Menuju konten utama

Mengenal 'Garuda Tauberes Indonesia' yang Bikin Geli Erick Thohir

Garuda Tauberes melayani logistik ekspedisi, kargo udara, sampai belanja online.

Mengenal 'Garuda Tauberes Indonesia' yang Bikin Geli Erick Thohir
Menteri BUMN Erick Thohir berbicara di hadapan peserta MilenialFest 2019 di Jakarta, Sabtu (14/12/2019). Acara tersebut mengangkat tema “Lompatan Kemajuan” yang menghadirkan narasumber lebih dari 30 orang. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.

tirto.id - Nama Garuda Tauberes Indonesia (GTI) tiba-tiba mencuat ke permukaan. Anak usaha Garuda Indonesia Tbk ini mendapat sorotan di tengah rencana pemangkasan anak/cucu usaha perusahaan negara. Menteri BUMN Erick Thohir bahkan mengaku geli mendengar nama yang menurutnya tak lazim itu.

“Buat saya menggelitik ada cucu namanya Garuda Tauberes Indonesia. Saya juga baru tahu,” kata Erick kepada wartawan di Direktorat Jenderal Pajak, Kemenkeu, Jumat (13/12/2019).

Saat itu Erick menginstruksikan PT Garuda Indonesia berhenti membentuk anak usaha dan membenahi yang kadung ada.

Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, memastikan GTI akan dievaluasi oleh kementeriannya karena bisnis mereka tidak bersentuhan dengan inti usaha perusahaan induk.

"Yang core-nya paling GMF [Aeroasia] kemudian Aerowisata. Yang lain-lain, yang tidak memberikan added value, kami review semua," ucap Kartika kepada wartawan. Setelah ditinjau ulang itulah nasib GTI akan terjawab, apakah ditutup atau diperpanjang.

ABC Tauberes

Menurut laporan keuangan maskapai pelat merah itu (PDF), PT Garuda Tauberes Indonesia didirikan berdasarkan akta No. 4 tanggal 1 April 2019. Arry Supratno tercatat sebagai notaris, berdomisili di Jakarta. Akta disahkan oleh Menkumham berdasarkan SK No. AHU-0018457.AH.01.01 Tahun 2019 tanggal 8 April 2019.

Artinya, GTI baru seumur jagung.

Modal awal GTI tercatat mencapai Rp8 miliar dan modal ditempatkan senilai Rp2 miliar.

Dalam laporan itu pula tercatat GTI memiliki usaha di bidang pengembangan dan pemrograman aplikasi perdagangan melalui internet atau e-commerce. Namun, dalam situsnya, aplikasi yang dikembangkan GTI ternyata melayani logistik ekspedisi, kargo udara, sampai belanja online--sudah menggandeng PT Sarinah.

PT GTI saat ini masih menumpang di kantor pusat Garuda Indonesia yang terletak di Gunung Sahari, Jakarta. Untuk situsnya sendiri masih berstatus “beta.” Maksudnya baru menyentuh tahap pengenalan pada pengguna atau masa percobaan.

Di antara sekian fakta itu, yang paling menarik barangkali nama “Tauberes” itu sendiri yang ternyata merupakan nama pemberian eks Direktur Utama Garuda Indonesia, i Gusti Ngurah Ashkara atau Ari Askhara. Ari, menurut surat dewan komisaris, menjabat Komisaris Utama PT GTI.

Ari saat ini telah dicopot dari posisinya per 5 Desember 2019 lalu karena terbelit kasus penyelundupan Harley Davidson di pesawat Airbus A330-900 yang dipesan Garuda. Belakangan dewan komisaris juga meminta Ari dicopot dari jabatan komisaris utama yang masih ia pegang di PT GTI dan 5 anak/cucu usaha lain.

Dari sisi kinerja keuangan, anak usaha Garuda ini belum mencatatkan sumbangan pendapatan pada perusahaan pada laporan keuangan September 2019. Namun, beberapa bulan setelah berdiri, perusahaan ini mengalami penurunan nilai aset dari semula 141,895 dolar AS atau Rp1,985 miliar per Juni 2019 menjadi 133.939 dolar AS atau senilai Rp1,874 miliar per September 2019.

Nama GTI masuk sebagai 5 perusahaan yang didirikan Ari pada tahun 2019. Nilai aset perusahaan ini menjadi salah satu yang paling kecil dari anak/cucu usaha lain. PT Garuda Ilmu Terapan Cakrawala (GITC) yang bergerak di pendidikan aviasi memiliki aset 353.159 dolar AS. Lalu PT Garuda Indonesia Air Charter (GIAC), bergerak di bidang penyewaan alat angkut, memiliki aset 602.361 dolar AS.

Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Toto Pranoto menegaskan terlalu dini menilai kinerja perusahaan ini. Apalagi GTI juga ikut terdampak kebijakan direksi Garuda yang melakukan rangkap jabatan komisaris seperti di 4-6 anak usaha saat Kementerian BUMN membatasi hanya 1-2 anak/cucu saja.

Tata kelola perusahaan ini menjadi terganggu karena fungsi kontrol, pengawasan, dan penentuan arah perusahaan terganjal oleh aksi direksi yang bermasalah, tegas Toto.

Namun, menurutnya, GTI memiliki prospek cukup baik untuk mendukung pendapatan Garuda. Ia bilang Garuda memiliki sumber daya yang cukup untuk berhasil di bisnis yang menyatukan e-commerce, logistik, dan kargo udara itu.

“Yang jadi problem, direksi Garuda sudah over duduk sebagai komisaris di perusahaan tersebut. Ini jadi masalah besar. Ujungnya soal good corporate governance (GCG),” ucap Toto lewat pesan singkat, Senin (16/12/2019).

Direktur Teknologi GTI, Gisneo Pratala, yang baru berusia 26 tahun, mendukung langkah Erick Thohir untuk mengevaluasi anak/cucu BUMN terutama Garuda.

Namun Gisneo menyatakan perusahaan yang didirikan saat Ari masih menjabat ini layak dipertahankan, terlepas kasus yang berkembang di Garuda Indonesia. Menurutnya GTI cocok dengan bisnis Garuda yang bergerak di penerbangan.

Gisneo menjelaskan GTI didirikan untuk mengatasi seringnya lambung pesawat kosong tanpa membawa kargo yang notabene menyebabkan pendapatan per penerbangan tidak efektif. Ia bilang saat ini banyak hambatan aturan seperti deposit Rp1 miliar dan minimum pembayaran barang per 10 kilogram yang membuat agen pengiriman enggan menggunakan jasa udara.

Intinya, Gisneo mengatakan GTI mampu menghubungkan banyak agen kepada maskapai. Jika maskapai diuntungkan karena lambung pesawat terisi, agen dan konsumen diuntungkan karena paketnya bisa dikirim lewat udara yang jelas lebih cepat sampai.

“GTI ini masih sangat inline dengan ekosistem Garuda karena bisnis maskapai itu enggak cuma menerbangkan orang-orang, tapi juga barang,” ucap Gisneo kepada reporter Tirto, Senin (16/12/2019).

Baca juga artikel terkait GARUDA TAUBERES INDONESIA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Rio Apinino