tirto.id - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan akan berhenti membalas serangan militer terhadap Iran untuk menyudahi konflik pada pidatonya di Gedung Putih, Rabu (8/1/2020) waktu setempat.
Iran meluncurkan rudal balistik untuk menyerang pangkalan militer yang menampung pasukan Amerika di Irak pada Rabu (8/1/2020) dini hari. Serangan tersebut merupakan balasan dari Iran akibat pembunuhan yang dilakukan oleh AS terhadap jenderal Iran, Qasem Soleimani, Kamis pekan lalu di Baghdad.
Menanggapi penyerangan tersebut, Donald Trump memaparkan bahwa ia tidak akan membalas serangan militer balasan terhadap Iran. Lebih jauh, AS akan menjatuhkan sanksi ekonomi sebagai hukuman kepada rezim Iran.
"Ketika kami terus mengevaluasi opsi-opsi dalam menanggapi agresi Iran, Amerika Serikat akan segera menjatuhkan sanksi ekonomi tambahan sebagai hukuman terhadap rezim Iran. Sanksi kuat ini akan tetap diberlakukan hingga Iran menghentikan tindakannya," ucap Trump dalam pidatonya Rabu (8/1/2020) dilansir dari CNN.
Tanggapan Trump ini bahkan mendorong saham-saham di Wall Street bergerak menguat dan ditutup di zona hijau pada Kamis (8/1/2020). Hal ini juga memengaruhi pergerakan IHSG yang dibuka menguat hari ini.
Sanksi ekonomi sebelumnya pernah diterapkan AS terhadapa Iran terkait dengan pengembangan nuklir. Pada 2002, tak hanya AS yang menjatuhkan sanksi tetapi juga PBB dan Uni Eropa.
Sanksi ini pernah membuat nilai mata uang Iran anjlok. Namun sanksi ekonomi AS ini dicabut saat pemerintahan Barack Obama, usai Iran sepakat untuk mengurangi pengayaan uranium dan pengembangan nuklir dikutip dari BBC.
Dalam kesempatannya tersebut, Trump juga menyarankan kepada Inggris, Jerman, Perancis, Rusia, dan Cina untuk mundur dari kesepakatan nuklir dengan Iran atau disebut JCPOA.
“Mereka semua harus melepaskan diri dari sisa-sisa kesepakatan Iran atau JCPOA. Dan kita semua harus bekerja sama untuk mencapai kesepakatan dengan Iran yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman dan damai,” kata Donald Trump.
Dikutip dari The Guardian, pernyataan Trump tersebut sangat sulit untuk dilakukan termasuk di dalamnya permintaan kepada Jerman, Perancis, dan Inggris untuk menyudahi kesepakatan nuklir Iran. Diplomat Eropa menganggap kesepakatan nuklir sebagai mekanisme yang berguna untuk tetap berhubungan tidak hanya dengan Iran, tetapi juga Rusia dan Cina.
Namun demikian, Trump meminta NATO untuk dapat lebih berkontribusi di willayah Timur Tengah. Hal tersebut dapat mencerminkan keyakinannya bahwa AS harus menarik diri dari wilayah tersebut mengingat swasembada energi yang dilakukan oleh AS dan tidak lagi tergantung pada minyak dari negara-negara Teluk.
“Amerika telah mencapai kemandirian energi. [..] Kami sekarang adalah produsen minyak dan gas alam nomor satu di dunia. Kami independen dan kami tidak membutuhkan minyak Timur Tengah,” ungkap Trump dalam pidatonya.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yantina Debora