tirto.id - Sarimin (54) pemilik warung makan di Semarang, Jawa Tengah, menerapkan sistem pembayaran unik untuk menu makanan yang ia sediakan seperti nasi rames, nasi mangut, nasi telur, dan nasi dengan lauk lele, serta berbagai minuman seperti warung kaki lima biasa. Berbeda dengan pedagang umumnya yang mewajibkan membayar dengan uang, Sarimin membolehkan para pelanggannya membayar dengan sampah plastik.
"Kami sediakan bagi para pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Mereka biasanya tidak punya uang, jadi boleh membayar pakai sampah plastik," kata Sarimin (54), pengelola warung di Kompleks TPA Jatibarang Semarang, seperti dikutip dari Antara, Senin (14/3/2016).
Sarimin mengaku mengelola warung makan bersama sang istri, Suyatmi (52) sejak Januari 2016, tapi dengan konsep unik tersebut warung makannya diserbu pemulung.
"Kalau ramai biasanya pagi atau sore hari. Biasanya, sore hari kan para pemulung sudah selesai bekerja. Setiap hari, kalau dihitung ada sektar 20-25 pemulung yang makan di sini," katanya.
Untuk membayar makanan yang dipesannya, kata dia, para pemulung pun cukup memberikan sampah plastik sebanyak satu bungkus yang biasanya bisa berisi antara 15-20 kilogram.
Ia menyebutkan satu kg sampah plastik dihargai Rp 400, sementara untuk satu bungkus plastik yang biasanya berisi antara 20-25 kg kalau dinominalkan bisa mencapai nilai Rp 7.000-Rp 8.000.
"Jadi, sampah plastik ini sebagai pengganti uang yang dibayarkan. Dulu, mereka (pemulung) sering utang untuk makan. Akhirnya, saya mikir, mereka bayar saja pakai plastik," katanya.
Alasan untuk menghindari banyaknya pembeli yang utang itulah, diakui Sarimin, menginspirasinya menciptakan sistem pembayaran unik itu, di samping inovasi agar warungnya tambah laris.