tirto.id - Ketidakpastian baik untuk harga emas. Setiap ketidakpastian akan berujung pada larinya investasi-investasi lain ke keranjang yang aman, salah satunya emas. Itulah mengapa harga emas selalu naik di tengah beragam gejolak dan ketidakpastian.
Ketika Donald Trump terpilih sebagai presiden Amerika Serikat, ketidakpastian langsung membayangi. Harga emas langsung melejit. Namun, itu tidak berlangsung lama. Terpilihnya Donald Trump justru membawa optimisme, yang dampaknya meredam kenaikan harga emas.
Trump menjanjikan stimulus ekonomi besar-besaran. Dana hingga $1 triliun akan digelontorkan untuk belanja infrastruktur. Ia juga akan melakukan deregulasi dengan fokus untuk melindungi perekonomian AS. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan akan meningkat.
Positifnya optimisme terhadap Trump memang berdampak pada batalnya kenaikan harga emas secara signifikan. Namun, untuk ke depan, investor masih harus mewaspadai sejumlah sentimen negatif yang justru akan membuat harga emas naik. Sentimen itu adalah terkait permintaan emas dari Cina dan India, serta kemungkinan terjadinya perang dagang antara Cina dan Amerika.
Tren Kenaikan
Bloomberg mencatat, harga emas pada tahun 2016 naik 8,9 persen menjadi $1.155,12 per troy ounce. Ini merupakan kebangkitan harga emas setelah penurunan berturut-turut selama tiga tahun terakhir.
Menurut catatan Statista, rata-rata harga emas mencapai level tertinggi pada 2012 yakni $1.657,5. Setelah itu, harga emas terus menerus terpukul. Pada 2013, rata-rata harga emas hanya $1.204,5, pada 2014 hanya $1.206, dan 2015 hanya $1.060 per troy ounce.
Memasuki tahun 2016, harga emas mulai berada pada tren kenaikan. Menurut Reuters, harga emas pada semester I-2016 naik hingga 30%, dengan intraday sempat mencapai $1.374,91 per troy ounce pada 6 Juli. Namun sejak itu, harga meluncur 17,5 persen dan pada 16 Desember hanya di kisaran $1.133,99.
Berbaliknya sentimen investor terjadi setelah mereka meyakini perekonomian AS akan membaik di bawah kepemimpinan Donald Trump. Optimisme itu berdasarkan pandangan bahwa Trump bisa menggenjot perekonomian AS melalui program infrastruktur.
Pasar saham dan industri logam sudah menikmati lonjakan setelah kemenangan Trump. Dolar AS juga menguat karena investor memperkirakan Bank Sentral AS akan kembali menaikkan suku bunganya, setelah kenaikan perdana pada Desember 2016.
Ekspektasi pasar yang positif dan juga keyakinan kepemimpinan Trump tidak baik untuk emas. Adanya penguatan dolar dan kenaikan suku bunga, ditambah dengan penguatan pasar saham, maka harga emas kemungkinan tidak akan menguat signifikan.
Sentimen Penggerak Pada 2017
Pasar sejauh ini sudah memperhitungkan sisi positif dari kepemimpinan Trump. Namun, ada sentimen lain yang kemungkinan belum diperhitungkan. Salah satunya adalah permintaan dari dua negara konsumen utama emas: Cina dan India.
Reuters mencatat permintaan emas Cina pada tahun 2016 turun tajam, hanya 182,5 ton pada kuartal ketiga atau berarti turun 22 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara permintaan India hanya 194,8 ton atau turun 28 persen.
Permintaan emas dari Cina diprediksi masih landai pada 2017, dengan kecenderungan meningkat tipis. Namun, permintaan emas India kemungkinan akan mengalami gangguan setelah adanya kebijakan penarikan pecahan 500 dan 1.000 rupee. Pecahan tersebut mewakili 86 persen dari keseluruhan nilai uang
Masyarakat India terutama menggunakan tunai untuk bertransaksi, sehingga ketika ada kebijakan penarikan secara mendadak, perekonomian terganggu. Harga emas kemungkinan akan terpengaruh karena orang India biasa membeli emas dengan tunai. Permintaan emas India akan tergantung pada seberapa jauh dampak dari demonetisasi yang diberlakukan India.
Kebijakan demonetisasi India telah memicu kekisruhan. Baca laporan Tirto.id terkait rush money yang terjadi di India sebagai dampak dari penarikan pecahan 500 dan 1.000 rupee.
Sentimen lainnya adalah kemungkinan adanya perang dagang antara Amerika dan Cina, termasuk juga kompleksitas dampak British Exit atau Brexit. “140 karakter (Twit) yang tidak disaring dari Trump sepertinya menciptakan ketegangan dengan partner perdagangan terbesar Amerika,” kata Mark O’Byrne, direktur GoldCore Ltd di Dublin.
“Pasar sudah terguncang oleh masalah Brexit, pemilu mendatang di Eropa, dan meningkatnya hantu perang cyber yang bisa memicu permintaan pada investasi yang aman,” tambahnya.
Menurut survei Bloomberg terhadap 26 analis, harga emas kemungkinan naik sekitar 13 persen pada 2017. Dua per tiga dari analis yang disurvei Bloomberg dari Singapura hingga New York menyebut bullish untuk 2017. Angka median proyeksinya adalah $1.300, dengan puncaknya sekitar $1.350.
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Suhendra