tirto.id - Matahari serasa sejengkal lah ketika panas menyengat Nadin Amanda. Namun bocah 12 tahun itu terus melaju menjinjing galon tanggung pada tangan kanannya. Langkahnya terhenti pada kerumunan orang yang sambung-menyambung mengambil jatah air bersih mereka.
Siang bolong itu, di tengah pengapnya udara Jakarta, Nadin dan ibunya ikut mengantre 'sedekah' air bersih dari Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya. Tidak terlalu jauh, lokasi tangki air hanya beberapa depa saja dari gang sempit rumahnya di RT10/RW 11, Pengadegan Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (15/09/2023).
Setelah galon penuh, Nadin pulang, lalu balik lagi menjinjing galon kosong. Ibunya yang menggamit ember pun demikian. Mengisinya, pulang, lalu balik lagi beberapa kali. Pada kemarau kali ini, keluarga Nadin menjadi salah satu di antara ratusan warga Pengadegan Kalideres yang sedang mengalami paceklik air bersih.
Sudah dua pekan mereka mengalaminya. Sementara bantuan dari pemerintah setempat baru menjangkau lima hari belakangan ini. Lima hari itu pula, Nadin harus memangkas waktu bermainnya, demi membantu keluarga mengantre air bersih di kampungnya.
"Nadin disuruh Ibu bantu angkat air dari tangki. Biasanya pulang sekolah istirahat, malah disuruh antre dan angkat-angkat air buat di rumah. Waktu main jadinya terganggu" katanya kepada Tirto.id saat itu.
Nadin mengaku sangat kelelahan jika setiap hari harus mengantre dan menenteng air. Namun perintah ibu tidak bisa ditolak, sebab memang sedang butuh bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, khususnya memasak. Sementara untuk mandi, keluarganya masih menggunakan air sumur pompa mesin.
Dampak krisis air terhadap anak juga dialami oleh dua orang balita bernama Muhammad Rizky (5) dan Julian Akbar Hakim (2). Orang tua mereka, Muhammad Nawawi (31), mengatakan kedua putranya sering mengalami gatal-gatal hingga biang keringat karena jarang mandi akibat kesulitan air bersih.
Bahkan, krisis air di rumahnya sudah terjadi sejak empat bulan lalu. Kedua putranya yang biasa mandi dua kali sehari karena masih balita, terpaksa harus mandi seminggu dua sampai tiga kali karena tak ada air. Hal tersebut diperparah dengan kondisi cuaca yang juga memburuk.
"Iya, pakaian jarang dicuci. Anak-anak jadi gatal, biang keringat, badannya lengket karena jarang mandi juga. Apalagi cuacanya panas gini, jadi lebih sensitif. Saya sebagai orang tua melihat anak jadi kasihan," kata Nawawi kepada Tirto di kediamannya, Kamis (15/9/2023).
Nawawi pun memperlihatkan pundak puteranya yang bernama Rizky. Tampak pundaknya penuh dengan biar keringat dan bekas garukan. Ia mengatakan kedua anaknya sudah mengalami biang keringat sebulan terakhir ini.
"Kadang kalau tengah malem itu garuk-garuk. 'Sudah Dek, enggak usah digaruk, taruh bedak saja. Setelah gatalnya hilang, terus timbul lagi. Saya pernah periksa ke klinik pas gatal-gatal anak pertama, cuma dikasih obat sama bedak saja," tuturnya.
Dalam perbincangan itu, istri Nawawi, Saleha (27) mengaku selama krisis air, kesulitan untuk masak nasi hingga lauk pauk untuk keluarganya. Ia dan kedua anaknya pun menjadi kesulitan mengonsumsi makanan bergizi. Alhasil, Air Susu Ibu (ASI)nya menjadi tidak lancar keluar seperti sebelumnya.
"Kan ibu menyusui harus banyak makan bergizi, nutrisinya harus bagus. Nah saya masih kasih asi eksklusif ke anak kedua. Ada kendalanya pas kasih ASI, biasanya tiga sampai empat kali sehari ASI, sekarang sudah dua atau bahkan enggak pernah," jelas dia.
Kemudian ia bercerita kendala lainnya ketika putranya yang bernama Hakim buang air besar (BAB) tengah malam. Sementara tidak ada air untuk membilasnya.
"Kadang pup enggak cebok, kadang pakai air galon. Kalau anak kecil kan kalo BAB enggak cebok takut iritasi," pungkasnya.
Ketua RW 11, Arief Rahman mengatakan krisis air di daerah disebabkan oleh perbaikan instalasi air di Hutan Kota, Jakarta Barat dan saat ini telah memasuki musim kemarau sehingga mengakibatkan pasokan air berkurang.
Awalnya seluruh daerah dari RT 1 sampai 11 terdampak, saat ini, tersisa RT 5, 6, 7, dan 10 saja yang masih terdampak parah krisis air.
"Setiap musim kemarau beberapa kali seperti ini air kering, pernah berbau. Apalagi pas waktu dulu dipegang sama PALYJA, pihak swasta," kata Arief kepada Tirto saat ditemui di kediamannya, Kamis (15/9/2023) malam.
Ia mengaku sejauh ini tidak ada warga yang terdampak penyakit seperti gatal-gatal karena krisis air bersih, termasuk pada anak-anak.
"PAM sudah ada ambil dari Tangerang, dites semalam sudah keluar, tapi masih keruh, jadi tunggu penjernihan," ucapnya.
Krisis Air Bahayakan Anak
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyatakan krisis air bersih memang sangat berdampak terhadap kesehatan hingga tumbuh kembang anak.
"Kurangnya ketersediaan air bersih yang layak dan aman dapat menyebabkan masalah kesehatan pada anak seperti kolera, diare, stunting pada anak, hingga potensi kelahiran prematur," kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar kepada Tirto, Selasa (19/9/2023).
Menurutnya, setiap anak memiliki hak untuk bermain dan memiliki hidup yang layak, termasuk salah satunya kebutuhan akan air bersih. Adanya fenomena krisis air bersih sebagai akibat adanya perubahan iklim secara tidak langsung menempatkan anak dalam kategori Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK) karena berada dalam situasi darurat bencana alam.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF, sebanyak 150.000 anak meninggal dunia setiap tahunnya akibat diare dan sanitasi yang buruk.
Angka stunting atau anak tubuh pendek dengan ancaman gangguan pertumbuhan kognitif prevalensinya mencapai 30% di Indonesia. Hal ini memiliki kaitan yang erat dengan ketersediaan air bersih.
Sementara itu Bappenas melaporkan 31% kematian anak di Indonesia disebabkan karena diare dan berbagai penyakit saluran pencernaan lainnya yang ditularkan melalui air.
Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra menilai peristiwa kekeringan di Kalideres, Jakarta Barat sebagai dampak iklim kemarau yang ekstrem menjadi perhatian pemerintah DKI Jakarta.
KPAI mengusulkan agar ada MCK sementara di dekat sumber air, agar anak anak dapat solusi sementara. KPAI berharap sanitasi dan kebersihan lingkungan dapat diatasi setiap hari.
"Karena bicara air, tentu dikonsumsi mulai dari air minum, mandi, masak dan kebutuhan rumah tangga yang sangat penting. Sehingga harus dipastikan kebersihan dalam mengonsumsi air tersebut, terutama buat anak anak," kata Jasra kepada Tirto, Senin (18/9/2023).
Pengkampanye Walhi Jakarta, Muhammad Aminullah menyatakan krisis air di kota besar seperti Jakarta merupakan sebuah ironi. Pasalnya, Jakarta merupakan kota air yang lokasinya berada di hilir 13 sungai.
Menurutnya, krisis air di Jakarta disebabkan oleh pembangunan yang terus-menerus sehingga menghilangkan fungsi lahan sebagai tempat resap air tanah yang nantinya akan digunakan ketika terjadi musim kemarau.
Hal tersebut diperparah ketika memasuki puncak musim kemarau atau El Nino akibat perubahan iklim, hal tersebut mengakibatkan air yang berada di sungai hingga muka tanah menjadi kekeringan.
"Jadi pemerintah semakin tidak siap menghadapi krisis air ketika krisis iklim terjadi," kata Aminullah kepada Tirto, Selasa (19/9/2023).
Selain daerah Pengadegan, Jakarta Barat memang kerap kali mengalami krisis air bersih, seperti Marunda, Jakarta Utara; Rawa Badak, Jakarta Utara; Muara Angke, di Jakarta Utara, dan sejumlah daerah lainnya.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI pada tahun 2022, sebanyak 15 kecamatan di wilayahnya rawan kekeringan dan krisis air bersih saat musim kemarau.
Sejumlah kecamatan tersebut yakni: Menteng, Gambir, Kemayoran, dan Tanah Abang di Jakarta Pusat; Cilincing, Tanjung Priok, Koja, Kelapa Gading, dan Penjaringan di Jakarta Utara; Tebet, Pasar Minggu, dan Setiabudi di Jakarta Selatan; dan Makasar, Pulo Gadung, dan Cipayung di Jakarta Timur.
18 Kelurahan Terdampak
Penjabat (Pj) Gubernur DKI, Heru Budi Hartono mengaku telah menginstruksikan PAM Jaya untuk menyuplai air bersih terus kepada warga Kalideres, Jakarta Barat yang terdampak.
"Menjadi perhatian dari pemerintah supaya masyarakat mendapat air bersih," kata Heru di Jakarta Utara, Sabtu (16/9/2023).
Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) itu juga menuturkan PAM Jaya telah membuat reservoir komunal atau wadah penampung air di sejumlah titik strategis untuk keperluan warga yang kekurangan air bersih.
Sementara itu, PAM Jaya mengatakan gangguan suplai air terjadi dikarenakan proses penutupan Valve 19 Hutan Kota. Adapun beberapa kelurahan yang terdampak, di antaranya Penjaringan, Pejagalan, Pluit, Kapuk, Kalideres, Rawa Buaya, Pegadungan, Cengkareng Barat, Cengkareng Timur, Semanan, Duri Kosambi, Wijaya Kusuma, Jelambar Baru, Kapuk Muara, Tegal Alur, Kamal, Kamal Muara, dan sekitarnya.
Direktur Utama PAM JAYA, Arief Nasrudin mengatakan krisis air memang terjadi akibat penurunan kualitas air baku di Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Hutan Kota, Jakarta Barat. Salah satu penyebab utama kejadian tersebut merupakan dampak dari kemarau panjang yang melanda kota Jakarta.
Menindaklanjuti hal tersebut, PAM Jaya menyebut akan menambahkan suplai air dari Tangerang via Warung Gantung dengan membuka Valve 20 Utan Jati, yang menyebabkan aliran air yang diterima masyarakat keruh dan kotor dikarenakan endapan atau sedimen yang terbawa oleh aliran air sampai ke rumah warga.
PAM JAYA juga akan melakukan realokasi pada titik- titik memungkinkan didistribusikan air. Kemudian diatur lalu lintasnya menuju Utara & Barat Jakarta. Kemudian pelayanan air tangki gratis sebagai bentuk bantuan untuk masyarakat yang mengalami kekurangan air.
Selanjutnya, PAM Jaya akan melakukan re-investment berupa pemasangan membran baru untuk bisa memroses air baku yang memiliki TDS tinggi atau mampu mengurai air laut. Re-investment ini memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
“Semoga dapat segera turun hujan dengan harapan air dari daratan dapat mendorong air laut sehingga TDS air baku di IPA Hutan Kota menjadi rendah dan IPA tersebut dapat beroperasi kembali” kata Arief melalui keterangan tertulisnya, Kamis (21/9/2023).
Sementara itu Kepala Pelaksana BPBD DKI, Isnawa Adji mengklaim saat ini kekeringan di Jakarta akibat musim kemarau tidak dalam kondisi parah seperti daerah lainnya. Hanya terdapat satu laporan saja di RW 11 Kelurahan Pegadungan, Jakarta Barat saja.
"Saya sudah menginstruksikan seluruh jajarannya BPBD DKI. Belum ada laporan kekeringan, masih terkendali," kata Isnawan kepada Tirto, Senin (18/9/2023).
Ia mengatakan laporan 15 kecamatan di Jakarta yang terancam kekeringan pada tahun 2022 merupakan prediksi BMKG saja. "Terakhir pernah terjadi kekeringan tahun 2019, tetapi hanya delapan kelurahan," ucapnya.
Dalam mengantisipasi musim kemarau memastikan ketersediaan air bersih bagi warga Jakarta, kata Isnawa, BPBD DKI telah berkoordinasi dengan PAM Jaya, Dinas SDA, Dinas Gulkarmat, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Bina Marga, serta Satpol PP.
========
Kami menambahkan keterangan dari pihak PAM Jaya yang disampaikan lewat keterangan tertulis pada Kamis (21/9/2023) pada pukul 19.24 WIB. Sebelumnya, keterangan dari PAM Jaya hanya berdasarkan keterangan via media sosial Instagram.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Restu Diantina Putri