Menuju konten utama

Masyarakat Mengeluh Harga Telur dan Daging Ayam Makin Mahal

Salah satu pedagang telur di Pasar Meruya, Jakarta Barat, Abdul Rozak (38) mengatakan kenaikan harga telur membuatnya takut merugi.

Masyarakat Mengeluh Harga Telur dan Daging Ayam Makin Mahal
Pekerja menyusun telur ayam di peternakan Desa Pematang Biara, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (7/4/2023). ANTARA FOTO/Yudi/Lmo/foc.

tirto.id - Harga telur saat ini sudah mulai tembus Rp30.000 per kilogram (kg). Hal ini membuat pedagang telur kian resah akan kenaikan harga telur tersebut.

Salah satu pedagang telur di Pasar Meruya, Jakarta Barat, Abdul Rozak (38) mengatakan kenaikan harga telur membuatnya takut merugi.

“Telur sekarang udah naik nih tembus ke harga Rp30.000, sebelumnya posisi harga telur sempat di Rp28.000, jadi ini naik dua ribu ini sekarang. Kalau terus-terusan naik ini bisa rugi saya dan kasihan sama pembeli saya,” ucap Abdul saat berbincang dengan Tirto, Jakarta, Jumat (5/5/2023).

“Sebetulnya, harga telur kemarin-kemarin itu naik turun terus. Tapi sekarang, malah jadi naik terus sampai ke harga Rp30.000,” tambahnya.

Ketika ditanya kesulitannya, Abdul menuturkan sampai saat ini pasokan telur masih aman. Namun, kenaikan harga telur ini menurut Abdul, berawal dari pemasoknya yang mengatakan harga jual telur mulai naik.

“Saya dikasih tahu agen (pemasok) bahwa telur hari ini mulai naik harga jualnya. Karena, agen saya bilang dari peternaknya itu pakan untuk ayamnya sudah mahal seperti jagung dan lainnya, makanya sekarang telur mahal,” jelasnya.

Abdul mengaku kasihan dengan konsumennya. Sebab, beberapa konsumen sempat protes ke dirinya.

“Ibu-ibu juga protes ke saya kenapa nih harga telur kok naik terus. Saya cuma pasrah saja sebetulnya dan bilang ini dari agen saya sudah mahal. Saya sebetulnya juga kasihan dengan para pedagang makanan yang beli telur yang sekarang malah jadi mahal, ini juga kan pengaruhnya ke rezeki mereka,” imbuhnya.

Beralih ke pedagang daging ayam, Alan (56) menuturkan, pasca lebaran harga daging ayam mengalami kenaikan. Hal ini membuat dagangannya kian sepi pembeli.

“Harga daging ayam setelah lebaran naik ini kalau untuk per ekor dari Rp43.000 sekarang naik menjadi Rp46.000. Lalu kalau untuk beberapa bagian ayam seperti paha ayam otomatis juga naik dari Rp34.000 ke Rp36.000 per kg nya. Intinya daging ayam semuanya lagi naik hari ini,” kata Alan.

“Karena harganya naik, ini saja dagangan saya jadi sepi pembeli. Untuk pagi ini, saya hitung baru ada lima orang saja yang beli daging ayam di dagangan saya,” lanjutnya.

Ketika ditanya mengenai kesulitannya, Alan mengatakan saat ini para pedagang ayam kalah bersaing dengan para penjual daging ayam yang dijual secara online.

Menurut Alan, masyarakat masih memanfaatkan kepraktisan membeli daging ayam secara online dan juga kelengkapannya.

“Pedagang ayam kalau jujur kesulitannya saat ini yaitu bersaing dengan para penjual daging ayam yang online. Karena kan mungkin ini masih kebawa ya dari zaman COVID-19 yang serba praktis, apalagi kan lengkap kalau online sampai terasi juga ada di online,” ucapnya.

Pasokan stok ayam ke dagangannya sangat jauh berbeda dengan sebelumnya. Saat ini stok ayam yang ia dapatkan dari pemasoknya sebanyak 300 ekor, padahal sebelumnya stok ayam yang Alan dapatkan bisa mencapai 700 ekor.

“Kalau dulu itu beda banget sama sekarang untuk pasokan stoknya. Saya juga tidak tahu kenapa ini stok dikurangi. Apa karena semakin mahal ayamnya atau lainnya. Intinya dulu saya dapat stok bisa sampai 700, sekarang hanya 300 ekor saja,” ungkapnya.

Menurut Alan, harga ayam ini juga sudah mulai naik berawal dari pemasoknya. Ia pun saat ini hanya bisa pasrah ketika harga ayam semakin mahal dan berharap agar harga ayam kembali normal.

“Saya berharap harga ayam stabil saja, ini aja dagangan sepi bisa-bisa saya tidak bisa mencukupi kebutuhan di rumah. Kalau bisa pemerintah turun tangan kalau harga ayam naik terus,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait HARGA TELUR AYAM atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang