tirto.id - Hubungan AS-Iran kian memanas. Iran menyerang pangkalan militer AS di Al-Asad dan Irbil, Irak. Serangan pertama dilancarkan hanya beberapa jam usai pemakaman Jenderal Qasem Soleimani.
Prosesi pemakaman Soleimani pada Selasa (7/1/2020) di kota kelahirannya di Kerman memicu seruan untuk membalas kematiannya. Pada serangan kedua, Iran menargetkan pangkalan militer di Irbil.
Konflik AS dan Iran kembali memanas di era Presiden Donald Trump. Presiden Trump bahkan menarik AS dari perjanjian nuklir dengan Iran.
Menurut Trump, perjanjian yang dicapai era Kepemimpinan Barack Obama itu "memalukan" baginya "sebagai warga negara."
Selain itu, Donald Trump juga menegaskan akan menerapkan kembali sanksi ekonomi yang dibebaskan ketika kesepakatan itu ditandatangani pada 2015.
Saling serang dan saling tuduh pun kerap dilakukan oleh pemimpin kedua negara. Iran pernah menembak jatuh pesawat tanpa awak AS yang diduga terbang di atas wilayah udara Negara Teluk tersebut, Kamis (20/6/2019).
AS menanggapi serangan Iran itu dengan menyebut penembakan drone AS sebagai "serangan tidak beralasan terhadap aset pengawasan AS di wilayah udara internasional."
Hubungan kedua negara kian memanas usai kematian Jenderal Qasem Soleimani. Ia tewas di Irak usai serangan AS di bandara Internasional Baghdad pada Jumat (03/01/2020).
Selain Qasem Soleimani, serangan AS tersebut juga menewaskan Wakil Komandan The Popular Mobilization Forces alias Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), Abu Mahdi al-Muhandis.
PMF merupakan kesatuan milisi di Irak yang mendukung Iran. Tak hanya itu, lima orang lain termasuk operator protokol bandara PMF, Mohammed Reda, turut terbunuh dalam serangan udara AS yang dilancarkan melalui pesawat tanpa awak tersebut.
Sejarah Hubungan AS-Iran
Sebelum Revolusi Iran 1979, AS dan Iran adalah teman baik. Kedua negara pernah dekat karena program nuklir. AS-Iran menandatangani perjanjian kerja sama nuklir untuk kebutuhan sipil pada tahun 1957.
Kerja sama itu atas inisiatif Presiden AS Dwight Eisenhower yang ingin berbagi teknologi dan pendidikan soal nuklir. Sedangkan Iran saat itu dipimpin Mohammad Reza Pahlevi.
Program pendidikan nuklir dilakukan di berbagai negara termasuk Israel, Pakistan dan Iran. Program ini memberi Iran landasan untuk program nuklirnya yang sangat kontroversial saat ini.
AS mendukung Iran dalam pengembangan nuklir. Hingga pada 1959 Pusat Penelitian Nuklir Teheran di Universitas Teheran dibuka. Mulai 1967, As memasok uranium untuk Iran.
Pertengahan 1970-an muncul kekhawatiran AS tentang kemungkinan Iran akan menggunakan program nuklir untuk mengembangkan senjata.
AS mulai bernegosiasi dengan Iran untuk membatasi program pengayaan uranium. Namun Iran berpandangan bahwa Iran memiliki hak untuk mengembangkan uranium dan nuklir untuk kebutuhan sipil.
Pahlevi pun mencari partner selain AS demi tetap menjaga kestabilan proyek pengembangan nuklir Iran.
Revolusi Iran pada 1979 juga menandakan berakhirnya kerja sama AS dan Iran soal nuklir. AS pun mulai menekan Iran dengan sanksi.
Pada 2000, Presiden Bill Clinton mengesahkan UU berisi sanksi bagi siapapun yang membantu program nuklir Iran. AS juga memberlakukan embargo ekonomi bagi Iran.
Kedua negara terus bermusuhan. Dalam pidato kenegaraannya pada 2002, Presiden George Bush mencela Iran sebagai bagian dari "poros kejahatan" dengan Irak dan Korea Utara. Pidato menyebabkan kemarahan Iran.
Pada 2002, sanksi yang diterima Iran tak hanya dari AS, tetapi juga dari PBB dan Uni Eropa. Sanksi itu bahkan menyeret mata uang iran ke titik rendah.
AS-Iran di Era Barack Obama
Hubungan AS-Iran mulai dibangun diera Barack Obama. Ia tak menunggu lama untuk mencairkan suasana dengan Iran.
Obama menggunakan media Youtube untuk menjangkau Iran. Sebuah video berdurasi tiga menit 36 detik diunggah di akun Youtube The Obama White House dengan judul The President's Message to the Iranian People dan terbuka untuk publik.
Dalam video yang diunggah pada 19 Maret 2009, Obama mengucapkan selamat tahun baru kepada warga Iran atau yang dikenal dengan Nowruz.
Obama juga menyinggung potensi untuk memperbaiki hubungan kedua negara termasuk peluang yang lebih besar untuk kemitraan dan perdagangan.
Tiga bulan setelah mengunggah video untuk warga Iran di Youtube, pidato Obama di Cairo University dalam lawatannya ke Eropa dan Timur Tengah juga diunggah di akun Youtube Gedung Putih. Dalam pidatonya, Obama menyerukan babak baru dalam hubungan AS dengan negara Islam.
“Saya datang ke sini untuk mengupayakan awal baru antara Amerika dan Muslim di seluruh dunia, suatu awal yang didasarkan pada kepentingan bersama dan saling hormat,” ucap Obama.
Hubungan AS dan Iran kian cair. Pada 2013, usai Hassan Rouhani berkuasa, ia dan Barack Obama berbicara melalui telepon - percakapan tingkat tinggi pertama dalam lebih dari 30 tahun.
Kemudian pada 2015, setelah negosiasi panjang, Iran menyetujui kesepakatan jangka panjang pada program nuklirnya dengan sekelompok kekuatan dunia yang dikenal sebagai P5+1 (AS, Inggris, Perancis, Cina, Rusia dan Jerman).
Di bawah perjanjian itu, Iran setuju untuk membatasi kegiatan nuklirnya. Sebaliknya, negara lainnya mencabut sanksi ekonomi untuk membantu pertumbuhan ekonomi Iran.
Editor: Agung DH