tirto.id - Kasus penembakan terjadi di kantin SMA di Nashville, Amerika Serikat (AS), Rabu (22/1/2025). Seorang remaja menembak seorang siswa berusia 16 tahun hingga tewas dan melukai 1 orang lain. Pelaku kemudian juga menembak diri sendiri hingga tewas.
Kepolisian setempat menyatakan pelaku penembakan itu ialah Solomon Henderson, seorang siswa 17 tahun di Antioch High School, Nashville, AS, seperti ditulis NBC, Kamis (23/1/2025).
Selanjutnya, korban tewasmerupakan seorang remaja 16 tahun bernama Josselin Corea Escalante. Seorang siswa laki-laki yang menderita luka di lengan berusia 17 tahun dan ia mendapat perawatan di rumah sakit.
"Penyelidikan hingga saat ini belum menemukan hubungan antara Henderson dan kedua korban penembakan. Mungkin mereka terkena tembakan acak di kafetaria," kata polisi, dikutip NBC.
Kronologi Penembakan di SMA Antioch Nashville AS
Menurut Kepala Polisi Nashville, John Drake, pelaku penembakan adalah Henderson (17), seorang siswa aktif di Antioch High School, Nashville, AS. Sebelum kejadian, Henderson berangkat ke sekolah di pagi hari dengan menaiki bus.
Melansir CBS, juru bicara polisi setempat, Don Aaron mengungkapkan penembakan terjadi di kafetaria sekolah tersebut sekira pukul 11.09 waktu setempat. Pihak sekolah menghubungi polisi pukul 11.11.
Saat pelaku tiba di sekolah, Henderson sempat pergi ke toilet untuk mengambil senjata sebelum berhadapan dengan korban, Escalante (16) di kafetaria. Drake mengatakan, pelaku melepaskan tembakan beberapa kali.
"Dia masuk ke kafetaria dan melepaskan beberapa peluru, mengenai wanita itu... sebelum mengarahkan senjata ke diri sendiri," kata Drake menjelaskan kronologi kejadian penembakan.
Seorang siswa mengatakan, ia melihat orang-orang tertembak dan bersembunyi di balik tong sampah. Kemudian ia melarikan diri melalui pintu belakang.
"Saya melihat orang-orang tertembak, tergeletak di tanah, berdarah, dan sebagainya. Saya dan teman-teman saya serta semua orang di belakang, kami semua berlari keluar dari pintu samping sambil berjongkok. Saya mencoba menolong orang-orang yang terjatuh, terdorong," kata siswa tersebut dikutip dari NBC.
"Kami berlari keluar dari belakang sekolah dekat lapangan sepak bola,” tambahnya.
Apa Motif Pelaku Penembakan di SMA Antioch Nashville AS?
Polisi sampai saat ini, Rabu (23/1/2025) belum mengungkapkan motif dari pelaku penembakan, Henderson. Namun kepolisian akan mendalami motifnya, salah satunya berdasarkan catatan di internet.
“Tulisan-tulisan daring dan unggahan media sosial yang sangat meresahkan yang terkait dengan Solomon Henderson yang berusia 17 tahun," kata polisi seperti dikutip dari AP News.
Selain itu, pihak berwenang federal berupaya melacak senjata yang digunakan pelaku. Para penyelidik mencoba mengungkapkan bagaimana Henderson bisa mendapatkan senjata itu.
CBS menyebut, saat penembakan terjadi, pelaku menyiarkan aksinya melalui platform streaming KICK. Lalu KICK mengatakan mereka telah menghapus video tersebut dan memblokir akun terkait.
KICK merupakan sebuah perusahaan Australia yang berdiri pada tahun 2022 oleh Bijan Tehrani dan Ed Craven, pendiri platform perjudian daring berbasis mata uang kriptoStake.com.
Platform tersebut memiliki moderasi konten yang tidak terlalu ketat. Akan tetapi platform tersebut menyesalkan perilaku kekerasan yang terjadi. KICK juga memiliki kebijakan untuk tidak mendukung tindakan kekerasan dan ujaran kebencian.
"Kekerasan tidak memiliki tempat di KICK," kata platform tersebut dalam sebuah pernyataan seperti ditulis CBS.
"Kami secara aktif bekerja sama dengan penegak hukum dan mengambil semua langkah yang tepat untuk mendukung penyelidikan mereka," tambah mereka.
Setelah kejadian penembakan, pihak sekolah turut disorot karena tidak memiliki alat detektor logam. Namun direktur sekolah kota, Adrienne Battle, mengatakan pihak sekolah sudah memiliki petugas, kamera keamanan, dan perangkat lunak pendeteksi senjata. Pada saat kejadian, terdapat 2 petugas di sekolah, tetapi tidak berada di sekitar kafetaria.
"Saya tahu ada pertanyaan tentang apakah langkah-langkah tambahan seperti detektor logam stasioner harus dipertimbangkan," kata Battle dikutip dari CBS.
"Meskipun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa detektor logam memiliki keterbatasan dan konsekuensi yang tidak diinginkan, kami akan terus mengeksplorasi teknologi dan strategi baru untuk memperkuat keselamatan sekolah," tukasnya.
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Dipna Videlia Putsanra