tirto.id - Calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kembali membuat kontroversi. Ia menyinggung soal DP nol rupiah yang menjadi salah satu program unggulannya di bidang perumahan. Pada debat yang dihelat Senin (27/3) lalu, Anies sempat berucap soal harga rumah di DKI Jakarta senilai Rp350 juta.
Berdasarkan riset yang dilakukan tirto.id pun, program yang diingat oleh masyarakat setelah menyaksikan debat yang diselenggarakan oleh KPU pada putaran pertama adalah program DP nol persen yang digagas pasangan Cagub-Cawagub Anies-Sandi.
Keberhasilan ide program DP perumahan dalam menarik perhatian masyarakat erat kaitannya perumahan merupakan kebutuhan mendasar. Apalagi semakin mahalnya harga hunian di Jakarta yang berakibat pada rendahnya proporsi penduduk yang memiliki rumah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), proporsi rumah tangga di DKI Jakarta yang memiliki rumah sendiri menunjukkan tren yang menurun. Pada 1999, sebanyak 65,43 persen rumah tangga di Jakarta tercatat memiliki rumah tinggal sendiri. Namun, pada 2015, hanya 51,09 persen rumah tangga yang berstatus memiliki rumah sendiri.
Bahkan, pada 2015, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan proporsi rumah tangga yang memiliki rumah sendiri paling rendah di Indonesia. Padahal, pada periode yang sama, 91,47 persen rumah tangga di Sulawesi Barat sudah memiliki rumah sendiri. Di Papua pun tercatat 81,69 persen rumah tangga yang sudah menempati rumah miliknya sendiri.
Jakarta Utara merupakan wilayah dengan kepemilikan rumah milik sendiri yang paling rendah di DKI Jakarta. Pada 2015, hanya 47,3 persen rumah tangga di wilayah ini yang memiliki rumah sendiri. Sedangkan, pada periode yang sama, 86,84 persen rumah tangga di Kepulauan Seribu telah memiliki rumah sendiri.
Bila dilihat berdasarkan luas lantai rumah, pada 2015, sebanyak 32,18 persen rumah tangga DKI Jakarta menempati rumah dengan luas antara 20 hingga 49 meter persegi. Bahkan, masih terdapat 22,08 persen rumah tangga yang menempati rumah dengan luas kurang dari 20 meter persegi.
Padahal, luas lantai rumah berkaitan erat dengan kesehatan penghuninya. Yaitu, luas lantai yang sempit dapat mengurangi konsumsi oksigen dan mempercepat penularan penyakit. Tingginya angka proporsi rumah tangga DKI Jakarta yang menempati rumah di bawah 49 meter persegi mengakibatkan peningkatan proporsi penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan. Tercatat pada 2014, sebanyak 30,45 persen penduduk memiliki keluhan kesehatan dan meningkat menjadi 33,39 persen di 2015.
Rendahnya kepemilikan rumah milik sendiri pada rumah tangga di DKI Jakarta erat kaitannya dengan tingginya harga hunian di ibu kota, baik rumah maupun apartemen.
Berdasarkan survei kuartal IV-2016 yang dilakukan oleh Colliers International Indonesia, rata-rata harga apartemen di Jakarta sebesar Rp31,65 juta per meter persegi. Di kawasan pusat bisnis, harga apartemen bahkan mencapai Rp48,82 juta per meter persegi. Nilai ini tumbuh sebesar 3,3 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Jadi adakah hunian seharga Rp350 juta di DKI Jakarta?
Merujuk pada pernyataan Anies terkait harga rumah, di Jakarta, rumah ataupun hunian seharga kurang dari Rp350 juta sulit untuk ditemukan. Berdasarkan penelusuran rumah baru di Jakarta yang ditawarkan periode 1 Januari hingga 29 Maret 2017 melaui situs rumah123.com, hanya didapatkan tiga perumahan/kluster yang menawarkan harga di bawah Rp350 juta. Rumah yang ditawarkan ini memiliki luas tanah kurang dari 60 meter persegi dan luas bangunan antara 24 hingga 40 meter persegi.
Dengan harga yang serupa, daerah penyangga Jakarta seperti Depok, Tangerang, dan Bekasi dapat memberikan hunian yang lebih luas. Di Tangerang Selatan, rumah dengan luas tanah sekitar 60 meter persegi ditawarkan dengan harga Rp260 jutaan hingga Rp320 jutaan. Sedangkan, di daerah Cilangkap, Depok, masih dapat ditemui rumah yang ditawarkan dengan harga di bawah Rp150 juta untuk luas tanah 50 meter persegi.
Selain rumah, riset Tirto juga melakukan penelusuran apartemen yang menawarkan harga di bawah Rp350 juta. Berdasarkan hasil penelusuran, ditemukan tujuh apartemen dengan harga di bawah Rp350 jutaan yang ditawarkan pada periode Januari-Maret 2017.
Perlu diperhatikan, untuk apartemen, harga di bawah Rp350 juta itu hanya untuk ukuran studio atau yang memiliki luas antara 20 hingga 27 meter persegi. Apartemen tipe studio hanya dapat menampung 1 sampai 2 orang. Lokasinya pun jauh dari kawasan segitiga emas Jakarta, seperti di Cakung dan Cibubur.
Berbeda dengan rumah, harga apartemen di kawasan penyangga pun tak jauh berbeda dengan Jakarta. Seperti di daerah Cisauk, Banten, harga apartemen studio dengan luas 20 m2 ditawarkan sebesar Rp260 juta. Padahal, Cisauk memiliki jarak sekitar 40 km dari Monumen Nasional.
Pernyataan Anies terkait ketersediaan rumah seharga Rp350 juta di DKI Jakarta tentunya menjadi kabar baik bagi sebagian masyarakat DKI Jakarta. Anies tidak salah ketika menyatakan bahwa masih dapat ditemukan hunian dengan harga Rp350 juta di Jakarta. Namun, hunian tersebut masih jauh dari sebutan standar kelayakan.
Penulis: Dinda Purnamasari
Editor: Suhendra