tirto.id - Guna mendukung pengawasan distribusi dan update stok vaksin nasional, Kementerian Kesehatan telah menyediakan aplikasi SMILE (Sistem Monitoring Imunisasi dan Logistik Elektronik).
Aplikasi SMILE adalah platform yang memuat data seputar distribusi vaksin dan lokasi penyimpanannya mulai dari tingkat provinsi hingga Puskesmas. Platform ini untuk memastikan data pusat dan daerah sama sekaligus sebagai bentuk transparansi terhadap pengelolaan vaksin COVID-19.
Menkes Budi ingin pemerintah daerah dan Dinkes Provinsi maupun Kabupaten/Kota bisa memanfaatkan platform tersebut dengan melakukan update secara berkala mengenai ketersediaan stok vaksin didaerahnya. Sehingga data tersebut bisa dipakai sebagai dasar bagi pemerintah untuk menetapkan alokasi vaksin ke daerah tersebut.
“Data ini kami mohon untuk diupdate secara rutin oleh seluruh pemerintah daerah, kalau ada perbedaan harus segera di rekonsiliasikan. Karena nanti akan terlihat stok mana yang masih tinggi di satu provinsi, dan kalau masih tinggi kita tidak akan kirim sampai stok itu bisa dihabiskan, sebelum kita kirim batch selanjutnya. Oleh karenanya kecepatan dan konsistensi pengisian data sangat penting agar datanya sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melansir laman Kemkes.
Mengenal aplikasi SMILE
SMILE (Sistem Monitoring Imunisasi dan Logistik Elektronik) adalah salah satu aplikasi yang terintegrasi dalam sistem tersebut. SMILE menyangga lalu-lintas informasi sepanjang lini distribusi logistik, pelaporan, dan pemantauan-evaluasi.
Digulirkan oleh UNDP sejak 2018, SMILE memantau secara real-time logistik rantai dingin vaksin dan penyimpanannya di seluruh titik penyedia vaksin, dari provinsi hingga tingkat Puskesmas dan Rumah Sakit.
Sebelum pandemi melanda dunia, SMILE telah digunakan oleh Kementerian Kesehatan untuk membantu menjawab masalah imunisasi di Indonesia. Dengan tingkat kelahiran bayi sebesar hampir 5 juta/tahun, jumlah anak Indonesia yang harus menjalani imunisasi adalah terbanyak keempat di dunia.
Malansir laman Kominfo, SMILE memotong waktu dan menyederhanakan kerumitan penghitungan rekapitulasi vaksin manual hingga vaksinator dapat memastikan jumlah dan kualitas vaksin secara jauh lebih cepat dan praktis.
SMILE menjawab tiga pertanyaan utama, yaitu:
1) Di mana vaksin kami?
2) Apakah jumlah yang tersedia mencukupi?
3) Apakah disimpan dalam suhu yang sudah ditetapkan?
Dengan memanfaatkan teknologi Internet of Things, di mana wahana penyimpanan dan botol vaksin dilengkapi dengan sensor suhu dan kode bar, data dapat diperoleh. Kepastian jawaban secara real-time memunculkan peran strategis SMILE untuk memastikan kuantitas dan kualitas logistik rantai dingin.
Setelah keberhasilan proyek pilot pada 2018 di Kota Tangerang Selatan dan Kota Bogor, SMILE secara bertahap diterapkan di enam provinsi pada 2020, yaitu Riau, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Gorontalo.
Pada 2021, SMILE diperluas hingga 12 provinsi, untuk mencapai 12.000 puskesmas di 514 kabupaten di 34 provinsi. Sementara utilisasi teknologi digital sukses diterapkan di program imunisasi dasar, SMILE bersiap mendukung program vaksinasi Covid-19.
Di tengah kondisi darurat pandemi, lebih dari 10.000 pengguna SMILE di fasilitas kesehatan yang tersebar di seluruh provinsi telah dilatih secara daring untuk menggunakan aplikasi tersebut dalam pemantauan logistik vaksin Covid-19.
Sejak 4 Januari lalu, Bio Farma mulai mendistribusikan bondong fase pertama vaksin Sinovac sejumlah 1,2 juta dosis, ke Dinas Kesehatan tingkat provinsi di seantero Indonesia. SMILE akan menggiring perjalanan vaksin Covid-19 ke fasilitas-fasilitas layanan kesehatan di tingkat kabupaten/kota yang telah ditentukan.
Dengan SMILE, pemantauan logistik rantai dingin vaksin Covid-19 dari tingkat provinsi hingga fasilitas layanan kesehatan akan terjamin untuk tiap tahapan vaksin yang akan datang.
Editor: Iswara N Raditya