tirto.id - “We will we will rock you....We will we will rock you.”
Teriakan Kyoya Kondo cukup lantang membawakan lagu legendaris “we will rock you”. Presiden PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) ini tak bisa mengelak saat didaulat Fadly—personel band Padi Reborn—naik panggung di sebuah bar kawasan SCBD, Jakarta.
Anggukan kepala dengan wajah yang sumringah dan senyuman yang tenang, Kondo mampu membawa hanyut seisi ruangan di suasana perayaan capaian gemilang di satu malam bertema serba merah ala Imlek. Lagu Queen yang dibawakan “Kondo San” seolah memberi pesan bagaimana Mitsubishi dengan debut terbaru Mitsubishi Xpander siap “menggetarkan dengan keras” pasar Low Multi Purpose Vehicle (MPV) di Indonesia.
Keceriaan Kondo dan para petinggi Mitsubishi malam itu memang cukup beralasan. Data wholesales—dari pabrik ke dealer—dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada Januari 2018 mencatat 7.081 unit Xpander mampu terjual, mengekor di posisi kedua setelah Toyota Avanza yang mencatatkan penjualan 7.543 unit, termasuk 852 unit Toyota Transmover—Toyota Avanza untuk armada taksi dan perusahaan.
Namun, bila Toyota konsisten memisahkan segmen Avanza dan Transmover, maka penguasa low MPV Januari 2018 sejatinya adalah Xpander. Capaian Xpander memepet Avanza sudah terjadi setidaknya sejak mulai pengiriman Xpander pada November dan Desember 2017, Xpander selalu mengukir di posisi kedua.
Melihat capaian yang cerah di awal debut Xpander, Mitsubishi langsung tancap gas, apalagi utilisasi produksi pabrik mereka di Cikarang, Jawa Barat sudah rampung 100 persen. Mitsubishi lantas menaikkan target produksi hingga 70 ribu unit Xpander di 2018. Jumlah ini setara dengan 75 persen target penjualan mobil penumpang Mitsubishi di 2018 atau setara 50 persen total target penjualan Mitsubishi tahun ini sebanyak 140 ribu unit. Bila kesampaian, Xpander bisa membayangi target pangsa pasar 30 persen di segmen low MPV nasional.
Target 70 ribu unit di 2018 ini memang belum seberapa dengan rekor yang pernah dicapai Toyota Avanza. Pada 2014, Avanza dikirim ke garasi para konsumen hingga 162 ribu unit atau 13.500 unit per bulan, tahun-tahun sebelumnya sempat di atas 200 ribu unit per tahun.
Capaian gemilang ini memang sudah menjadi kenangan bagi Avanza. Penjualannya memang dari tahun ke tahun dalam tren yang menurun. Tahun lalu saja, Avanza hanya terjual 116 ribu unit atau rata-rata sekitar 9.600 unit per bulan.
Kemunculan Xpander memang “mencuri pasar”. Namun, Mitsubishi tentu tak mau mengulangi "kesialan" Suzuki Ertiga, Chevrolet Spin, Honda Mobilio atau Nissan Grand Livina yang mencoba menantang Avanza, tetapi ternyata hanya menumpang kehebohan di awal kemunculan.
Mitsubishi punya modal besar dengan barisan daftar inden hingga 55 unit calon konsumen Xpander. Dengan kemampuan produksi sekitar 6 ribu unit, maka butuh sembilan bulan untuk memenuhi permintaan konsumen. Mitsubishi tak tinggal diam, hingga Januari 2018 total keseluruhan kemampuan produksi pabrik baru Mitsubishi mencapai 8.000 unit, selanjutnya akan ditingkatkan menjadi 9.000-10.000 unit per bulan. Selain Xpander, Mitsubishi juga memproduksi Pajero di pabrik baru mereka.
Pada akhirnya Mitsubishi mencoba mengorbankan target ekspor, demi memenuhi membludaknya permintaan di dalam negeri. Ekspor Xpander baru bisa terlaksana menjelang semester II-2018. Targetnya pada Mei, Xpander sudah bisa dikirim ke Filipina, Thailand, dan Vietnam. Xpander memang disiapkan oleh prinsipal Mitsubishi Motors Corporation (MMC) sebagai produk global yang basis produksinya dan hadir pertama di Indonesia.
“Xpander ini melebihi ekspektasi kami,” kata Head of Sales and Marketing Group PT MMKSI Imam Choirul Yahya.
Namun, ada catatan serius bagi Mitsubishi untuk Xpander yang laris bak kacang goreng, ihwal konsistensi kualitas produk di tengah masa-masa mengejar setoran produksi. Ada laporan, unit Xpander ada gejala idle up atau RPM yang naik tapi pedal gas sudah dilepas. Juga adanya catatan pada warna bodi mobil yang “belang” khususnya untuk Xpander dengan cat putih pada gelombang pertama pengiriman Xpander. Kondisi demikian bisa berpotensi calon peminat Xpander menunda pemesanan untuk menunggu proses produksi “normal”.
Namun, Imam Choirul menepis anggapan itu dan menegaskan “setiap hari masih cukup banyak inden Xpander” yang dipesan oleh konsumen.“Sebenarnya dari kualitas kita tetap nomor satu tak mengurangi kualitas,” katanya.
Keyakinan Mitsubishi memang tak terbendung, tercermin dari target produksi Xpander dan realisasi penjualan mereka yang cukup positif. Realisasi penjualan Mitsubishi 2017 yang mencapai 79.669 unit atau naik 18,6 persen, nyaris setara dengan jumlah unit Xpander yang terjual tahun lalu. Artinya bila tak ada Xpander, penjualan Mitsubishi relatif stagnan di 2017. Berkah Xpander, membuat pangsa pasar Mitsubishi di kancah industri mobil nasional naik dari 6,7 persen di 2016 menjadi 8,2 persen pada tahun lalu.
Tahun ini, dengan target menggenjot penjualan menjadi 140 ribu, akan menentukan signifikan posisi Mitsubishi di pasar domestik maupun kontribusi bagi penjualan MMC secara global. Kyoya Kondo sempat mengatakan kontribusi Mitsubishi Indonesia yang selama ini di urutan ke-4 bagi penjualan MMC, bisa berubah signifikan di 2018.
“Mestinya bisa di posisi nomor dua, dengan target peningkatan dua kali lipat (penjualan Mitsubishi di Indonesia),” kata Kondo.
Mitsubishi boleh merasa optimistis, tetapi Toyota tidak berdiam diri. Pada akhir tahun lalu, Executive General Manager Marketing PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto membuka tabir soal peluang Toyota masuk ke segmen low MPV dengan genre stylish seperti Xpander. Sinyal ini tentu mengarah kepada Toyota Avanza yang berpotensi didandani lebih “bergaya” oleh Toyota untuk mengimbangi kemolekan tubuh Xpander yang telanjur sukses membetot perhatian pasar.
Public Relation Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Rouli Sijabat tak mengelak soal kabar “Avanza Stylish” yang mulai jadi perbincangan belakangan ini. Produk anyar ini memang masih tahap studi yang paralel mengenai pengembangan produk, biaya, pasar, dan purna jual. Bila mengacu pengertian studi pengembangan produk mobil baru, tentu memang membutuhkan waktu tahunan. Bila ini terjadi, Toyota tentu sudah tertinggal lari jauh oleh Mitsubishi.
Namun, Toyota bukanlah pemain mobil kemarin sore, sehingga kecolongan begitu saja oleh kehadiran Xpander. Intelijen pasar dan saling intip kompetitor sudah hal yang lumrah dalam bisnis otomotif. Masalahnya adalah, hanya kapan waktu persis calon kandidat "Avanza Stylish" muncul. Toyota memang masih menutup rapat-rapat.
Apakah semester I-2018? Rouli menepisnya. Kata dia,
“semester I-2018 Toyota masih fokus pada segmen SUV dan Hatchback.”Ini artinya, asa Mitsubishi untuk mengalahkan dominasi Toyota untuk sementara masih akan tetap terjaga.
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti