tirto.id - “Who are you wearing?” jadi pertanyaan yang kurang populer di sesi karpet merah Golden Globe 2018. Padahal, biasanya, Giuliana Rancic dan Ryan Seacrest, pembawa acara E! Channel, bertugas menanyakan pertanyaan tersebut kepada setiap pesohor yang berjalan menuju gedung pertunjukan ajang penghargaan film.
Tahun ini, glamornya busana yang didesain oleh sejumlah rumah mode ternama seperti Dior, Atelier Versace, Louis Vuitton, Zuhair Murad, Miu Miu, dan Tom Ford bukan jadi fokus utama. Untuk program E! Red Carpet, duo presenter tersebut mengganti pertanyaan dengan "Mengapa Anda memakai warna hitam?" Hari itu, sebagian besar tamu hadir berbalut warna kelam .
Sejumlah seleb tak menggandeng mesra pasangan hidup mereka. Para aktivis yang datang dari berbagai negara jadi partner mereka. Momen karpet merah jadi tempat para aktivis menyuarakan visi dan misi. Monica Ramirez salah satunya. Ia hadir bersama Laura Dern.
Monica ialah Presiden dari Alianza Nacional de Campesinas sebuah organisasi yang membantu pekerja wanita agar mendapat perlakuan adil di tempat kerja. Di atas karpet merah, ia berkata pada Ryan bahwa sudah saatnya wanita mengakhiri kekerasan seksual, memperjuangkan penghasilan yang setara dengan lelaki.
Susan Sarandon hadir bersama Rosa Clemente, seorang jurnalis dan aktivis asal Puerto Rico. Dalam wawancara di karpet merah, Rosa berkata dengan tegas tentang perjuangan kelompoknya untuk membantu masyarakat di daerah terpencil memperoleh penerangan listrik, air bersih, kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil agar bisa menyusui. Rosa berharap agar para pria turut mendukung visi tersebut.
“Time is up,” kata Rosa tegas.
Meryl Streep hadir bersama Ai- Jen Poo, direktur National Domestic Workers Alliance yang visinya ialah melindungi para pekerja dari kekerasan domestik. Emma Stone datang bersama Billy Jean King, pendiri Women’s Sports Foundation, organisasi yang dibuat untuk menjamin semua anak perempuan punya akses pada olahraga.Emma Watson datang bersama Marai Larasi, pendiri Imkaan, organisasi yang menyuarakan kekerasan terhadap wanita kulit hitam dan berasal dari etnis minoritas. Amy Poehler datang dengan Saru Jarayaraman, direktur Restaurant Opportunities Centers United yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi kerja dan penghasilan dari para pekerja restoran. Michele Williams merangkul Tarana Burke, penggagas #metoo movement, gerakan yang bertujuan untuk membantu mengadvokasi dan menyembuhkan korban kekerasan seksual dari pekerja berpenghasilan rendah.
Time’s Up dan Me Too menjadi slogan yang terus diucapkan dalam acara ini. Warna dress code hitam ialah salah satu penanda misi Time’s Up dan syarat yang diajukan oleh para selebriti pendiri wadah tersebut untuk hadir di Golden Globe dan menyatakan dukungannya terhadap kampanye melawan kekerasan seksual.
Cara lain yang dilakukan ialah menggalang dana untuk membantu proses hukum dari korban kekerasan, menuntut sanksi bagi perusahaan yang melakukan ketidakadilan, kesetaraan gender dalam agen pencari bakat, dan meminta setiap wanita datang ke Golden Globe untuk membangun kesadaran bagi masyarakat terhadap kekerasan seksual dengan bicara di depan publik dan mengenakan pakaian berwarna hitam.
Kini Time's Up melibatkan 300 orang. Mereka terdiri dari aktris, penulis, sutradara, dan produser yang berkomitmen melakukan perlawanan terhadap kekerasan seksual di Hollywood dan di perusahaan blue collar di seluruh dunia. Inisiatif ini digerakkan oleh para sukarelawan.
Salah satu sukarelawan yang mengurus organisasi ini ialah Tina Tchen, White House Director of Public Lasion, yang dulu pernah berperan sebagai kepala staff Michele Obama. Kaum seleb yang tergabung dalam gerakan ini diantaranya Ashley Judd, Reese Witherspoon, Eva Longoria, Natalie Portman, dan Emma Stone.
Di Golden Globe 2018, suara-suara aktivisme tak hanya terdengar dari karpet merah. Pidato kemenangan beberapa selebriti wanita juga jadi kesempatan mereka untuk menyadarkan penonton tentang berbagai tindakan ketidakadilan yang pernah dialami kaum wanita.
Nicole Kidman, pemenang kategori aktris pendukung terbaik melalui serial Big Little Lies berkata bahwa karakter yang ia perankan mewakili hal yang saat ini tengah jadi perbincangan yakni kekerasan. Ia berharap bisa menggerakkan sebuah perubahan. “Mari terus suarakan soal ini,”tutupnya .
Oprah Winfrey, yang malam itu menerima penghargaan dua tahunan Cecil B. DeMille, mengajak penonton untuk mengingat Recy Taylor, ibu muda yang diperkosa oleh enam pria pada 1944 ketika berjalan kaki pulang dari gereja. Pria tersebut mengancam akan membunuh Recy apabila melaporkan kejadian tersebut para orang lain.
Akhirnya, kasus ini dilaporkan tetapi pelaku tidak dieksekusi. “Sudah terlalu lama wanita tidak didengar dan tidak dipercaya apabila mereka berani berbicara kebenaran tapi waktu mereka telah habis,” kata Oprah .
Di kalangan seleb Hollywood, isu kekerasan seksual masih ramai diperbincangkan terutama setelah tindakan yang dilakukan oleh Harvey Weinstein terkuak. Jennifer Lawrence, Angelina Jolie, Gwyneth Paltrow, Cara Delevigne mengaku pernah dilecehkan oleh Harvey. Kejadian tersebut bukan momen yang terjadi beberapa waktu ke belakang.
Pada 1997, Hervey Weinstein pernah melakukan pelecehan seksual terhadap Ashley Judd. Saat itu Harvey mengancam Ashley apabila berani mengadukan kejadian tersebut. “Ia berkata akan menculik dan membuang saya ke sungai Hudson,” kata Ashley dalam wawancara dengan majalah Time .
Harvey bukan satu-satunya insan perfilman Hollywood yang pernah melakukan kekerasan seksual. Pada 1999, sutradara James Toback pernah memaksa aktris Selma Blair untuk melihatnya masturbasi di sebuah kamar hotel. Dalihnya saat itu ialah urusan pekerjaan.
Beberapa hari sebelum Golden Globe 2018 berlangsung, tagar #Time’sUp dan #WhyWeWearBlack sudah beredar di akun sosial media para pesohor. Brie Larson salah satunya.
Hari ini, #Time’sUp telah memuat sekitar 184.000 unggahan. Forum tersebut mewakili 700.000 pekerja yang mengalami tindak kekerasan. “Selama bertahun-tahun kita menjual penghargaan ini sebagai wanita dengan gaun, warna, wajah cantik, dan keglamoran. Sekarang industri ini tidak bisa mengekspektasikan kita untuk melakukan hal tersebut. Itu bukan hal yang ditujukan oleh momen ini,” kata Eva kepada New York Times.
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Maulida Sri Handayani