tirto.id - Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan menyebut bahwa angka kasus rawat inap rumah sakit Indonesia di periode varian Omicron bisa melebihi varian delta jika kasus harian meningkat hingga 3 kali lipat atau setara 150 ribu kasus per hari.
Perhitungan tersebut muncul setelah pemerintah dan sejumlah ahli mengolah data yang dihimpun dari berbagai sumber. Data pembanding yang digunakan adalah data tingkat rawat inap Omicron di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Israel yang sepertiga lebih rendah dari delta, tetapi jumlah rawat inap negara tersebut lebih tinggi karena kasus meningkat hingga 3 kali lipat daripada Delta.
"Dari data tersebut kami mencoba menganalisa jumlah rawat inap rumah sakit Indonesia dapat lebih tinggi dari Delta apabila kasus harian meningkat lebih dari tiga kali seperti tahun lalu, kita lihat hampir 150.000 bisa saja nanti 3 kali dari itu bilang kita tidak apa namanya berhati-hati," kata Luhut dalam keterangan daring, Senin (31/1/2022).
Namun Luhut mengklaim kemungkinan kasus tersebut meledak hingga 3 kali lipat masih kecil. Hal tersebut berbasis berbagai pemodelan yang dibuat antara pemerintah dengan para pakar.
"Kita tidak perlu khawatir mengenai berlebihan tetapi kita tetap super waspada," kata Luhut.
Luhut menuturkan angka konfirmasi saat ini per 30 Januari 2022 masih di angka seperlima dari puncak kasus Delta pada Juli 2021 lalu. Selain itu, jumlah pihak yang dirawat di rumah sakit Indonesia masih sepersepuluh dari puncak varian delta.
"Estimasi kami lakukan sebagai langkah mitigasi apabila terjadi keganasan dari Omicron ini Kementerian Kesehatan telah menyiapkan fasilitas kesehatan yang sangat memadai, jauh lebih bagus dari tahun yang lalu," kata Luhut.
Luhut mengaku, presiden juga memberikan arahan agar hati-hati dalam menghadapi lonjakan kasus. Pemerintah juga melihat beragam aspek dalam lonjakan kasus seperti keterisian tempat tidur higga percepatan vaksinasi. Hal tersebut dilakukan agar pemerintah bisa memitigasi hal buruk.
"Segala langkah yang disiapkan tentunya penuh dengan perhitungan berdasarkan data-data lapangan, masukan dari berbagai ahli di bidangnya," kata Luhut.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Restu Diantina Putri