tirto.id - Slow living menjadi tren di tengah-tengah kehidupan serba cepat. Menjalankan ritme baru dengan gaya hidup slow living memberi sejumlah manfaat yang berarti.
Mereka yang terbiasa hidup di kondisi fast-paced, sering butuh panduan cara menerapkan slow living agar bisa menjalankannya dengan tepat. Sebab, gaya hidup slow living tidaksesederhanamenjalani hidup secara lebih santai dan melambat.
Maka penting memahami apa itu gaya hidup slow living sebelum menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendapat gambaran lebih jelas, simak penjelasan lengkap tentang konsep slow living berikut.
Apa Itu Slow Living?
Pola hidup serba cepat dan penuh tekanan bisa memicu berbagai dampak negatif, seperti stres, gangguan kecemasan, dan bahkan depresi. Untuk mengantisipasi berbagai dampak buruk tadi, mengubah ritme aktivitas dengan gaya hidup slow living bisa jadi pilihan. Nah, apa itu slow living?
Slow living adalah mindset menjalani hidup lebih bermakna dengan memprioritaskan hal yang paling berharga bagi diri kita. Dengan begitu, melakukan berbagai aktivitas dengan 'kecepatan' yang tepat akan menjadi pola hidup.
Sering kali, hal ini berarti memprioritaskan waktu secara tepat untuk hal-hal paling berarti dalam hidup. Tujuan utamanya mencari keseimbangan dalam kehidupan kerja, sosial, dan pribadi.
Carol Blaszczynski, Ph.D di artikel "The slow living movement: Implications for business education" dalam International Journal for Business Education (2011) menerangkan, tren gaya hidupslow living mulai menjadi gerakan di Italia pada 1980 dan kemudian menjalar ke seluruh dunia.
Gaya hidup tersebut berakar pada prinsip 'kesederhanaan suka rela' yang dicetuskan oleh Richard B. Gregg melalui bukunya The Value of Voluntary Simplicity (1936). Prinsip dalam konsep slow living menekankan pentingnya menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan menjalani aktivitas secara intensional, tidak terbelunggu rutinitas padat belaka.
Namun, slow living tidak berarti melakukan segala sesuatu secara melambat, melainkan menyesuaikan kecepatan aktivitas dengan tujuan yang ingin dicapai. Intensitas maupun kecepatan dalam beraktivitas bisa saja meningkat, tetapi hanya saat diperlukan.
"Slow living bukan tentang melakukan lebih sedikit kegiatan, tapi melakukan lebih banyak hal dengan fokus dan tujuan yang lebih besar dengan kecepatan yang tepat," kata Laura Malloy, peneliti di Benson-Henry Institute for Mind Body Medicine dalam publikasi di situs web Harvard Health Publishing.
Slow living adalah soal hidup lebih baik, bukan lebih cepat. Dengan kata lain, slow living menekankan bahwa melakukan berbagai hal dengan lebih cepat tidak selalu berarti baik.
Dalam jangka panjang, terjebak dalam aktivitas padat nan cepat akan membuat kualitas hidup terus merosot.
"Slow living berarti melambat untuk berpikir dua kali sebelum melakukan sesuatu," kata Orly Munzing, pendiri Strolling of the Heifers, dalam artikel Huff Post.
"Ini tidak berarti bahwa kita tinggal di hutan pedalaman atau harus tinggal di rumah saja. Ini hanya berarti kita harus lebih sadar [dalam bertindak]," ujar Orly.
Manfaat Gaya Hidup Slow Living
Gaya hidup slow living mendorong seseorang untuk memprioritaskan diri dan menikmati hidup. Mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga teratur, beristirahat cukup, memiliki banyak waktu bersama orang terdekat atau teman, dan ujungnya hidup lebih bahagia.
Gaya hidup slow living direkomendasikan karena memberi banyak manfaat positif. Laman Slow Living LDN memaparkan sejumlah manfaat slow living sebagai berikut:
1. Memiliki lebih banyak waktu untuk diri sendiri
Gaya hidup slow living bisa membuat seseorang menjadi lebih memahami diri, mengelola stres, dan merayakan momen-momen berharga dalam hidupnya.Dengan menghentikan aktivitas yang mengalihkan perhatian seperti scrolling media sosial atau kegiatan yang tidak memuaskan batin, seseorang akan mendapatkan kembali waktu untuk "memanjakan" diri sendiri. Ada waktu untuk lebih tenang dan berefleksi.
2. Membangun hubungan lebih kuat dengan orang terdekat
Gaya hidup slow living akan membuat kita mendapatkan kembali waktu berkualitas untuk berinteraksi dengan orang-orang terdekat dan tercinta. Dengan memprioritaskan waktu untuk hal-hal yang berharga, kita akan menjadi lebih dekat dengan orang-orang sekitar yang kita sayangi. Hubungan yang renggang pun bisa rekat kembali.3. Mengurangi Dampak Lingkungan
Slow living beriringanpula dengan kesadaran akan lingkungan. Karena tidak terpacu lagi untuk memburu kekayaan semata, orang yang menjalani slow living akan menjadi lebih sadar akan dampak negatif dari aktivitasnya pada lingkungan.Contoh sederhanya, saat tidak lagi terburu oleh kecepatan yang tidak perlu, kita sempat berpikir dua kali sebelum bertindak, untuk menimbang jejak karbon dari aktivitas itu.
4. Menemukan kepuasan dan tujuan hidup
Konsep slow living menempatkan nilai-nilai diri di atas segalanya. Menemukan integrasi kerja yang lebih baik dan meluangkan waktu untuk hal paling penting dapat mengarah pada kehidupan yang lebih terarah pada tujuan. Memprioritaskan kebahagiaan sekaligus tujuan hidup yang lebih bermakna merupakan bagian penting dari slow living.Cara Melakukan Slow Living untuk Pemula
Seseorang yang ingin mencoba melakukan slow living mungkin bingung dengan langkah awal yang harus dilakukan. Berikut tips cara menerapkan slow living bagi pemula:
1. Nikmati setiap rutinitas
Sebagian orang biasanya melakukan aktivitas dengan tujuan menyelesaikannya dengan cepat dan tepat. Cobalah untuk mengganti pola pikir itu. Alih-alih melakukan aktivitas dengan cepat, nikmati saja setiap proses dan langkah yang dilakukan.Contoh slow living paling sederhana adalah saat makan. Kunyah makanan dengan lambat untuk menikmati rasa dan aroma setiap bahan dalam makanan. Tidak perlu terburu-buru karena mengunyah makanan cukup lama sebelum menelannya memberi kita waktu untuk menikmati sensasi rasa yang kaya.
2. Jalan kaki seorang diri
Jalan kaki bisa menjadi olahraga yang menyehatkan tubuh. Tapi lebih dari itu, jalan kaki seorang diri bisa dijadikan cara untuk memulai slow living.Berjalanlah perlahan tanpa buru-buru untuk mencapai titik tertentu. Selama berjalan kaki sendirian, perhatikan suasana alam sekitar. Lihatlah pepohonan, gedung-gedung, jalanan sepi. Dengarkan suara riak air, kicau burung, atau bunyi kendaraan.
3. Ambil jeda dari berbagai aktivitas
Ambillah jeda waktu sekitar 15 – 20 menit untuk berhenti dari segala jenis aktivitas baik itu interaksi dengan dunia maya atau nyata.Biarkan tubuh diam tanpa melakukan apa pun saat jeda berlangsung. Kondisi ini akan memberi kita waktu untuk berpikir, merenung atau berefleksi, memahami tujuan hidup, hingga memperhatikan kondisi fisik.
4. Jalani aktivitas Baru
Untuk memulai pola baru, seperti gaya hidup slow living, bisa dimulai dengan melakukan akitvitas yang sejak lama ingin dilakukan tapi selalu tertunda.Pertimbangkan aktivitas baru. Bisa juga pilih aktivitas yang dulunya kerap dilakukan tapi karena sejumlah rutinitas terpaksa terhenti.
Memiliki aktivitas baru yang bermakna akan membuat diri kita menemukan pengalaman menarik dalam hidup. Cara ini dapat mulai membebaskan kita dari jebakan rutinitas yang membikin stres dan tertekan.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Addi M Idhom