tirto.id - Kematian Kim Jong-nam (46) begitu menghebohkan dunia. Ia dibunuh di Bandara Kuala Lumpur, Senin (13/2/2017). Kim Jong-nam diduga dibunuh dengan jarum beracun saat hendak terbang ke Makau oleh dua perempuan, salah satunya diketahui pemegang paspor Indonesia.
Badan intelijen Korea Selatan menduga kedua perempuan yang melakukan pembunuhan kepada kakak tiri Kim Jong-un itu adalah agen mata-mata dari Korea Utara. Sementara itu Korea Utara hingga kini belum berkomentar mengenai kematian Kim Jong-nam.
Terlepas dari siapa sesungguhnya dalang dari pembunuhan Kim Jong-nam, kasus pembunuhan yang berlangsung di Malaysia membuat sorotan kepada negeri jiran menyangkut seberapa dekat hubungan kedua negara.
The Wall Street Journal (WSJ) dalam laporannya yang berjudul Malaysia, North Korea Ties Run Deep menyebutkan beberapa kedekatan antara Kuala Lumpur dan Pyongyang memang tidak begitu familiar di telinga masyarakat dunia. Malaysia pernah jadi tempat pertemuan informal antara Washington dan Pyongyang.
The Indian Express melaporkan pada Oktober lalu sekelompok mantan diplomat AS mengadakan pertemuan secara tertutup dengan pejabat senior Pyongyang di Kuala Lumpur. Pertemuan yang berlangsung selama dua hari itu merupakan bagian dari serangkaian pembicaraan informal antara Washington dan Pyongyang.
Pembicaraan informal sering dilakukan oleh pejabat negara karena dinilai memberi ruang gerak atau keleluasaan yang tidak didapatkan dalam tata cara formal. Malaysia dipilih sebagai tempat dialog terkait hubungan AS dan Korea Utara. Sejak Juli 2016, Korea Utara memutuskan satu-satunya jalur komunikasi diplomatik resmi kedua negara [AS-Korea Utara], sebagai balasan atas sanksi yang dijatuhkan oleh AS terhadap pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.
Dalam pertemuan tersebut, pihak Amerika dipimpin oleh Robert Gallucci dan pihak Korea Utara diwakili oleh wakil menteri Han Song-ryol serta wakil duta besar Korea Utara untuk PBB Jang iL-hun dan Kuala Lumpur menjadi tempat untuk menemukan cara guna mengurangi ketegangan kedua negara.
Malaysia tidak hanya memberi akses bagi pemerintah Korea Utara sebagai tempat pertemuan dua kubu yang saling berseberangan. Malaysia juga memberi kemudahan kepada warga Korea Utara dengan kebijakan bebas visa untuk kunjungan dengan waktu kunjungan maksimal satu bulan. Kemudahan ini diberikan saat Korea Utara dikucilkan dunia internasional.
Dalam penelusuran Tirto, Malaysia adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang membebaskan visa bagi warga Korea Utara untuk kunjungan dengan maksimal tinggal selama satu bulan. Selain Malaysia, ada juga enam negara lainnya di dunia yang membebaskan visa bagi warga Korea Utara yakni Dominika, Ekuador, Gambia, Guyana, Haiti, dan Kirgizstan.
Selain itu, adanya kemudahan bagi warga Korea Utara untuk masuk ke Malaysia juga mendorong hubungan kerja sama bisnis. Menurut peneliti yang fokus pada studi tentang Korea Utara di Leiden University Belanda, Christopher Green. Ia memperkirakan bahwa terdapat ratusan warga Korea Utara di Kuala Lumpur.
Sedangkan menurut laporan pemerintah Malaysia pada Agustus lalu, terdapat sekitar 80 warga Korea Utara juga diketahui bekerja di industri konstruksi dan pertambangan di Serawak, Malaysia.
“Tentu saja ada banyak kebebasan bagi Korea Utara untuk datang dan pergi. Ini sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu,” ujar Green kepada WSJ. “Ini [Malaysia] menjadi tempat yang terkenal bagi Korea Utara sebagai tempat untuk bisnis.”
Kemudahan ini juga semakin lengkap dengan adanya penerbangan langsung oleh operator pesawat Korea Utara, Air Koryo yang mulai beroperasi pada 2011 dengan rute Pyongyang-Kuala Lumpur. Namun, rute ini ditutup pada pertengahan 2014 setelah adanya sanksi baru dari Dewan Keamanan PBB terhadap Korea Utara.
Sedangkan pada bidang perdagangan, Korea Utara adalah salah satu tujuan ekspor dari Malaysia. Pada 2015, perdagangan antara Malaysia dan Korea Utara mencapai RM22,72 miliar. Jumlah tersebut berasal dari ekspor Malaysia yang mencapai RM17,54 miliar dan impor senilai RM5,18 miliar.
Komoditas yang diekspor Malaysia ke Korea Utara misalnya minyak olahan, karet dan minyak sawit. Sedangkan Malaysia mengimpor bahan kimia, produk besi dan baja dari Korea Utara.
Peningkatan Hubungan Kerja Sama
Pada Desember 2016, The Star melaporkan bahwa CEO Malaysia External Trade Development Corp (Matrade), Datuk Dzulkifli Mahmud mengungkapkan, Malaysia ingin meningkatkan perdagangan dengan Korea Utara.
Salah satu cara meningkatkan hubungan kerja sama dan perdagangan antara Malaysia dan Korea Utara, adalah melalui Malaysia International Branding Showcase (IBS 2016). Sekitar 18 perusahaan Korea Utara mengambil bagian dalam showcase tersebut. Jumlah perusahaan Korea Utara tersebut meningkat dari 2015 yang hanya diikuti oleh empat perusahaan saja.
“Hubungan kami dengan Korea Utara telah berkembang positif selama beberapa tahun terakhir. Masih banyak daerah yang belum dipetakan bagi kedua negara yang dapat dijelajahi untuk kepentingan perdagangan dan ekonomi,” kata Dzulkifli, seperti dikutip The Star.
Akhir-akhir ini, Korea Utara telah aktif berpartisipasi dalam perdagangan antar negara untuk mempromosikan produknya. Malaysia menjadi pintu gerbang bagi Korea Utara untuk masuk ke pasar Asia Tenggara.
Pada 10 Februari lalu, pemerintah Korea Utara dan Malaysia juga menandatangani nota kesepahaman (MOU) yang fokus pada pertukaran budaya antara kedua negara. MOU tersebut fokus pada seni, perpustakaan, arsip, museum dan lembaga kebudayaan di kedua negara.
Adanya peningkatan kerja sama ini tentu memperlihatkan hubungan Malaysia dan Korea Utara yang semakin dekat. Terlebih lagi, Malaysia adalah salah satu dari 24 negara yang hingga kini masih memiliki kantor perwakilan di Pyongyang.
Kembali ke kasus pembunuhan Kim Jong-nam di Kuala Lumpur diyakini tidak mengganggu hubungan diplomatik kedua negara yang menurut laporan The National Committee on North Korea sudah dibangun sejak 44 tahun silam, sangat wajar Kuala Lumpur-Pyongyamg memang tak berjarak.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti