masuk dalam rencana usaha penyedaan tenaga listrik (RUPTL) milik PLN.

Soal kehadiran PLTA ini, Sripeni mengatakan, perannya akan menunjang kebutuhan daya industri. Salah satunya adalah peleburan biji logam atau smelter.

"Bertahap lah, kalau PLTA 5-6 tahun dari sekarang," ucap Sripeni kepada wartawan saat ditemui di Kemenko Kemaritiman, Jumat (26/7/2019).

Baca juga artikel terkait PLTA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali