Menuju konten utama

Lindswell Kwok, Muslim Eropa, dan Bisnis Modest Wear

Lindswell Kwok memutuskan berhijab. Di tengah maraknya industri modest wear, akankah ia jadi seorang influencer?

Lindswell Kwok, Muslim Eropa, dan Bisnis Modest Wear
Hulaefi & Lindswell Kwok. Instagram/@nahrawi_imam

tirto.id - Lindswell Kwok, atlet wushu kenamaan Indonesia, pernah berkata bahwa usia prima atlet wushu adalah 25 tahun. Tahun ini usia wanita kelahiran Banjarmasin ini sudah 27 tahun dan ia bertekad untuk pensiun dari profesinya. Nyatanya bukan itu saja hal mengagetkan tentang Lindswell. Kemarin, foto Lindswell sempat terpampang di akun Instagram Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga. Dalam unggahan itu ia mengenakan hijab syar’i berwarna dusty pink. Netizen pun kembali bereaksi. Ada yang bilang bahwa Ia berniat untuk memakai hijab setelah jadi mualaf.

Terlepas dari benar atau tidaknya kabar tersebut, tak tertutup kemungkinan sosoknya menjadi duta lini busana modest wear --istilah fesyen untuk menggambarkan pakaian yang lebih tertutup. Namanya bisa saja dipakai sebagai istilah produk layaknya ‘Hijab Mulan Jameela’ atau ‘Mukena Ayu TingTing’.

Hal serupa pernah terjadi pada selebritas Kartika Putri yang sempat identik dengan salah satu produk gamis yang diproduksi oleh salah satu pedagang di Pasar Tanah Abang. Pada bulan Ramadan lalu, salah satu penjual busana muslim online meminta Kartika Putri mempromosikan produk tersebut. Tak lama setelah foto itu muncul di Instagram, gamis ‘Karput’, singkatan nama Kartika Putri, jadi salah satu produk terlaris. Toko di Tanah Abang itu terus kedatangan konsumer yang hendak membeli gamis Karput secara grosir.

Sampai saat ini bisnis modest wear masih menjadi ranah yang cukup menjanjikan. The Guardian mengutip hasil riset State of the Global Islamic Economy Report, menyebut bahwa jumlah kelas menengah Muslim diperkirakan akan meningkat menjadi 900 juta orang pada 2030. Sedangkan menurut hasil studi Pew Research Center, pada tahun 2050 jumlah Muslim akan mencapai 2,8 miliar jiwa, lebih dari ¼ populasi penduduk di dunia. Penganut Muslim di Eropa dan Amerika Utara rata-rata berasal dari kaum muda yang mapan. Jumlahnya pun diperkirakan terus bertambah.

Data tersebut menjadi patokan para pebisnis modest wear secara global dengan target demografi dari menengah bawah hingga menengah atas. Pada tahun 2015, Uniqlo mengajak blogger fesyen Hana Tajima untuk berkolaborasi mengeluarkan koleksi busana modest wear. Awalnya produk itu khusus dijual di Asia. Dua tahun berikutnya, mereka kembali berkolaborasi dan turut menjual produk di Eropa.

The Independent menyebut bahwa kerjasama tersebut mempengaruhi perusahaan retail lain untuk terlibat dalam ranah modest wear. Salah satu penyebabnya, Uniqlo membuat varian produk yang bisa digunakan oleh wanita tak berhijab. Jenis busana tersebut di antaranya rok panjang, celana panjang, atasan lengan panjang, kebaya, dan terusan panjang.

Setelah Uniqlo, H&M mengeluarkan kampanye dengan model Mariah Idrissi. Mango juga sempat merilis koleksi Bulan Ramadan di situs penjualan busana Net a Porter. Sedangkan perusahaan retail Macy’s menyebut bahwa dalam waktu dekat mereka akan meluncurkan produk busana muslim. Sejumlah retail premium pun tertarik untuk melansir koleksi modest wear.

“Beberapa tahun terakhir kami melihat bahwa Burberry, Dolce &Gabbana, DKNY mengeluarkan koleksi modest wear,” tulis Elizabeth Segran di situs fesyen Fast Company.

Shelina Janmohamed, penulis Generation M: Young Muslims Changing The World (2016) menyatakan modest wear berawal dari ide para desainer dan pengusaha kreatif yang merasa bahwa wanita berhijab kerap tidak bisa mendapat busana dan aksesori yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebelu 2015, ada stigma terkait gaya fesyen wanita berhijab yang membuat para pengusaha mode berskala internasional enggan masuk ke ranah modest wear.

Kala itu, produk busana muslim yang diluncurkan oleh perusahaan retail hanya sebatas busana untuk olahraga seperti burkini. Ia adalah busana olahraga yang tertutup, diproduksi oleh Ahiida, perusahaan retail asal Australia yang dimiliki desainer muslim kelahiran Lebanon, Aheda Zanetti. Ternyata, burkini jadi produk yang laris manis. Karena itu pula, perusahaan retail besar Marks & Spencer juga sempat meluncurkan produk serupa mengekor Ahiida.

infografik hijab dan mode

Produk busana olahraga ini jadi salah satu cikal bakal lahirnya beragam produk untuk wanita berhijab. Produk-produk itu sekaligus mendobrak diskriminasi gender dalam olahraga. Sebelum burkini, wanita berhijab susah berkompetisi di olahraga seperti renang, bulu tangkis, atau basket. Amna Al Hadad, atlet angkat besi asal Uni Emirates Arab, sempat berkata bahwa wanita berhijab dilarang melakukan olahraga kompetitif agar tidak nampak lebih kuat dari pria.

Lambat laun segala stigma tersebut luntur lantaran munculnya desainer muda yang berani menawarkan gaya baru berbusana bagi wanita berhijab. Tren tersebut juga didukung dengan adanya Generation M, istilah bagi muslim milenial yang ingin menunjukkan kesan bahwa menganut ajaran agama bukan berarti tidak bisa mengeksplorasi gaya busana.

Perkembangan modest wear itu juga ditandai dengan diselenggarakannya beberapa acara, salah satunya London Modest Fashion Week yang pertama kali diselenggarakan pada 2017. Pekan model tersebut menampilkan karya 40 desainer dari berbagai negara termasuk Indonesia. Desainer Indonesia yang sempat tampil dalam acara tersebut adalah Dian Pelangi, Jenahara, Ria Miranda, dan Vivi Zubedi. Acara ini diselenggarakan oleh Haute Elan, perusahaan retail busana muslim yang berbasis di London. Kini pekan mode yang lebih besar seperti London Fashion Week dan New York Fashion Week pun menyediakan ruang bagi desainer modest wear.

Selebgram yang berasal dari kalangan Generation M terus bermunculan. Sebut saja Ayana Moon, Mega Iskanti , dan Hamidah Rachmayanti. Linimasa mereka kerap jadi sarana promosi berbagai produk busana dan aksesori bertema modest wear.

Baca juga artikel terkait FASHION atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nuran Wibisono