Menuju konten utama

Menkes Budi Keluhkan Banyak Pasien TBC Tak Tertib Minum Obat

Menkes Budi menyatakan, Jokowi bisa menjadi influencer yang diharapkan dapat mendorong pasien TBC rutin minum obat.

Menkes Budi Keluhkan Banyak Pasien TBC Tak Tertib Minum Obat
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (30/11/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU

tirto.id - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, banyak penderita tuberculosis atau TBC yang tidak disiplin minum obat. Padahal, kata Budi, pemberian obat tuberkulosis harus dilakukan rutin selama minimal enam bulan.

Oleh karena itu, Menkes Budi menyatakan, Presiden Joko Widodo bisa menjadi sosok pemengaruh atau influencer yang diharapkan dapat mendorong masyarakat rutin minum obat.

“Jadi saya bilang 'Pak pengidap TBC itu minum obatnya susah, kalau bisa Bapak jadi ini dong', ya beliau nggak kena TBC, tapi bisa memberikan endorsement. Bahwa ayo yang sakit TBC jangan sampai lupa minum obat TBC dan minumnya sampai selesai karena butuh minimal enam bulan,” ujar Budi usai rapat terbatas bersama Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (18/7/2023).

Budi menyatakan, Presiden Jokowi juga sangat membantu dalam mempengaruhi masyarakat agar mau vaksinasi COVID-19. Ia menilai, apa yang dilakukan Jokowi banyak diikuti masyarakat luas.

“Bapak itu pakai jaket, orang pakai jaket, Bapak pakai sepatu apa, semua orang ikut Bapak pakai sepatu. Bapak divaksinasi, semua orang ingin ikut divaksinasi. Bapak bilang stunting itu harus makan telur setiap hari, semua orang ikut,” sambung Budi.

Menurut Menkes Budi, respons Jokowi atas permintaan itu positif. Jokowi, klaim Budi, bersedia keliling Indonesia untuk memberikan imbauan kepada masyarakat soal tuberkulosis.

Sementara itu, Budi sendiri mendapatkan tugas dari Presiden Jokowi untuk dapat meningkatkan kemampuan mendeteksi penyakit tuberkulosis di masyarakat.

“Saya mesti bekerja sama dengan Pak Mendagri (Tito Karnavian) dan Mendes (Abdul Halim Iskandar) untuk memastikan deteksi dari seluruh rakyat yang kemungkinan tuberkulosis,” tutur Budi.

Ia menargetkan dapat mendeteksi 969.000 kasus tuberkulosis per tahun di Indonesia. Saat ini baru sekitar 720.000 temuan kasus yang berhasil dideteksi pada 2022. Bertambahnya angka kasus terdeteksi tuberkulosis justru menjadi penting, agar dapat dilakukan pengobatan lebih awal karena penyakit ini menular.

Menkes Budi juga diminta Jokowi untuk mendirikan lokasi karantina bagi penderita tuberkulosis. Hal itu bertujuan agar tidak terjadi penularan selama masa-masa pengobatan.

“Selama dua bulan dia tidak menularkan ke keluarganya, dimasukin ke karantina khusus, saya disuruh kerja sama dengan Menteri PUPR (Basuki Hadimuljono) di bawah koordinasi Menko PMK (Muhadjir Effendy) agar bisa tidak menular dan diberikan obat, dipastikan dua bulan dia minum obat terus,” terang Budi.

Ia juga menyatakan bahwa Jokowi menanyakan soal ketersediaan vaksin tuberkulosis. Budi menyampaikan bahwa ada tiga jenis vaksin yang dapat didatangkan ke Indonesia.

Budi menegaskan, angka kematian akibat tuberkulosis di Indonesia setiap tahun berkisar di angka 200.000 jiwa, angka ini disebut lebih tinggi dari kematian akibat COVID-19.

Baca juga artikel terkait KASUS TBC atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz