Menuju konten utama

Mengulik Profil Richard Muljadi, Pria Penghisap Kokain di WC SCBD

Richard Muljadi berasal dari keluarga kaya raya. Neneknya masuk daftar orang terkaya versi Forbes, bapaknya pemilik perusahaan farmasi raksasa. Pun dengan paman dan bibinya.

Mengulik Profil Richard Muljadi, Pria Penghisap Kokain di WC SCBD
Richard Muljadi, cucu dari Kartini Muljadi konglomerat pemilik Tempo Scan Group terseret kasus penyalahgunaan narkoba. INSTAGRAM/@richardmuljadi

tirto.id - Mantan Wadir Ditreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Herry Heryawan sedang ada di sebuah restoran di kawasan SCBD, Jakarta, Rabu (22/8/2018) dinihari. Sekitar pukul 01.00 ia merasa aneh dengan tingkah seseorang di toilet.

Orang tersebut terlalu lama berada di bilik. Kecurigaan Herrimen—panggilan Herry Heryawan—makin besar ketika menemukan serbuk putih di dalam toilet bekas orang itu. Tidak butuh waktu lama bagi Herrimen untuk menyimpulkan apa yang terjadi. Orang itu lekas ditangkap.

Dia adalah Richard Muljadi. Herry menangkapnya karena di dalam toilet itu Richard menghisap kokain. Tes urine membuktikan kalau barang haram tersebut memang positif dikonsumsi.

Pebisnis, keturunan ayah dan nenek

Penangkapan seperti ini sebetulnya amat lumrah, bisa terjadi di mana pun dan kapan pun. Yang berbeda pada penangkapan kali ini adalah objeknya. Richard Muljadi adalah salah satu sosialitas tanah air. Ia dikenal gemar hidup mewah dan suka memamerkannya di Instagram, @richardmuljadi (pada 22 Agustus sekitar pukul 19.00 akun ini sudah digembok, sebelumnya tidak).

Richard lahir pada 19 Januari 1988. Lulusan Monash University jurusan Economics and Marketing ini adalah pebisnis multibidang.

Richard Muljadi kembali ke Indonesia setelah memiliki titel akademik sekitar akhir 2009. Kepada majalah Prestige Indonesia edisi 1 Maret 2014 ia mengaku pekerjaan pertama ketika kembali ke sini adalah menjadi fund manager di Ciptadana Securities, perusahaan broker dan penjamin emisi efek.

Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki PT Ciptadana Capital ini didirikan pada 2004 dan mulai beroperasi secara komersial dua tahun setelahnya.

Tahun 2012, ia ditarik ke Mulia Graha Abadi sebagai direktur. Mulia Graha Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa perminyakan. Pekerjaan itu ia lakoni hingga bertahun-tahun kemudian, setidaknya sampai 2015.

Dalam wawancara dengan FIMELA yang dipublikasikan pada 7 Desember 2015, Richard mengatakan kalau ketika itu ia sedang membantu bisnis keluarga "yang bergerak di bidang minyak dan gas"—tanpa menyebut Mulia Graha.

"Pengeboran minyak, perusahaan yang berdiri sudah lumayan lama. Membantu orangtua di situ," katanya.

Pemilik Mulia Graha Abadi adalah Sujipto Husodo Muljadi. Orang ini tak lain adalah ayah kandung Richard. Sujipto menguasai saham senilai Rp9,99 miliar dari total Rp 10,1 miliar modal awal yang disetor.

Selain itu, masih dalam wawancara yang sama, Richard mengaku juga sedang menjalankan bisnis mandiri. Bisnisnya bergerak di bidang agrikultur, impor beras, dan kebutuhan lainnya, lagi-lagi tanpa menyebut nama perusahaan.

Salah satu bisnis Richard yang cukup mudah ditelisik adalah Duatech Global, sebuah perusahaan teknologi. Pada Oktober 2014 lalu, perusahaan ini menjalin kerja sama dengan Greentrac, aplikasi pemantauan energi berbasis awan (cloud). Pada salah satu artikel yang membahas kemitraan ini, SWA menyebut Richard adalah salah satu pendiri Duatech bersama Hans de Kraker.

Data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU) menyebut Richard Arief Muljadi berperan sebagai direktur di PT Dua Teknologi Global, dengan penguasaan 300 lembar saham bernilai Rp300 juta atau setara 50 persen. Sisanya dimiliki sang kakak, Shawn Wahid Mulyadi.

Ketika ditangkap, Richard mengaku telah mengonsumsi kokain sejak dua tahun terakhir. Dengan kata lain ketika ia telah membantu Mulia Graha Abadi selama empat tahun dan berbisnis sendiri setidaknya dua tahun.

Richard Muljadi berasal dari keluarga kaya raya. Selain Sujipto, ayahnya, dia juga punya paman pebisnis, namanya Handojo Selamet Muljadi, presiden direktur Tempo Scan Pacific Tbk, produsen farmasi raksasa.

Nenek Richard, Kartini Muljadi, bahkan lebih hebat lagi. Namanya masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia nomor ke-29 versi majalah Forbes tahun 2015. Dia adalah satu-satunya perempuan yang masuk dalam 50 besar dengan pemasukan terbanyak dari Tempo Scan Pasific. Pemasukan lain berasal dari Kartini Muljadi & Rekan (KMR), salah satu firma hukum paling dihormati di Indonesia.

Tahun lalu posisi Kartini merosot ke angka 44. Ketika itu ditaksir kekayaannya dan keluarga mencapai US$ 680 juta.

Richard mengidolakan neneknya ini, juga bapaknya. Dua orang ini yang menginspirasinya menempuh jalan bisnis juga.

"Nenek saya orang yang sangat menginspirasi. Saya belajar banyak dari dia, dan dari ayah saya."

Baca juga artikel terkait KASUS NARKOBA atau tulisan lainnya dari Rio Apinino

tirto.id - Bisnis
Penulis: Rio Apinino
Editor: Rio Apinino