tirto.id - Vaksin difteri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1940-an. Sejak saat itu, secara global, pada periode tahun 1980-2000, total kasus difteri menurun hingga 80 persen.
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), vaksin difteri atau imunisasi DPT di Indonesia pertama kali dilakukan pada 1976. Imunisasi DPT diberikan 3 kali, pada usia 2,3, dan 4 bulan.
Untuk semakin meningkatkan perlindungan terhadap penyakit difteri, vaksin lanjutan DPT-HB-Hib mulai dimasukkan dalam program imunisasi rutin pada usia 18 bulan sejak 2014 dan imunisasi Td menggantikan imunisasi TT pada anak sekolah dasar.
Apa itu difteri? Definisi penyakit difteri adalah infeksi bakteri serius yang umumnya menyerang selaput lendir hidung dan tenggorokan. Difteri bisa menghalangi jalan napas dan menyebabkan penderita kesulitan bernapas.
Mayo Clinic menuliskan, obat-obatan untuk difteri tersedia secara umum, tetapi pada stadium tertentu, difteri bisa merusak jantung, ginjal, dan sistem syaraf penderita.
Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), angka kematian difteri rata-rata 5-10 persen pada anak usia kurang dari 5 tahun dan 20 persen pada orang dewasa usia di atas 40 tahun.
Gejala Difteri
Bakteri yang menyebabkan difteri bisa masuk dan menempel di sistem pernapasan. Ketika bakteri mulai menyerang sistem pernapasan, bakteri dapat menghasilkan racun yang dapat menyebabkan gejala difteri seperti berikut ini.
- Lemah
- Sakit tenggorokan
- Demam
- Kelenjar bengkak di leher
- Kesulitan bernapas atau bernapas cepat
- Suara serak
Pencegahan Difteri
Vaksin difteri adalah cara terbaik untuk mencegah penyakit ini. Di Amerika Serikat (AS), ada empat vaksin yang digunakan untuk mencegah difteri, yaitu: DTaP, Tdap, DT, dan Td.
Masing-masing vaksin ini membantu mencegah difteri dan tetanus, DTaP dan Tdap juga membantu mencegah pertusis (batuk rejan).
Untuk bayi dan anak-anak, pencegahan difteri bisa dilakukan dengan imunisasi DTaP untuk anak yang kurang dari usia 7 tahun.
Jadwal imunisasi difteri untuk remaja merekomendasikan agar anak praremaja mendapatkan Tdap pada usia 11 atau 12 tahun.
Remaja yang tidak mendapatkan Tdap ketika berusia 11 atau 12 tahun harus mendapatkannya pada saat kunjungan dokter.
Orang dewasa harus mendapatkan dosis Td setiap 10 tahun sesuai dengan jadwal imunisasi orang dewasa.
Untuk perlindungan tambahan terhadap batuk rejan, setiap orang dewasa yang tidak pernah menerima Tdap harus mendapatkannya sesegera mungkin. Dosis Tdap ini bisa menggantikan salah satu suntikan Td.
Editor: Agung DH