tirto.id - "Selamat datang bos akal sehat, Bung Rocky Gerung, terima kasih kehadirannya," ujar pembawa acara peluncuran buku karya Denny Indrayana, menyambut kedatangan Rocky Gerung, Jumat (1/2).
"Makan duren Ciawi bareng Presiden Akal Sehat (PAS) @rockygerung. Salam dua jari," tulis Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon via akun twitternya, Minggu (10/2).
Dua ucapan di atas menggambarkan bayangan orang soal lekatnya "akal sehat" dengan Rocky Gerung sehingga eks-pengajar di program studi Ilmu Filsafat Universitas Indonesia itu pantas dapat julukan "bos" hingga "presiden" akal sehat.
"Akal sehat" memang sudah sering digunakan dalam percakapan publik di Indonesia sejak dulu. Namun, setahun belakangan ini, frasa tersebut berbunyi lebih nyaring dan tampil lebih mencolok lantaran kerap dilontarkan Rocky dalam berbagai pembicaraan publik.
Berdasarkan sigi Drone Emprit terhadap percakapan di media sosial dari 1 September 2018 hingga 21 Februari 2019, penggunaan frasa "akal sehat" melonjak sejak Rocky mengutarakan istilah "Monumen Akal Sehat" (Monas) di program Indonesia Lawyers Club (ILC) 3 Desember 2018 untuk menjuluki Reuni 212 yang digelar sehari sebelumnya. Berselang sehari setelah Reuni 212, frasa "akal sehat" muncul hampir lima ribu kali di Twitter.
Kepada Tirto, peneliti dan pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi mengatakan, bila dilihat dari arah dukungannya, sebagian besar para pencuit "akal sehat" ialah pendukung kandidat nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga. Berdasarkan pola hubungan antar-akun yang ditelaah Drone Emprit, akun pendukung kandidat nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf turut mencuit "akal sehat", namun mereka terpencar-pencar. Sedangkan akun pendukung Prabowo-Sandiaga rajin mencuit ulang cuitan akun sekubu sehingga dalam diagram analisis jaringan sosial mereka membentuk lingkaran konsentris tanpa pusat.
"Kubu 01 itu bilang 'akal sehat' secara umum. Yang paling banyak [menyebut] itu kubu 02 dan itu benar-benar jadi campaign-nya 02," ujar Ismail saat ditemui Tirto, Kamis (22/2)
Cuitan @mispiyuuu (salah satu akun Twitter pendukung Prabowo-Sandiaga) berbunyi "Prof @rockygerung dinobatkan sbg Presiden Republik Akal Sehat Yang setuju RT ..." jadi cuitan terpopuler soal "akal sehat" di Twitter.
Di luar media sosial, sejak Januari 2019, Rocky tur ke sejumlah kota untuk membicarakan "akal sehat". Saat mengisi acara di Banyuwangi, 17 Januari 2019, Rocky mengutarakan keinginannya membentuk Kementerian Akal Sehat. Ketika berpidato di kegiatan deklarasi alumni kampus dukung Prabowo-Sandiaga, Rocky mau maju jadi kandidat capres Pilpres 2024 dari dapil (daerah pemilihan) akal sehat.
Pendukung Prabowo-Sandiaga memasang spanduk bertuliskan "Anda Memasuki Kawasan Akal Sehat" dan bergambar ikon kampanye dua jari Prabowo-Sandiaga di sejumlah wilayah. Salah satunya terpasang di Jalan Pejaten Barat III, Jakarta Selatan. Sementara itu, DPC Gerindra Tangerang membuat Gerak Jalan Akal Sehat awal Februari kemarin.
Pelbagai kegiatan itu mendorong percakapan "akal sehat" di media sosial semakin membumbung tinggi. Memasuki pertengahan Januari 2019, frekuensi kemunculan frasa tersebut meningkat hingga melampaui lima ribu. Puncaknya, pada pekan kedua Februari 2019, "akal sehat" muncul hampir 10 ribu kali di Twitter.
"Secara umum, [akal sehat] bukan untuk menyerang Jokowi. Yang diserang itu kelompoknya, katakanlah golongan cebong. Dia mengatakan bahwa kubu 02 yang akal sehat. Jadi, untuk mencitrakan diri. Mereka enggak bilang bahwa Jokowi enggak punya akal sehat," ujar Ismail.
Hikayat "Akal Sehat"
Meskipun baru bergema kencang setahun belakangan, Rocky telah konsisten menggunakan frasa itu setidaknya delapan tahun terakhir. Pidato kebudayaannya di Dewan Kesenian Jakarta pada 2010 berjudul "Merawat Republik, Mengaktifkan Akal Sehat". Lalu, dalam artikel opininya "Pasca-1998: Surplus Fanatisme, Defisit Akal" di Tirto pada Mei 2018, Rocky mengatakan, "Sekadar demi melanjutkan dendam politik, akal sehat dikesampingkan dan insinuasi dikedepankan: “Kami Pancasila!” Tentu, tapi artinya? Apa ukurannya? Siapa yang bukan-Pancasila?"
Kemudian, pada awal April 2018, Rocky bersama sejumlah aktivis dan akademikus mengeluarkan Maklumat Akal Sehat. Maklumat itu dibuat guna menyikapi pelaporan Rocky ke polisi atas kasus dugaan penistaan agama yang mempermasalahkan ucapan Rocky bahwa “kitab suci adalah fiksi” dalam diskusi di ILC.
Yang bikin ironis ialah pelapor Rocky, Permadi Arya dan Jack Boyd Lapian, yang merupakan pendukung Basuki Tjahaja Purnama (BTP). Sebelumnya, BTP dipenjara atas kasus penodaan agama berdasarkan laporan Front Pembela Islam (FPI) atas nama Novel Bamukmin.
Novel Bamukmin mendukung Prabowo-Sandiaga. Ia mengatakan memilih Prabowo-Sandiaga di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 akan diganjar masuk surga. Pertanyaannya cukup lunak ketika menanggapi kasus "kitab suci fiksi" Rocky. “Saya minta Rocky Gerung segera memberikan klarifikasinya atas apa yang diucapkannya, kitab suci fiksi itu milik umat Islam atau kitabnya sendiri,” ujarnya.
Infografik Visi Misi Capres cawapres
Berebut Klaim "Akal Sehat"
Kubu Jokowi-Ma'ruf juga tak mau ketinggalan menyuarakan "akal sehat" di media sosial. Dua cuitan akun pendukung Jokowi-Ma'ruf yang terpopuler dicuit @negativisme dan @ridwankamil. Tetapi, isi cuitan tersebut cenderung menuliskan "akal sehat" dalam konteks umum, tidak berhubungan dengan Rocky, atau tidak dalam rangka menyindir secara khusus sosok Prabowo-Sandiaga.
Akun yang terakhir adalah milik Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Tak lama setelah dilantik sebagai gubernur, dia menyatakan bakal mendukung Jokowi. Tapi, sikapnya itu menuai kontroversi.
"2014 sy dukung pak PS. Sy kerja ketua timses BDG. Menang 29 dari 30 Kcmatan. Sy bikin testimoni. Bantu partainya. Jg bela beliau soal fitnah mahar. Itu cara sy balas budi. Namun Pilgub ini sy tdk didukung beliau, wajar orientasi politik pun bergeser. Itu ada & akal sehat sy ...," ujar @ridwankamil, membalas orang-orang yang mengkritik sikapnya.
Sedangkan @negativisme mencuit pada 16 Januari 2019, "Selain mabuk agama, banyak juga manusia yang sakaw politik, sampe akal sehat dan kemanusiaannya hilang entah kemana ... ."
Di luar media sosial, Ketua Umum PSI Grace Natalie (salah satu pendukung Jokowi-Ma'ruf) menyampaikan pidato bertajuk "Politik Akal Sehat, Politik Kaum Muda" pada 11 Januari 2019.
Kemudian, acara bertajuk "Menolak Pemiskinan dan Pembusukan Filsafat di Ruang Publik" dihelat pada 13 Februari 2019. Ia dihadiri pendiri Tempo Goenawan Mohamad, dosen UI Donny Gahral Adian, peneliti LIPI Mochtar Pabotinggi, hingga alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta Edisius Riyadi Terre.
Dengan menggunakan frasa itu, para pembuat acara secara tersirat ingin mengatakan filsafat membusuk karena Rocky membawanya ke ranah politik Pilpres 2019. Mochtar menyampaikan ucapan "kitab suci fiksi" adalah omong kosong, sementara Donny mengatakan wacana tersebut tidak layak diperdebatkan di ruang publik.
"Artinya ini cuma menjadi monopoli dari satu orang atau kelompok yang mengatasnamakan dirinya penjaga akal sehat," kata Donny.
Menurut Ismail, serangan balik terhadap jargon "akal sehat" yang dilakukan kubu Jokowi-Ma'ruf dan kelompok kontra Rocky Gerung tidak signifikan. Ketika memakai frasa "akal sehat", kesannya mereka meniru slogan kampanye milik pendukung Prabowo-Sandiaga. Frasa "pembusukan filsafat" pun tidak umum.
"Lebih umum akal sehat. Publik, kubu 02, emak-emak, siapapun ngerti. Tapi publik 01 yang enggak ngerti filsafat ngomong filsafat, aneh kan? Pembusukan filsafat itu bahasa elit. Itu bahasanya Goenawan Muhammad dan teman-temannya yang di seminar itu," ujar Ismail.
Ismail mengatakan kubu Jokowi-Ma'ruf belum mampu menciptakan frasa penanding akal sehat. Meski demikian, di kubu tersebut sebenarnya ada orang yang berpotensi menciptakan frasa yang dimaksud, yakni Budiman Sudjatmiko.
Namun, Ismail mengamati cuitan-cuitan Budiman sering berisi istilah yang dalam kata-kata Ismail, "ada di dalam buku", seperti Revolusi 4.0 atau Inovasi. Istilah tersebut baik untuk membentuk citra Budiman, tapi sulit mengundang orang lain untuk memakainya.
"[Beda dengan] Rocky Gerung yang bisa menciptakan kata-kata yang unik dan akhirnya diikuti. Jadi milik semua," pungkas Ismail.
Editor: Windu Jusuf