tirto.id - Jenderal Gatot Nurmantyo pada hari ini (23/10) seharusnya akan mengikuti konferensi bertema Chiefs of Defense Conference on Countering Violent Extremism (VEOs) yang diselenggarakan oleh Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat Joseph Dunford di Washington DC. Apa yang dibahas di sana?
Menurut laman resmi US Department of Defense, konferensi yang pertama kali diselenggarakan tahun lalu ini secara umum membahas strategi global untuk memerangi kelompok ekstremis. Menurut Joe, hanya dengan kerja sama tingkat global di antara angkatan perang, maka kelompok militan bisa dikalahkan. Sebelum dapat bergerak, maka yang dibutuhkan adalah adanya pemahaman bersama terlebih dulu. Memahami gerakan ekstremis adalah satu tema pokok konferensi tahun lalu.
"Ketika kita mengakhiri pertemuan ini, saya harap kita punya beberapa hal. Pertama, saya harap kita semua punya pemahaman yang lebih baik tentang sifat violent extremism," kata Dunford, dalam konferensi tahun lalu, yang juga digelar pada bulan Oktober. Apa yang mereka maksud sebagai kelompok ekstrem terutama Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL).
Baca juga:Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo Ditolak Masuk AS
Dalam pidato pembukanya, Dunford menyoroti bahwa selama ini konferensi sejenis terlalu fokus pada aspek regional. Padahal, katanya, ekstremis tidak pernah dibatasi oleh regional tertentu. Sifat mereka selalu transregional. Namun, menurut Dunford, konferensi tersebut tetap tidak mengesampingkan upaya regional. Oleh karena itu, diskusi dari semua aspek tetap didorong.
Menurutnya, upaya untuk membatasi ruang gerak ekstremis hanya bisa dilakukan ketika ada kerja sama yang baik antara penegak hukum, personel perbatasan, diplomat, hingga institusi keuangan.
Donford, dalam konferensi itu, bilang bahwa salah satu parameter keberhasilan kerja sama mereka adalah kekalahan ISIL di Mosul, Irak dan Raqqa, Suriah. Dan sejarah mencatat, ISIL memang kalah dari keluar dari dua kota tersebut tahun ini. "Tapi kami tahu akan ada efek kedua dan ketiga dari operasi kami di Irak dan Surriah," kata Donford ketika itu.
Baca juga:Setelah Mosul Direbut dari ISIS, Apa Selanjutnya?
Total, ada 43 kepala militer yang diundang di acara tahun lalu, termasuk di antaranya Gatot Nurmantyo. Negara Asia Tenggara yang mengirimkan utusan ketika itu adalah Malaysia, Filipina dan Singapura. Kepala militer lain datang dari Australia, Mesir, Italia, Lebanon, Maroko, hingga Inggris.
Sebelum datang pada Oktober tahun lalu, Dunford juga sempat mengundang Gatot pada Februari 2016. Ketika itu Gatot disambut di Pentagon. Laman US Department of Defensi memuat foto-foto mereka berdua. Salah satu foto memuat gambar Gatot berada di podium bersama Dunford di depan angkatan bersenjata AS.
Tidak ada yang bermasalah dalam dua kunjungan terakhir. Sampai kemudian kemarin Gatot gagal berangkat.
Baca juga:Simpang Siur Alasan Pencekalan Gatot Nurmantyo oleh AS
Seharusnya Gatot terbang ke AS menggunakan pesawat Emirates EK 0357 dengan transit terlebih dulu di Doha, Qatar. Namun, pada sore, hanya beberapa saat sebelum terbang dari Bandara Sukarno-Hatta, pihak maskapai menginformasikan secara lisan bahwa Gatot dan istrinya dilarang masuk AS.
Disebutkan bahwa penolakan tersebut diinstruksikan langsung oleh "otoritas dalam negeri AS", lebih tepatnya U.S. Customs and Border Protection.
Hingga berita ini dibuat, belum jelas apa penyebab pelarangan kunjungan Gatot. Konferensi pers yang digelar Pusat Penerangan TNI, di Jakarta, Minggu sore (22/10), tidak memberikan gambaran yang lengkap.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Wuryanto mengatakan bahwa pencekalan spesifik hanya berlaku untuk Gatot dan istrinya. Sementara empat staf lain yang juga ikut tidak dicekal. Adapun delegasi ketika itu terdiri enam orang. Selain Gatot dan istrinya, ikut pula Aster (Asisten Teritorial), Asintel (Asisten Intelijen), Sintel (Staf Intelijen) dan Aspri (Asisten Pribadi).
Penulis: Rio Apinino
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti