Menuju konten utama

Main Slime Bagus Buat Anak Anda, Tapi Jangan Pakai Boraks

Mainan ini bisa melatih kemampuan sensorik dan motorik.

Main Slime Bagus Buat Anak Anda, Tapi Jangan Pakai Boraks
Ilustrasi seorang anak memainkan Slime. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Seorang bocah perempuan mengaduk larutan sampo di bejana transparan. Setelah busanya membumbung, ia mencampurkan lem Fox, beberapa tetes perisa leci, dan boraks ke dalamnya. Tak berapa lama, cairan itu mengental. Gumpalan kental berwarna-warni itulah yang disebut slime.

Selama masa liburannya, Aya hampir setiap hari berkutat membuat slime. Anak SD berumur 9 tahun itu sudah punya empat botol slime, masing-masing berwarna putih, transparan, hijau, dan oranye. Ibunya memang sengaja membelikan ragam bahan untuk membuat slime. Mulai dari lem, sampo, boraks, pewarna, serta perisa. Menurutnya, aktivitas ini lebih bermanfaat ketimbang membiarkan anak perempuannya bermain gajet.

“Lihat slime buatanku, strechy banget kan,” kata Aya sambil merenggangkan gumpalan cairan itu di tangannya. Bentuknya mirip gabungan beberapa permen karet yang selesai dikunyah, lentur ditarik sana-sini. Jika sedang membuat slime, Aya bisa berkutat hingga berjam-jam di depan perlengkapannya.

Bagi Aya dan banyak anak sepantarannya, slime adalah salah satu mainan yang digandrungi. Anda bisa cek pencarian paling populer Google dalam kategori "how to". Pemenangnya adalah pencarian "how to make slime".

Awalnya, slime dibuat untuk membersihkan kotoran atau debu. Sifat slime yang lentur dan lengket memudahkannya menjangkau sudut-sudut yang sulit dibersihkan, misalnya pada keyboard laptop. Dalam perkembangannya, slime kemudian berubah menjadi mainan anak-anak.

Cara memainkannya sangat sederhana: ditarik, diremas, atau ditekan-tekan. Namun, jangan meremehkan mainan ini. Slime, seperti ditulis situs lembaga nonprofitBuilding All Children, merupakan media yang tepat untuk melatih kemampuan sensorik. Ia membantu anak memahami kelima indra, yakni indra peraba, penciuman, penglihatan, dan pendengaran.

Anak-anak dapat belajar memahami makna kata ketika bermain slime. Dengan merasakan tekstur slime yang lengket, anak belajar makna kata “lengket”. Juga kata-kata lain yang mendeskripsikan bentuk slime, seperti lentur atau kenyal. Kegiatan ini membantu anak membangun pemahaman dan kosakata baru.

Kemampuan sensorik anak pun akan diasah lewat aktivitas menakar bahan pembuat slime, mencampur, dan membersihkannya. Secara tak langsung, anak juga belajar cara memecahkan sebuah masalah dengan mencari komposisi yang tepat saat membuat takaran bahan.

Selain itu, slime jelas mengasah kemampuan motorik anak. Memainkannya bisa menguatkan otot-otot tangan melalui aktivitas meremas, mencubit, menekan dan merentangkan slime. Ia juga memberikan keterampilan sosial, emosional, dan kepercayaan diri lewat konsep menciptakan dan merancang.

Orang dewasa juga bisa mengambil manfaat dari slime. Dalam tulisan tentang squishy, Annaliese Griffin dalam tulisannya di Quartz bahkan mencatat bahwa orang-orang kini tertarik dengan mainan-mainan yang terkait dengan stimulasi alat peraba macam squishy dan slime, termasuk orang dewasa.

Griffin menghubungkan squishy yang dapat diremas itu dengan kecenderungan di zaman internet, di mana orang-orang menyadari mereka membutuhkan hal yang menenangkan. Orang-orang di hari-hari ini menghadapi internet dalam kesehariannya dan bersosialisasi lewat media sosial. Karena itu, pada umumnya orang mengalami kesendirian, terisolasi, dan sangat berisiko merasa kesepian.

Di tengah-tengah pekerjaan itu, kata Griffin, ia bisa meremas squishy sebagai penenang. Ia menulis, meski tak ada yang bisa menggantikan kekuatan menenangkan dari pelukan dan belaian, banyak orang dewasa mengakui menyukai boneka binatang, selimut, dan benda-benda yang menenangkan lain. Jika demikian, bukan hanya squishy yang bisa Anda pinjam dari anak, keponakan, atau adik, bukan? Slime pun bisa.

Hati-Hati Boraks

Di luar manfaatnya terhadap kemampuan sensorik dan terhadap mental, Anda harus berhati-hati. Sebaiknya, anak-anak di sekeliling Anda mengindari boraks sebagai bahan baku slime.

Kathleen Quinn (11) seorang anak dari Massachusetts, Amerika Serikat, memperlihatkan kedua tangannya yang melepuh dan ke kamera. Kedua jari tengah dan telunjuk tangan kirinya masih dibalut perban. Jari yang lain, bersisik dan mengelupas. Quinn menderita luka bakar stadium 3 akibat paparan zat kimia saat membuat slime.

Selain Quinn, ada seorang anak lainnya berumur sepuluh tahun yang mengalami kejadian serupa. Namanya Deejay Jemmett dari Prestwich, Manchester. Setelah bermain slime, kulit tangannya mulai terkelupas dan menderita luka bakar kimia. Akibatnya, bocah ini harus menghadapi operasi plastik di tangannya.

Luka bakarnya mereka bisa melukai lapisan dermis seperti lemak, otot, dan urat, serta menyebabkan kulit melepuh. Penyembuhannya bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan dan membutuhkan operasi.

Setelah diusut, seperti ditulis Live Science, ternyata kandungan boraks pada slime adalah penyebabnya. Boraks atau natrium borat merupakan senyawa yang banyak digunakan untuk membuat produk pembersih, pengawet, dll. Dalam proses pembuatan slime, ia membikin kenyal.

infografik slime

Efek yang ditimbulkan boraks cukup berbahaya. Jika tertelan, ia bisa membikin sakit perut, diare, dan iritasi. Dalam dosis tinggi, ia bahkan menyebabkan luka pada ginjal. Anak-anak bisa terpapar boraks ketika mereka makan seusai bermain slime. Atau yang ekstrem, anak-anak bisa memakan slime karena aroma dan bentuknya menyerupai agar-agar.

Meski begitu, Dr. Michael Cooper, direktur di Regional Burn Center di Staten Island University Hospital di New York, mengatakan sebenarnya boraks hanya menyebabkan iritasi ringan. Namun, semakin lama paparannya, risiko cedera juga akan semakin tinggi. Faktor lain yang mungkin menyebabkan cedera adalah jumlahnya yang tinggi serta ketebalan kulit.

“Dan kulit anak-anak lebih tipis. Konsentrasi boraks yang tinggi akhirnya melukai mereka,” kata Cooper kepada Live Science.

Namun tak perlu khawatir, efek-efek negatif dari slime dapat diminimalkan. Anda hanya perlu memilah bahan yang aman dan membatasi waktu bermain. Boraks yang berfungsi mengenyalkan bisa digantikan oleh tepung kanji atau tapioka. Dan, jangan lupa mencuci tangan setelah rampung membuat slime.

Baca juga artikel terkait PARENTING atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani