tirto.id - Allergic march merupakan pengembangan respons alergi yang terjadi pada bayi sejak usia dini (sekitar usia 1-3 tahun) yang menjadi lebih progresif atau meningkat di usia berikutnya.
Umumnya, si kecil akan memiliki respons alergi terhadap suatu hal yang merusak perlindungan kulitnya sebagai bentuk pertahanan terluar tubuh, dan menimbulkan reaksi berupa kulit kemerahan, bengkak, dan rasa gatal.
Pada anak yang memiliki bakat alergi, respons ini terjadi terhadap hal-hal yang sewajarnya tidak mampu menimbulkan reaksi pada anak yang normal, demikian seperti dikutip dari situs resmi Nutricia.
Seperti dilansir dari WebMD, ada dua hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan peluang anak mengalami eksem yang memburuk, asma, atau alergi:
- Menyusui. Banyak bukti menyatakan bahwa menyusui anak selama 6-12 bulan pertama kehidupannya dapat menurunkan peluang untuk menderita alergi atau asma.
- Perubahan diet. Jika bayi memiliki risiko alergi yang tinggi, beberapa dokter merekomendasikan perubahan dalam diet. Ibu bayi biasanya akan diminta menunda pemberian makanan padat sampai bayi berusia setidaknya 6 bulan.
- Tes alergi. Tes alergi dilakukan untuk mengetahui apa saja yang memicu dan menyebabkan anak alergi, hingga orangtua bisa mencari cara untuk menghindarinya.
- Gunakan pelembab. Gunakan krim kental dan salep yang mencegah kulit kering.
- Gunting kuku anak saat mulai memanjang. Kuku anak yang pendek tidak akan terlalu merusak kulit ketika mereka menggaruknya.
- Hindari iritasi. Selalu gunakan sabun dan deterjen tanpa pewangi, jauhi juga asap rokok.
- Perhatikan masalah. Jika eksem anak tampak semakin memburuk, atau ia mengalami gejala alergi seperti hidung tersumbat atau pilek, kunjungi dokter. Semakin cepat anak mendapatkan perawatan, maka akan semakin baik.
Menurut laporan dari American Academy of Pediatrics (AAP) tahun 2014, setidaknya 10 persen anak-anak di Amerika Serikat mengalami eksem. Dalam 85 persen kasus, itu berkembang sebelum usia 5 tahun, tetapi lebih dari setengahnya muncul pada tahun pertama kehidupan.
Healthline mewartakan, bayi dengan riwayat keluarga asma, alergi, atau eksem sendiri lebih mungkin untuk mengembangkannya.
Antara 20 dan 30 persen penderita eksem memiliki variasi genetik yang membahayakan lapisan kulit terluar dan hal ini membuat kulit lebih sulit untuk mempertahankan kelembapan dan mencegah zat asing.
Beberapa makanan yang cenderung membawa gejala eksem dan allergic march pada bayi serta anak-anak di antaranya:
- Susu
- Telur
- Kacang-kacangan
- Kacang pohon
- Gandum
- Ikan
- Kerang
- Kedelai
Sementara alergi makanan berkaitan dengan fungsi sistem kekebalan tubuh, kondisi ini terjadi walau hanya makan sejumlah kecil makanan dan dapat menyebabkan reaksi yang mengancam jiwa.
Reaksi ringan dapat diobati dengan obat antihistamin, tetapi reaksi parah alergi makanan membutuhkan perhatian medis di unit gawat darurat, demikian seperti dilansir Antara yang mengutip Medical Daily.
Penyebab Allergic March pada Bayi
Hingga kini, para ilmuwan belum menemukan alasan di balik alergi makanan. Meski begitu, ada tiga kondisi yang bisa dikelompokkan sebagai intoleransi makanan atau alergi makanan, yakni:
1. Intoleransi laktosa
Hanya 35 persen orang di atas usia antara 7-8 tahun yang mampu mencerna laktosa. Seiring bertambahnya usia, usus kehilangan kemampuan untuk memproduksi enzim laktase yang cukup untuk mencerna protein laktosa dari susu.
Ini kemudian mengarah pada akumulasi laktosa di saluran pencernaan, menyebabkan kembung, radang dan diare.
Menghindari susu, yogurt, dan keju saat mengonsumsi suplemen enzim laktase bisa membantu pemulihan.
2. Penyakit celiac
Kondisi autoimun ini dipicu konsumsi makanan yang mengandung gluten, menyebabkan reaksi inflamasi di usus kecil.
Sebanyak 1 dari 100 orang di seluruh dunia memiliki penyakit celiac. Ketika dialami dalam jangka waktu yang lama, kondisi ini merusak lapisan usus kecil dan menghentikannya menyerap nutrisi.
3. Intoleransi gluten
Intoleransi terhadap gluten, protein yang ditemukan dalam gandum dan gandum hitam, mengakibatkan rasa sakit, kembung, mual, sembelit, dan diare.
Gejala lainnya termasuk cemas, sakit kepala, bingung dan mati rasa. Orang seperti itu harus menghindari makanan mengandung gluten seperti roti, pasta, bir, kue dan biskuit.
Editor: Agung DH