tirto.id - Larry Nassar, dokter olahraga terkenal dunia yang pernah merawat pesenam wanita di Olimpiade Amerika, kini akan menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji besi.
Eks dokter di USA Gymnastic dan Michigan State University ini dijatuhi hukuman 40 sampai 175 tahun penjara, demikian yang diumumkan seorang hakim pada Rabu (24/1/2018) waktu AS, seperti dilansir CNN.
Vonis diputuskan setelah lebih dari 150 wanita dan anak perempuan memberikan kesaksian di pengadilan bahwa Nassar telah melakukan pelecehan seksual selama dua dekade terakhir ini.
"Saya baru saja menandatangani surat perintah kematian Anda," kata Hakim Rosemarie Aquilina pada Nassar di sebuah ruang sidang di Lansing, Michigan. "Saya menemukan bahwa Anda tidak mengerti bahwa Anda adalah bahaya. Itu [artinya] Anda tetap berbahaya."
Nassar telah mengaku bersalah atas tujuh tuduhan tindak pidana seksual di Ingham County di Michigan. Ia juga mengaku menggunakan posisi terpercayanya sebagai dokter untuk menyerang dan menganiaya anak perempuan dengan kedok perawatan medis.
Dia menawarkan sebuah pernyataan singkat di pengadilan, meminta maaf dan mengatakan bahwa mendengar tujuh hari kesaksian korban telah mengejutkannya.
"Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan kedalaman dan keluasan betapa menyesalnya saya atas apa yang telah terjadi," kata Nassar. "Permintaan maaf yang dapat diterima untuk Anda semua tidak mungkin ditulis dan disampaikan. Saya akan menanggung penderitaan Anda dengan saya selama sisa hidup saya."
Sebelum menyampaikan hukumannya, Aquilina membacakan sebuah surat yang ditulis Nassar ke pengadilan baru-baru ini dimana dia membela perawatan medisnya. Nassar mengatakan bahwa dia "dimanipulasi" untuk mengaku bersalah, dan menuduh para perempuan itu berbohong.
"Saya adalah seorang dokter yang baik karena perawatan saya bekerja, dan pasien yang sekarang berbicara adalah orang yang sama yang dipuji dan kembali [pada saya] berulang-ulang," tulis Nassar.
"Media meyakinkan mereka bahwa semua yang saya lakukan itu salah dan buruk. Mereka merasa telah melanggar kepercayaan mereka. 'Seorang wanita yang telah ditolak oleh seorang pria bisa sangat marah dan pendendam."
"[Surat itu] Menunjukkan bahwa Anda masih belum mengerti," kata Aquilina sambil melempar surat itu dengan nada meremehkan. "Saya tidak akan mengirim anjing saya untuk Anda, Tuan," tambahnya.
Hukuman tersebut mengakhiri sebuah pernyataan dari korban selama tujuh hari yang memilukan sebagai bagian dari kesepakatan pembelaan Nassar.
Sebanyak 156 korban berbicara, menceritakan kisah serupa tentang bagaimana mereka datang ke Nassar untuk menerima perawatan karena cedera olahraga. Namun mereka justru mendapat penyerangan seksual sementara Nassar saat mengatakan bahwa tindakannya adalah sebuah bentuk pengobatan.
"Luas dan riak pelecehan dan penghinaan oleh terdakwa ini hampir tak terbatas," Asisten Jaksa Agung Angela Povilaitis mengatakan dalam sambutannya sebelum hukuman tersebut.
Banyak wanita mengatakan bahwa ketika berbicara mengenai perawatan tersebut, mereka diabaikan. Kekhawatiran mereka disingkirkan oleh organisasi yang berkuasa, terutama USA Gymnastic, Michigan State University, dan Komite Olimpiade AS.
Pembicara terakhir adalah Rachael Denhollander, mantan pesenam yang pertama kali membuat pernyataan terkait pelecehan Nassar di Indy Star pada September 2016. Dia dengan teliti menunjukkan sistem yang membuat pelecehan terhadap perempuan ini berlanjut begitu lama.
"Para perempuan bersatu untuk berjuang sendiri karena tidak ada orang lain yang bisa melakukannya," kata dia seperti dikutip CNN.
Nassar duduk dan mendengarkan di tempat saksi, terkadang menyembunyikan kepalanya di tangannya atau menyeka air mata dengan tisu.
Secara terpisah, dia telah dijatuhi hukuman 60 tahun penjara karena tuduhan pornografi anak. Dia juga telah mengaku bersalah atas tiga tuduhan tindak pidana seksual di Eaton County di Michigan dan akan dipidana atas tuduhan tersebut pada 31 Januari.
Dengan tiga vonis tersebut, Nassar yang kini berusia 54 tahun, tidak akan pernah keluar dari penjara, kata Aquilina.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari