tirto.id - Tanggal 12 Desember selalu diperingati sebagai Hari Bhakti Transmigrasi (HBT). Tahun ini, HBT telah memasuki peringatan yang ke-69 kali.
HBT bermula pada 12 Desember 1950 yang kala itu memberangkatkan 23 Kepala Keluarga (KK) ke Lampung dan Lubuk Langgau sebanyak 2 KK. Saat itu jumlah keseluruhan sebanyak 98 orang.
Istilah transmigrasi diperkenalkan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta. Soekarno saat itu memperkenalkannya lewat tulisannya di Harian Soeloeh Indonesia.
Sedangkan Hatta pada Konferensi Ekonomi di Kaliurang, Yogyakarta, 3 Februari 1946, yang menyebutkan bahwa pentingnya transmigrasi untuk mendukung pembangunan industrialisasi di luar Jawa.
Makam Pionir Pembangunan Transmigrasi di Desa Sukra, Indramayu menjadi tanda perjuangan pembangunan transmigrasi di Indonesia. Sebab saat itu pada 11 Maret 1974, 67 pionir transmigran asal Boyolali, Jawa Tengah, yang hendak menuju unit permukiman transmigrasi (UPT) Rumbiya, Sumatera Selatan, meninggal dunia.
Bus yang mereka tumpangi saat itu tergelincir, kemudian masuk dan terbakar di Kali Sewo di Desa Sukra, Indramayu, Jawa Barat. Hanya tiga orang yang selamat dalam kecelakaan itu. Maka untuk mengenang peristiwa itu, dibangunlah Makam Pionir Pembangunan Transmigrasi di Desa Sukra, Indramayu.
Di setiap peringatan biasanya Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia (Kemendes PDTT) melakukan ziarah ke Makam Pionir itu.
Pada 2018 lalu Hari Pramudiono, Direktur Jenderal Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi mengatakan, ziarah ini merupakan bentuk penghormatan dan doa kepada para arwah pionir transmigran yang gugur saat itu.
Keuntungan Transmigrasi
Kementrian Keuangan (Kemenkeu) Republik Indonesia menjelaskan ada setidaknya enam keuntungan yang bisa diperoleh negara melalui transmigrasi.
1. Membuka keterisolasian daerah terpencil. Menurut Kemenkeu, program transmigrasi telah berkontribusi pada pembangunan jalan penghubung atau poros dan jalan desa serta jembatan dan gorong-gorong di kawasan-kawasan transmigrasi.
2. Program transmigrasi telah mendorong pembentukan dua ibukota provinsi baru. Mamuju, yang kini menjadi ibukota Sulawesi Barat, merupakan pengembangan dari kawasan transmigrasi. Selain itu, ibukota Kalimantan Utara, yakni Bulungan, juga lahir dari pengembangan kawasan transmigrasi.
3. Program ini juga telah mendorong pembentukan ibukota kabupaten/ kota dan kecamatan. Tercatat pada peringatan HBT yang ke-66, sudah terdapat 104 permukiman transmigrasi yang berkembang menjadi ibukota kabupaten/ kota. Selain itu, 385 permukiman transmigrasi telah menjadi ibukota kecamatan.
4. Mendorong terbentuknya desa-desa baru. Dari 3.055 desa baru yang terbentuk dari permukiman transmigrasi, 1.183 telah menjadi desa definitif yang diakui oleh pemerintah.
5. Transmigrasi juga mendorong swasembada pangan. Upaya tersebut diwujudkan melalui penambahan luas areal pertanian pangan berupa ekstensifikasi (lahan pekarangan, lahan usaha I dan lahan usaha II).
6. Mendukung upaya ekspor non migas. Wujud nyata dari kontribusi tersebut yaitu melalui pembukaan lahan perkebunan seluas 391.559 hektare dan berkembangnya pusat produksi baru yang berbasis pertanian yaitu perkebunan kelapa sawit dan karet. Sebagian besar lokasi tersebut tersebar di Sumatera dan Kalimantan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014, hingga 2016 sudah terbentuk 23 kawasan transmigrasi yang telah ditetapkan oleh menteri. Lokasi tersebut seperti Kawasan Salor, Kabupaten Merauke; Kawasan Kobisonta, Kabupaten Maluku Tengah; Kawasan Air Terang, Kabupaten Buol dan lain sebagainya.
Sebelum terbentuk menjadi kawasan transmigrasi, pemerintah telah menetapkan 48 Kota Terpadu Mandiri (KTM). KTM merupakan embrio dari kawasan transmigrasi. Pada 2016 juga, pemerintah telah memberangkatkan 1.658 Kepala Keluarga untuk ikut program transmigrasi.
Penulis: Febriansyah
Editor: Nur Hidayah Perwitasari