tirto.id - Siang hari setelah kemenangan tim nasional Thailand pada Piala AFF itu, Rumah Sakit Yan Hee masih ramai dengan pasien berbagai macam penyakit. Di sekitar ruang konsultasi, terlihat beberapa pasien sedang menunggu. Para perawat perempuan dengan senyum begitu ramah mendekati satu per satu pasiennya.
Rumah sakit ini adalah rumah sakit internasional yang terletak di sisi utara Kota Bangkok. Letaknya di Jalan Charansawitwong 454. Cukup mudah diakses dari pusat kota maupun bandara.
Yan Hee melayani berbagai penyakit yang umum, yang biasa jadi masalah banyak orang semacam diabetes, darah tinggi, jantung, gangguan prostat, kulit, kecantikan, dan lainnya. Tapi yang spesial, sebagaimana banyak orang ketahui tentang Thailand, rumah sakit ini menawarkan jasa operasi ganti kelamin.
Ketika saya mendatangi bagian informasi, petugasnya yang kemudian tahu saya tak datang dari Thailand segera mengarahkan ke International Center. Di bagian ini, kita bisa mendapat informasi lebih rinci soal pelayanan dengan penyampaian lebih sederhana dan mudah dipahami.
“Silahkan tunggu sebentar, seseorang akan menemui Anda,” kata petugas di bagian yang dirujuk itu, dalam bahasa Inggris. Dia mempersilahkan saya duduk di sofa. Masih terlihat pengunjung dan pasien berlalu-lalang. Tak lama kemudian, seorang petugas perempuan muncul. Masih muda, mungil, berwajah melayu, dan berjilbab. Setelah saya memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris. Tapi rupaya, ia bisa berbahasa Indonesia. Maka saya pun berbincang dengan lancar dengan petugas bernama Aslina itu.
Jadi Perempuan Ala Ladyboy
Ganti kelamin dianggap hal tabu di Indonesia. Nyatanya di Indonesia, seperti halnya di penjuru dunia lain, tak semua orang merasa cocok dengan kelaminnya. Maka, ganti kelamin pun menjadi salah satu solusi. Ada laki-laki yang menjadi perempuan, atau dari perempuan menjadi laki-laki. Thailand menjadi salah satu negara yang terkenal sebagai tempat operasi ganti kelamin.
Operasi termurah di Thailand berkisar antara 100 ribu baht hingga 200 ribu baht, setara Rp37-65 juta. Untuk ukuran ongkos tindakan yang berpengaruh fundamental, cukup murah bukan?
Tapi di Rumah Sakit Yan Hee, biayanya lebih besar dari angka itu. Tak hanya uang yang perlu disiapkan, tapi juga mental. Konsultasi ke ahli kejiwaan bahkan menjadi syarat mutlak.
“Ada langkah-langkahnya,” terang Aslina. Setidaknya calon pasien terlebih dahulu harus konsultasi kepada dua ahli kejiwaan yang disediakan di Yan Hee. Bagi pasien yang berasal dari luar Thailand, diharuskan berkonsultasi dengan ahli jiwa di negara asalnya. Urusan kelamin itu bukan urusan alat vital semata, tapi juga urusan jiwa.
Selain harus berurusan dengan ahli jiwa, si pasien harus terapi hormon perempuan, baik disuntik maupun diminum. Terapi ini butuh waktu setidaknya satu tahun. Tentu saja untuk terapi hormon, si pasien harus merogoh kocek tiap bulan, kira-kira 1.000 baht. Belum biaya konsultasi ke ahli jiwa. Setelah setahun terapi, barulah si pasien bisa membuat janji dengan dokter bedah kelamin untuk bisa masuk ke ruang bedah.
Biaya operasi ganti kelamin di Yan Hee adalah 295 ribu baht atau sekitar Rp110 juta.
“Itu baru operasi biasa,” kata Aslina. Maksudnya, vagina yang dihasilkan tidak dalam. Jika si pasien ingin vaginanya lebih dalam, uang yang diperlukan lebih besar pula, mencapai 400 ribu baht atau Rp150 juta. Yang manapun paket vagina yang diinginkan, uang operasi yang dibayarkan sudah termasuk biaya inap di rumah sakit selama 12 hari.
Beres urusan kelamin, masih ada urusan lain-lain. Suara bass ala laki-laki, misalnya. Tentu ini di luar urusan dokter kelamin. Untuk mengubah suara laki-laki menjadi suara perempuan yang lebih halus, Anda perlu kocek 95 ribu baht. Kira-kira Rp35 juta.
Selain ganti suara, tak jarang klien juga ingin operasi wajah agar terlihat lebih cantik, juga mengubah bokong dan payudara agar terlihat berlekuk. Juga operasi-operasi lainnya agar benar-benar cantik seperti perempuan pada umumnya. Bahkan jika perlu, melebihi kecantikan para pesohor wanita yang sering muncul di film dan televisi.
Beres urusan operasi, maka seorang laki-laki tulen pun bisa jadi seorang ladyboy. Di Indonesia, ladyboy bisa disebut waria.
Di Thailand, mereka biasa kerja di toko, di kantor, dan mereka diberi tempat khusus tampil,” kata lelaki asal Indonesia bernama Thomas. Ia setiap beberapa bulan sekali bolak-balik Jakarta-Bangkok untuk urusan dagang.
Semua tahu ada kabaret ladyboy di Patpong yang ramai dikunjungi wisatawan asing. Hebatnya, Thailand bisa memberdayakan kaum yang di Indonesia dimarginalkan ini sebagai salah satu penggerak pariwisata. Di sini, waria masih sering diolok-olok, didiskriminasi, bahkan dipersekusi.
Susahnya Mau Jadi Laki-laki
Tak hanya melayani laki-laki yang ingin menjadi perempuan, operasi ganti kelamin untuk perempuan yang ingin jadi laki-laki pun ada. Operasinya lebih sulit dibanding mengubah kelamin laki-laki menjadi perempuan yang dilakukan dengan menghilangkan penis dan mengubahnya jadi vagina.
Pertama-tama, payudara mereka harus dipotong dan vagina harus ditutup. Setelahnya akan ada operasi total. Sebelum operasi-operasi itu, suntik hormon dan konsultasi dengan ahli jiwa juga mutlak harus dilakukan.
Biayanya lebih mahal, karena ada beberapa operasi yang harus dilalui dan memakan waktu jauh lebih lama ketimbang proses dari laki-laki menjadi perempuan.
Untuk menghilangkan payudara, dibutuhkan 95 ribu baht dan harus menginap 2 malam di rumah sakit. Untuk operasi tutup vagina, perlu 140 ribu baht dan harus menginap 7 malam di rumah sakit. Untuk membuat penisnya, harus dilakukan operasi ikat tangan. Komponen untuk penis diambil dari daging di tangan si pasien, itu sebabnya namanya operasi ikat tangan. Butuh 70 ribu baht untuk membikin penis ini dan harus menginap 2 malam di rumah sakit. Untuk operasi pamungkasnya, butuh dana 300 ribu baht dan perlu 14 malam di rumah sakit.
Pasien asal Indonesia atau negara lain tentu saja harus merogoh kocek lebih banyak dibanding mereka yang berasal dari Thailand. Mereka harus membayar biaya pesawat, juga penginapan sebelum dan sesudah operasi. Tapi pelanggan terus berdatangan baik dari dalam maupun luar negeri.
Meski pada 2015 Bloombergmelaporkan tak ada data berapa banyak orang yang melakukan operasi kelamin, media ini menuliskan pernyataan para dokter bedah yang mengatakan setidaknya ada 100 dokter di sana yang mampu mengerjakan operasi ini. Begitulah wisata medis ganti kelamin di Negeri Gajah Putih, transeksual dan transgender.
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Maulida Sri Handayani