tirto.id - Sekitar pukul 18.15 WIB, massa pendukung Basuki-Djarot (Badja) telah memenuhi lokasi aksi damai "Malam Solidaritas atas Matinya Keadilan" di Tugu Proklamasi jalan Proklamasi Jakarta Pusat, Rabu malam (10/5/2017).
Massa telah mulai berkumpul sejak sekitar pukul 17.00 WIB dengan menggunakan pakaian gelap hitam dengan membawa lilin dan pita hitam. Sebagian warga masih mengenakan pakaian kerja dan pakaian kotak-kotak khas pendukung Badja.
Sebelum aksi dimulai, segerombolan pemuda mendahului menyanyikan lagu-lagu kebangsaan. Sekitar pukul 18.20 WIB, panitia menyediakan kain putih panjang untuk petisi dukungan berupa tanda tangan. Selain itu, panitia juga mengumpulkan fotokopi KTP atau melakukan pengambilan foto KTP bagi yang tidak membawa KTP.
Pengumpulan Fotokopi KTP tidak hanya berlaku untuk warga yang ber-KTP Jakarta, tetapi untuk seluruh warga Indonesia. Aksi solidaritas juga dilakukan di beberapa daerah seperti Yogjakarta, Bandung, Makasar, Denpasar, Nusa Tenggara Timur, Manado dan juga Papua.
Pukul 18.45 WIB aksi solidaritas dimulai dengan menyanyikan lagi Indonesia Raya. Para peserta aksi ramai-ramai mengunduh acara solidaritas di sosial media dengan menggunakan tagar #justiceforahok dan #indonesiaberkabung.
Massa pendukung Badja berteriak menggemuruh di Tugu Proklamasi: "Siapa kita? Indonesia. Mana Solidaritas mu? Kami Ahok. Bebaskan Ahok," teriak mereka berkali-kali.
Acara tersebut dihadiri oleh tokoh lintas agama dan kakak dari Ahok, Nana Raweati. Acara tersebut diisi dengan menyanyikan lagu-lagu Nasional bersama-sama seperti Indonesia Raya, Satu Nusa Satu Bangsa, Rayuan Pulau Kelapa dan lagi Nasional lainnya.
Massa pendukung Badja ingin membuktikan kepada dunia bahwa ada ketidakadilan yang sedang terjadi di ibu kota Indonesia, Jakarta dengan memenjarakan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Dengan lantang, mereka meneriakkan bahwa kasus yang kini tengah menimpa Ahok hanyalah kasus yang dibuat-buat saja.
"Kami berkumpul karena ada kedzoliman, ada ketidakadilan yang menimpa Ahok. Selama ini Indonesia dikenal negara yang demokratis pluralisme tapi hari ini dunia dipertontonkan ketidakadilan. Pejabat yang bersih dipenjara dengan kasus yang diada-adakan," ungkap salah satu panitia di hadapan massa pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Alexander Haryanto