tirto.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, Jawa Barat, memeriksa kondisi kesehatan 72 orang yang kontak erat dengan pasien positif difteri. Sampel puluhan orang itu diuji di laboratorium untuk mendeteksi Difteri yang ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di Garut.
"Mereka yang diambil sampel adalah kontak erat dengan penderita difteri, dan masih menunggu hasil pemeriksaannya," kata Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, Leli Yuliani dikutip dari Antara, Kamis (23/2/2023).
Leli menuturkan wabah difteri banyak menjangkiti warga di Desa Sukahurip, Kecamatan Cigedug, yang mayoritas penderitanya anak-anak.
Kasus difteri muncul sejak empat pekan lalu dengan rincian empat kasus observasi difteri, empat kasus suspek, dua kasus terkonfirmasi positif, dan 55 orang dilaporkan kontak erat dengan pasien positif.
Sebanyak tujuh orang di Desa Sukahurip meninggal dunia tanpa catatan penjelasan riwayat kesehatan. Mereka diduga meninggal akibat terjangkit Difteri.
"Kami belum dapat memastikan apakah penyebab kematian tersebut adalah difteri, karena belum sempat diperiksa melalui pemeriksaan laboratorium," kata Leli
Dinkes Garut saat ini masih menunggu hasil laporan uji laboratorium terhadap 72 orang.
"Kami menerima laporan dari Labkesda Provinsi Jawa Barat ada penambahan tiga orang yang terkonfirmasi positif, jadi jumlah sampai hari ini lima orang," ujar Leli.
Dia merinci penambahan tiga orang positif Difteri itu terdiri dari dua orang berusia tujuh tahun dan remaja 19 tahun.
Pemkab Garut telah menerbitkan Surat Keputusan Bupati Garut tentang Penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Difteri selama 10 bulan atau sampai November 2023.
Pemkab Garut juga akan melakukan vaksinasi massal kasus difteri terhadap anak-anak, salah satunya dengan mendatangi sekolah-sekolah.
Editor: Gilang Ramadhan