Menuju konten utama

Lambannya Revitalisasi Trotoar di Jaksel Bikin Masyarakat Kesel

Revitalisasi trotoar di sejumlah titik di Jakarta Selatan mulai dikeluhkan pengguna jalan.

Lambannya Revitalisasi Trotoar di Jaksel Bikin Masyarakat Kesel
Pekerja menyelesaikan proyek revitalisasi trotoar di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (7/10/2019). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/ama.

tirto.id - Proyek revitalisasi trotoar yang menyebabkan kemacetan di sejumlah wilayah Jakarta mulai dikeluhkan pengguna jalan. Tak tanggung-tanggung, keluhan itu juga berangkat dari Preside Joko Widodo.

Kamis pekan lalu, saat menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Ballroom Hotel Raffles, Kuningan, Jakarta Selatan, Jokowi bercerita bahwa mobil yang membawanya ke lokasi acara sempat terjebak macet sekitar 30 menit.

Meski penyebab kemacetan itu telah ditinjauh oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, warga kadung kesal sebab proyek tersebut terjadi di banyak tempat.

Di media sosial twitter, misalnya, akun @ryan_nus menjelaskan dampak revitalisasi trotoar terhadap kepadatan lalu-lintas di sepanjang Jalan Dr. Satrio hingga Casablanca, Jakarta Selatan—yang dilalui Jokowi pekan lalu.

Pemilik akun yang mengaku sebagai pengemudi ojek online itu mengunggah foto sejumlah trotoar serta hasil tangkap layar aplikasi Google Maps untuk menggambarkan parahnya kemacetan yang ia alami saban hari.

Helena Lisa Rosalin (24 tahun), seorang karyawan swasta yang berkantor di Bakrie Tower, Epicentrum, Karet Kuningan, muak dengan proyek yang tak kunjung rampung hingga berbulan-bulan tersebut.

Hal itu membuatnya membuang lebih banyak waktu dalam perjalan ke kantor menggunakan ojek online. Padahal, indekosnya berada di belakang Mall Kota Kasablanka atau sekitar satu kilometer dari Bakrie Tower.

Untuk berputar dari arah Casalanca ke Episentrum, di depan Mall Ambassador, ia bisa membuang waktu di jaan hingga setengah jam. Kemacetan itu, kata dia, juga diperburuk dengan banyaknya mikrolet yang ngetem sembarangan.

"Kalau saya berangkat dan lancar, harusnya cuma 10 menit itu sudah maksimal [sampai] karena memang cuma 3 kilometer jaraknya. Total bisa setengah jam lebih lamanya. Karena setelah muter balik dan ke arah Bakrie Tower sudah agak lancar," kata Helen saat dihubungi wartawan Tirto, Senin (2/12/2019) siang.

Proyek Lamban

Helen mengaku heran mengapa proyek-proyek tersebut berjalan sangat lama dan tak kunjung rampung. Padahal, seingatnya, aktivitas pelebaran trotoar telah berlangsusejak awal tahun. "Saya kos di belakang Kokas sejak Januari 2019, dan itu sudah ada proyeknya seingat saya. Karena saya sering lewat situ," imbuhnya.

Helen membandingkan bagaimana Pemprov DKI Jakarta bisa sangat cepat menggarap revitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman jelang Asian Games 2018 lalu, namun tidak untuk kasus ini.

"Kok, revitalisasi trotoar di Jalan Sudirman untuk Asian Games 2018 cepet banget sih? Lebih rapi dan lebih cepat. Sekarang ini udah lama dan berantakan pula," katanya.

Faris Dzaki (24 tahun), salah satu karyawan yang bekerja di Gedung Kolega X Markplus, seberang Lotte Avenue, juga merasakan kegusaraan serupa. Revitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Dr. Satrio membuat pejalan kaki sepertinya harus berebut jalan dengan pengguna kendaraaan.

Risiko tertabrak kendaraan belum seberapa jika dibandingkan dengan polusi suara yang dihasilkan dari aktivitas pelebaran trotoar. Getaran alat berat pemadat jalan hingga kerukan excavator ke aspal di siang hari, kata Faris, sangat bising dan merusak konsentrasinya saat bekerja.

"Saya kira bulan September itu sudah kelar. Trotoarnya sudah jadi dan bisa digunakan untuk jalan, tapi masih banyak lubang untuk gorong-gorong dan masih ada tumpukan material yang dibiarkan terbengkalai selama beberapa minggu," kata Faris, Senin sore.

Seperti Helen, ia juga mempertanyakan mengapa revitalisasi trotoar tak kunjung rampung. Hingga kini, ia tak pernah mendapat informasi kapan proyek selesai dan tak menggangu aktivitas pejalan kaki maupun pengendara.

"Prosesnya memang saya rasa lamban banget dan seakan enggak transparan. Depan kantor saya itu kayaknya udah 70 persen jadi, tapi tetap masih ada kabel-kabel berserakan. Dan ini 7 persen dari sebulan yang lalu tapi enggak langsung dikelarin gitu," tuturnya.

Lamanya proyek revitalisasi trotoar juga terjadi di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Tak hanya revitalisasi trotoar, perbaikan saluran air bawah tanah di beberapa titik di Kemang juga masih belum selesai sejak beberapa bulan lalu.

Puncaknya adalah Jumat (29/11/2019) lalu saat seluruh Kemang macet total dari sore sampai malam hari. Awalnya wartawan Tirto melewati Jalan Bangka menuju Jalan Kemang Raya, kepadatan mobil dan truk sudah mengular sejak awal, pukul 16.10 WIB. Pukul 17.51 WIB, saat melewati Jalan Kemang Selatan juga demikian padatnya hingga motor pun sulit bergerak.

Harus Evaluasi Pengerjaan

Pengamat kebijakan transportasi kota dari Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menilai proyek revitalisasi trotoar Jakarta tak akan membikin macet akut jika Pemprov mmempersiapkan hal-hal krusial, seperti pengalihan atau menejemem rekayasa lalu lintas.

Hingga saat ini, menurutnya, hal tersebut diabaikan sehingga terkesan asal dikerjakan.

"Saya lihat ini revitalisasi trotoar berbulan-bulan. Ada apa? Ini enggak boleh. Harusnya ada target. Kapan selesai dan berapa lama pengerjaannya? Ini menunjukkan bahwa persiapkan dan pelaksanaan proyek-proyek revitalisasi trotoar sangat buruk," katanya.

Anggota Komisi D Bidang Pembangunan DPRD DKI Jakarta Pantas Nainggolan lambatnya proyek pembangunan perlu menjadi evluasi Anies Baswedan dalam merencanakan program serupa di tahun depan.

"Sampai sekarang, terus terang saja, Komisi D belum dapat grand design dari revitalisasi trotoar ke Jakarta. Kita hanya dapat keterangan bahwa trotoar akan terintegrasi dengan moda-moda transportasi. Itu hanya lisan aja. Baru omongan begitu kita dapatnya," ungkapnya.

Menurutnya, Pemprov DKI juga perlu membahas revitalisasi trotoar secara komperhensif, yang juga meliputi perbaikan utulitas saluran air serta pembangunan ducting untuk kabel bawah tanah.

"Supaya terpadu. Jadi biar semua teratasi. Makanya memang tidak bisa eksekutif terlalu lancang bertindak sendiri. Alangkah baiknya kalau kerja sama dengan stakeholder," imbuhnya.

Di samping itu, kata dia, Anies juga harus berkoordinasi lintas instansi agar pembangunan tersebut dapat dikawal oleh Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya. Sehingga kemacetan yang ditimbulkan bisa dimitigasi.

Wartawan Tirto telah mencoba menghubungi Kepala Dinas Bina Marga Hari Nugroho, via telepon dan pesan singkat sejak Senin siang. Namun hingga naskah ini terbit, tak ada respons dari Hari mengenai permasalahan ini.

Baca juga artikel terkait REVITALISASI TROTOAR atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Hendra Friana