tirto.id - Wapres Ma'ruf Amin mengimbau kepada seluruh pejabat negara dan elemen masyarakat agar mengimplementasikan sikap sederhana pada perayaan Idulfitri 2023. Kesederhanaan ini, menurutnya, perlu karena sesuai dengan nasihat sahabat Rasulullah, Ali bin Abu Thalib.
“Kepada para pejabat maupun masyarakat umum untuk tidak merusak kebahagiaan Idulfitri dengan sikap pamer-pamer seperti itu, yang tidak terpuji, bahkan bisa menyakiti orang lain. Saya mengajak semua pihak untuk bersikap sederhana,” imbau Wapres dalam pernyataannya di Jakarta, dikutip Minggu (23/4/2023).
Ma'ruf lantas mengutip nasihat Ali bin Abu Thalib. Di mana dalam nasihat itu dia menyampaikan: 'jangan bicara tentang hartamu di hadapan orang lain, jangan bicara kesehatanmu di hadapan orang yang sakit, jangan bicara kekuatanmu di depan orang yang lemah, jangan bicarakan orang yang sedih di depan orang yang bahagia, jangan bicara kebebasanmu di depan orang yang terpenjara, jangan bicara tentang anak muda di depan orang yang tidak punya anak, jangan bicara tentang orang tuamu di depan anak yatim.'
"Ini semua akan menyakiti mereka yang tidak mempunyai apa-apa seperti yang kita miliki. Kesimpulannya jadi jangan memamerkan kekayaan di hadapan orang-orang yang dalam keadaan kesulitan,” jelasnya.
Di sisi lain, Ma'ruf mengingatkan bahwa di dalam harta atau kekayaan yang dimiliki seorang individu, terdapat milik orang lain di dalamnya.
Untuk itu, dia mengajak seluruh masyarakat untuk saling berbagi dan membantu agar perayaan Idulfitri ini semakin dirasakan lagi kebahagiaannya oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Kita boleh saja punya harta, punya kekayaan, mungkin Allah memberikan rezeki kepada kita. Tetapi sebaiknya jangan kita pamerkan, kita sederhana saja. Dan bahkan kalau bisa justru apa yang kita punya itu, kita bagikan kepada orang-orang di sekitar kita. Nabi mengatakan begitu, siapa yang di hari raya punya kelebihan, nah, kelebihannya berikan kepada tetangganya,” imbuh Wapres.
“Seperti dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Karena memang kebahagiaan itu tidak berarti harus kita tunjukkan dan kita pamerkan,” sambungnya.
Lebih lanjut, Wapres Ma'ruf memaknai perayaan Idulfitri tidak hanya sebagai waktu di mana umat Islam kembali menjadi fitri (suci) setelah segala dosa dan keburukannya dibersihkan selama Ramadan. Namun, dia juga memaknai Idulfitri sebagai momen kebangkitan diri.
“Sebenarnya kembali ke fitri itu, seperti kita kembali dilahirkan oleh ibu kita, artinya kita itu dibersihkan lagi dari berbagai hal yang tidak baik selama ini, diputihkan, sehingga kita menjadi manusia baru dengan semangat baru, dengan keinginan yang baru,” terangnya.
Oleh karena itu, sambungnya, dengan semangat baru yang dimiliki umat Islam pada hari Idulfitri, maka akan menjadi pemicu kebangkitan diri dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.
“Itu bisa dijadikan sebagai start atau [waktu] memulai untuk melakukan langkah-langkah baru yang lebih baik lagi,” ujarnya.
Kebangkitan tersebut, tutur Ma'ruf, dapat diaplikasikan dalam semua bidang kehidupan. Sehingga menurutnya, hari lebaran bukan hanya tentang baju baru, rumah baru, atau kendaraan baru, tetapi lebih kepada semangat baru untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
“Semangat yang baru, lebih bisa diartikan sebagai aktivitas yang baru,” tegasnya.
Untuk itu, menurut Wapres, momen lebaran dapat didorong, misalnya, untuk lebih giat dalam bekerja, berusaha, dan juga membantu masyarakat. Termasuk mengembangkan ekonomi masyarakat dengan meningkatkan UMKM.
“Nah, ini saya kira yang mestinya [dilakukan] bukan sekedar [memiliki barang-barang baru]. Artinya, jangan bersukaria saja [yang] tidak memberi dampak pada peningkatan kualitas kita,” pesannya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Maya Saputri