Menuju konten utama

Konflik Iran vs AS: Kekuatan Militer Teheran 2020

Kekuatan militer Iran 2020 dari senjata berupa rudal hingga pasuka khusus yang pernah dipimpin oleh Qasem Soleimani.

Konflik Iran vs AS: Kekuatan Militer Teheran 2020
Kota Tehran Iran. foto/istockphoto

tirto.id - Iran mengirimkan rudal ke pangkalan militer AS di Irak pada Rabu (8/1/2020) sebagai aksi balasan atas kematian Jenderal Qasem Soleimani pada Jumat (3/1/2020) lalu. Qasem Soleimani tewas dalam serangan AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak.

Keberanian Iran membalas serangan kepada AS tersebut membuat hubungan kedua negara kian memanas. Ada kekhawatiran AS akan menyerang balik Iran.

Amerika Serikat merupakan negara adidaya dengan kekuatan militer nomor 1 di seluruh dunia berdasarkan review yang dilakukan oleh Global Fire Power.

Namun Presiden AS Donald Trump memilih untuk membalas serangan Iran dengan menjatuhkan sanksi ekonomi bagi Teheran.

Lantas, bagaimana kekautan militer Iran?

Berdasarkan review yang sama, kekuatan militer Iran berada pada posisi 14 di antara 137 negara di seluruh dunia pada tahun 2019. Ia memiliki indeks rating sebesar 0,2606 (0,000 merupakan nilai tertinggi).

Pada bulan September 2019, Iran menyerang ladang-ladang minyak yang berada di Arab Saudi. Sebagaimana diwartakan New York Times, pertahanan telah dibangun pada ladang minyak tersebut untuk mendeteksi dan menghentikan drone dan rudal. Namun, serangan berhasil dilakukan dan secara otomatis menandakan teknologi Iran yang lebih maju dari perkiraan badan-badan intelijen Amerika.

Tal Inbar, mantan direktur pusat penelitian ruang angkasa di Fisher Institute for Air and Space Strategic Studies, sebuah organisasi penelitian Israel yang sekarang ditutup, mengatakan ketepatan serangan itu tidak mungkin dicapai hanya dengan menggunakan sistem GPS.

"Kemampuan yang jauh lebih baik dikerahkan dalam serangan ini," katanya. "Mungkin kamera di rudal dan drone, yang membandingkan kenyataan dengan gambar target,” dikutip dari New York Times.

Sistem rudal yang dimiliki oleh Iran menjadi kunci penting dari persenjataannya. Dari BBC, sebuah laporan Departemen Pertahanan AS menggambarkan pasukan rudal Iran sebagai yang terbesar di Timur Tengah. Sebagian besar terdiri dari rudal jarak pendek dan menengah. Pusat studi Strategis dan Internasional yang berbasis di AS mengatakan Iran memiliki ribuan rudal.

Rudal milik Iran dapat menyerang lebih dari 1500 mil dari perbatasan Iran, mencapai di mana saja di Teluk Persia. Mengutip New York Times, Cina, Rusia, dan Korea Utara telah memberikan Iran teknologi dan amunisi. Selain itu, Iran telah memproduksi pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari dalam negeri.

Tidak hanya kemampuannya di militer, Iran telah terbukti pula memiliki kekuatan dalam dunia siber atau disebut dengan cyber army. Mengutip laporan BBC, Iran meningkatkan kemampuan sibernya sejak serangan siber besar di fasilitas nuklir Iran pada tahun 2010.

The Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) diyakini memiliki komando dunia maya sendiri yang bekerja pada spionase militer dan komersial. Pada tahun 2012, terjadi serangan siber terhadap bank-bank AS yang dimaksudkan untuk mengganggu lalu lintas ke situs web mereka. Para pejabat AS menyalahkan Iran atas serangan tersebut.

BBC News juga melaporkan bahwa Iran menargetkan perusahaan dirgantara, kontraktor pertahanan, perusahan energi dan sumber daya alam, dan perusahaan telekomunikasi untuk operasi spionasi dunia maya di seluruh dunia berdasarkan pada laporan militer AS pada tahun 2019.

Pada tahun 2015, Iran bersama enam negara superpower lain menandatangani kesepakatan JCPOA yang juga disebut sebagai kesepakatan nuklir Iran. Berdasarkan kesepakatan tersebut, Iran menyepakati dilakukannya pembatasan kepemilikan uranium. Dalam kurun waktu 15 tahun setelah perjanjian tersebut, Iran hanya boleh memperkaya uranium hingga 3,67 persen.

Merespons pembunuhan Jenderal Soleimani oleh pasukan AS, Iran mengatakan tidak akan terikat oleh pembatasan ini. Tetapi, ia juga akan terus bekerja sama dengan International Atomic Enegy Agency (IAEA), pengawas nuklir PBB dikutip dari BBC.

Iran memiliki penduduk dengan jumlah 83.024.745 jiwa. Dari keseluruhan total tersebut, negara Timur Tengah tersebut memiliki ketersediaan angkatan perah berjumlah 57 persen atau sekitar 47.324.105 jiwa dari total populasi 83.023.745 jiwa. Lebih lanjut, Iran juga memiliki 39.842.164 (48 persen) jumlah orang yang memenuhi prasyaat bela negara.

Total personel angkatan militer Iran berjumlah 873.000 jiwa atau bekisar 1,1 persen dari keseluruhan jumlah populasi penduduk dengan anggota yang masih aktif berjumlah 523.000 jiwa (0,6 persen).

Jumlah tersebut telah termasuk 350.000 di tentara reguler dan kurang lebih 150.000 sebagai tentara di The Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC). IRGC memiliki 20.000 personel tambahan dalam angkatan lautnya. Dilansir dari BBC, kelompok tersebut mengoperasikan sejumlah kapal patrol bersenjata di Selat Hormuz pada tahun 2019.

Laman Global Fire Power menempatkan angkatan udara dan angkatan darat milik Iran masing-masing pada ranking 24 dan 13 dari 137 negara dunia. Sebagai alat transportasinya, Iran memiliki 126 helikopter dan helicopter serang sebanyak 12 unit.

Kekuatan angkatan darat Iran diperkuat dengan kepemilikan tank penyerang sebanyak 1.634 armada. Kendaraan perang yang mereka punyai kurang lebih 2,3 ribu, artileri otomatis 570, dan artileri tarik berjumlah 2,1 ribu.

Tidak hanya itu, Iran memiliki proyektor roket sebanyak 1,9 ribu dan menjadi yang terbanyak nomor 4 di seluruh dunia. Mengutip dari Military Factory, perlengkapan senjata dan transportasi perang milik Iran sebagian besar berasal dari Rusia dan Cina.

Pasukan Quds, yang dipimpin oleh Jenderal Soleimani yang tewas pekan lalu, merupakan pasukan khusus milik Iran. Mereka melakukan operasi rahasia di luar negeri untuk IRGC dan bertanggung jawab langsung ke Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran. Quds diyakini memiliki sekitar 5000 personil.

Pasukan Quds telah dikerahkan ke Suriah, di mana ia menyarankan elemen militer yang loyal kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad dan milisi Syiah bersenjata yang bertarung dengan mereka. Di negaranya sendiri, Quds mendukung pasukan paramiliter yang didominasi oleh syiah yang membantu setiap kekalahan kelompok Negara Islam dikutip dari BBC.

Untuk menunjang keseluruhan kebutuhan militernya, Iran memproduksi bahan bakar seperti minyak. Setiap harinya, Iran memproduksi kurang lebih 4,469 juta barel dan mengonsumsi minyak untuk kebutuhan militer sebesar 1,870 juta barel per hari.

Di dalam sektor logistik yang mencakup personil, industri, dan layanan terkait produksi perang, angkatan kerja Iran mencapai 30,5 juta personil. Pedagang yang memiliki kaitan dalam kemiliteran mencapai 739 orang.

Setiap tahunnya, Iran mengeluarkan dana sebesar 6,3 miliar dolar AS untuk militer. Sebagian besar dari dana tersebut diperoleh dari hutang luar negeri sebesar 7,995 miliar. Sementara, Iran juga memiliki cadangan devisa emas setara dengan 120,6 miliar dolar AS dilansir dari Global Fire Power.

Baca juga artikel terkait KONFLIK IRAN AS atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yantina Debora