tirto.id - Banyak hal terjadi pada bayi yang harus dikenali orang tua. Selain kapan pertama kali bayi mulai tertawa, berjalan, berdiri, orang tua harus tahu beberapa gejala yang kerap terjadi pada bayi, salah satunya gumoh setelah minum ASI.
Gumoh pada bayi berbeda dengan muntah. Menurut penelitian Nurul Arwita dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), berjudul Pengaruh Pemberian Upright Position terhadap Pengurangan Frekuensi Gumoh pada Bayi Usia 0-3 Bulan, tertulis gumoh adalah keluarnya isi lambung tanpa adanya tekanan dan kontraksi dari diafragma atau dinding perut.
“Gumoh terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit seperti meludah atau kadang-kadang cukup banyak, cairan yang keluar biasanya berupa ASI dengan volume yang tidak terlalu banyak dibawah 10 cc,” tulis Nurul Arwita.
Penyebab dari gumoh bermacam-macam. Salah satu faktornya adalah posisi bayi dan ibu dalam aktivitas menyusui. Posisi ibu yang menyusui sambil tiduran miring dan bayi telentang akan membuat cairan asi tidak masuk ke dalam saluran pencernaan. Asi malah akan masuk dalam saluran pernapasan.
Lalu ada faktor pemakaian gurita yang terlalu kencang. Pemakaian gurita akan membuat lambung si bayi tertekan.
Gumoh banyak terjadi pada usia bayi 0-3 bulan, frekuensinya kadang-kadang mencapai 1 sampai 4 kali dalam sehari. Apabila gumoh kerap terjadi maka akan menyebabkan gejala patologis. Hal itu menyebabkan bayi sering menangis, tidak mau makan dan adanya gangguan pernapasan.
Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah membuat si bayi terus-terusan bersendawa. Bersendawa membantu mengeluarkan udara dalam perut si bayi.
Selain itu, gumoh juga bisa dicegah dengan teknik menyusui yang bernar. Dalam penelitian Farida Yuliani berjudul Teknik Menyusui yang Benar pada Ibu Menyusui tertulis, teknik menyusui yang baik adalah perut bayi menempel ibu, kepala bayi mengadap payudara.
Selanjutnya buatlah bayi bersendawa sebelum ia tidur. Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya tidak gumoh setelah menyusu.
Editor: Dipna Videlia Putsanra