tirto.id - Memasuki awal tahun 2018, belum ada lagi laporan mengenai kasus difteri. Kendati demikian, Kementerian Kesehatan memastikan kegiatan imunisasi terus dijalankan.
"Imunisasi tetap jalan terus untuk memastikan kondisi badan kita selalu imun," kata Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 di Ruang Serbaguna Roeslan Abdulgani, Kantor Kemenkominfo, pada Jum'at (12/1/2018).
Nila menjelaskan, sampai saat ini, jumlah pasokan vaksin difteri lebih dari cukup. "Tidak ada alasan kita kekurangan vaksin," ungkapnya.
Dia menegaskan vaksin untuk imunisasi difteri aman digunakan. Vaksin yang diproduksi Bio Farma tersebut telah digunakan di 136 negara. Sedangkan sebagian besar negara yang menggunakan vaksin Bio Farma merupakan negara muslim.
Selain itu, Nila mengingatkan bahwa difteri adalah penyakit berbahaya. Bakteri dalam penyakit difteri bisa menyebarkan racun sampai menyerang jantung. Karena itu, menurut dia, sangat penting bagi mereka, yang belum mengikuti imunisasi ini, segera menerima vaksinasi.
Sementara itu, Deputi II Kantor Staf Presiden Yanuar Nugroho mengeluhkan masih terdapat masyarakat yang menganggap vaksinasi tidak perlu dan malah berbahaya. Bahkan, ada yang memakai dalil agama untuk menolak vaksin.
"Kita harus bisa bersikap dan memilah mana informasi yang benar, mana informasi yang salah. Saat ini, perkembangan hoax semakin kencang. Kita bisa memperoleh informasi dari mana saja," paparnya. "Tapi, jangan sampai kita menelan mentah-mentah informasi tanpa mengeceknya lebih dulu."
Dia berharap, untuk mencegah perluasan pengaruh kampanye antivaksin, perlu ada koordinasi antara pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya.
“Informasi-informasi yang beredar dan meresahkan masyarakat musti ditanggapi lebih serius," kata dia.
Hal senada turut diungkapkan oleh Dirut PT Bio Farma Juliman. Menurut dia sudah saatnya mencegah penyebaran informasi salah soal vaksin. Menurut dia kegiatan vaksinasi harus menjadi prioritas pemerintah.
"Vaksin itu penting bagi kesehatan. Sesederhana itu," tuturnya.
Penulis: M Faisal Reza Irfan
Editor: Addi M Idhom