tirto.id - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk berencana untuk mengakuisisi sejumlah pabrik baja lokal. Langkah akuisisi tersebut akan ditempuh dalam rangka ekspansi, sebagaimana telah direncanakan dapat terlaksana pada 2019 mendatang.
“Di sini saya dan teman-teman di jajaran direksi mau ambil pabrik yang sudah dan agak kolaps. Karena kalau untung, enggak dijual [perusahaannya],” kata Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim di Kementerian BUMN (Badan Usaha Milik Negara), Jakarta pada Jumat (23/11/2018).
Namun sebelum merealisasikan rencana tersebut, Silmy menegaskan bahwa perseroan akan menyehatkan kondisi keuangannya terlebih dahulu. Silmy menilai dengan kondisi keuangan yang lebih sehat, maka kepercayaan investor dan perbankan terhadap Krakatau Steel jadi meningkat.
Dari rencana akuisisi tersebut, Silmy memperkirakan Krakatau Steel dapat menambah kapasitas produksi hingga sebanyak 1 juta ton. Akan tetapi saat disinggung mengenai jumlah perusahaan dan dana yang dibutuhkan untuk merealisasikan rencana akuisisi, Silmy masih enggan berbicara banyak.
Selain meningkatkan investasi dengan akuisisi, Krakatau Steel juga rencananya bakal membangun satu pembangkit listrik tenaga surya mengapung (PLTSM). Adapun nilai investasi untuk satu PLTSM tambahan itu berada di kisaran 300-400 juta dolar AS.
Masih dalam kesempatan yang sama, Silmy sempat menyebutkan target Krakatau Steel untuk memiliki kapasitas produksi sebesar 10 juta ton per tahun. Saat ini, perseroan sendiri baru bisa menghasilkan sekitar 5 juta ton setiap tahun.
“Target tersebut sesuai arahan Pak Presiden (Presiden Joko Widodo). Nanti kan bakal masuk mesin baru sekitar April [2019], untuk tambahan 1,5 juta ton. Jadi [peningkatan produksi] akan terus dilakukan. Salah satunya untuk mendukung proyek infrastruktur BUMN Karya,” jelas Silmy.
Kinerja keuangan Krakatau Steel memang menunjukkan tren perbaikan dalam kurun waktu setahun terakhir. Meski pada 2017 lalu sempat merugi hingga 81,7 juta dolar AS, Silmy optimistis Krakatau Steel bisa meraup untung pada tahun ini. Salah satu faktor yang memengaruhinya yaitu kenaikan harga baja yang mendorong pertumbuhan penjualan produk.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yantina Debora