tirto.id - ISIS digempur habis dan terus terdesak. Setelah delapan bulan mengelilingi kota untuk berperang melawan milisi ISIS, pasukan pemerintah Irak pada Kamis kemarin, 29 Juni, berhasil merebut sebuah masjid yang hancur di jantung kota tua Mosul.
Bukan sembarang masjid, pasukan pemerintah Irak kali ini berhasil merebut Masjid Agung al-Nuri. "Kembalinya Masjid al-Nuri dan Menara al-Hadba ke pangkuan bangsa menandai berakhirnya negara ISIS yang penuh kepalsuan," kata Perdana Menteri Haider al-Abadi seperti dilansirReuters.
Al-Abadi kembali menyatakan pembebasan Masjid Agung al-Nuri dari cengkeraman ISIS melalui akun Twitter. "Kami melihat akhir dari negara Daesh yang palsu, pembebasan Mosul membuktikannya," tulisnya. "Kami tidak akan mengalah. Kekuatan pemberani kita akan membawa kemenangan. "
Bernard Smith dari Al Jazeera, sebuah stasiun televisi berbasis di Doha, Qatar, melaporkan dari Erbil bahwa keberhasilan merebut kembali kompleks masjid tersebut merupakan pukulan telak bagi ISIS.
"Apa yang membantu kita mengerti adalah betapa lambat dan sulitnya pertarungan meraih kembali Kota Tua (Mosul)," ujar Smith.
Masjid al-Nuri dan Menara al-Hadba yang terkenal itu memiliki arti penting dalam sejarah pemerintahan ISIS di Irak. Abu Bakar al-Baghdadi pada 2014 muncul saat salat Jumat di masjid tersebut segera setelah pasukan ISIS berhasil merebut kota terbesar kedua ini dari Irak.
Ia mendeklarasikan Kekhalifahan ISIS dan menyerukan agar umat Islam mematuhinya dan mengucapkan sumpah setia kepada ISIS. Itu penampilan Baghdadi satu-satunya sejauh ini depan publik.
Bagi pasukan Irak yang berjuang merebut Kota Mosul, kembalinya Masjid al-Nuri yang telah berusia 850 tahun ini adalah kemenangan simbolis.
Sebelumnya, pada 21 Juni, milisi ISIS meledakkan masjid tua bersejarah tersebut, termasuk menaranya yang ikonik lantaran pasukan Irak yang didukung Amerika Serikat mulai merangsek ke arah kawasan masjid. Sedangkan Menara al-Hadba sejak Juni 2014 dipasangi bendera hitam khas milik ISIS.
Melihat reaksi ISIS menghancurkan Masjid al-Nuri, pejabat Irak dan koalisi anti-ISIS menyebut penghancuran itu pertanda berakhirnya Mosul dari cengkeraman ISIS. Perdana Menteri Irak al-Abadi menyebutnya sebagai deklarasi resmi kekalahan ISIS.
Seperti diberitakan oleh kantor berita Amaq, ISIS mengklaim situs masjid tua bersejarah itu hancur terkena serangan udara AS. Namun pasukan koalisi mengatakan justru para milisi ISIS yang menghancurkan masjid tersebut.
Laporan Smith menyebutkan, tidak lama setelah ISIS meledakkan Masjid al-Nuri serta menaranya, pasukan Irak berada sekitar 50 meter dari kompleks masjid. Pengambilalihan masjid dilakukan lebih dari seminggu.
"Negara fiktif mereka telah jatuh," kata juru bicara militer Irak, Brigadir Jenderal Yahya Rasool kepada televisi pemerintah yang dikutip Reuters.
Jatuhnya wilayah Mosul di jantung ISIS pada akhirnya menandai berakhirnya separuh kekhalifahan mereka di Irak. Meskipun wilayah barat dan selatan kota masih dikuasai.
BACA:
Sementara laporan dari The New York Times menyebut bahwa Mosul masih belum sepenuhnya lepas dari kendali ISIS meski pertempuran sudah berjalan delapan bulan. Gerak pasukan Irak terhambat saat memasuki Kota Mosul.
Upaya Rumit Membebaskan Mosul dari ISIS
Operasi militer pasukan gabungan Irak dan Koalisi dimulai sejak Oktober 2016. Pasukan Irak bergerak dari selatan dan YPG Kurdi dari utara. Memasuki awal Januari 2017, tentara Irak mulai mengepung batas luar kota Mosul. Dan dari sinilah hambatan melakoni urban warfare alias perang kota dimulai. ISIS yang memahami seluk-beluk kota mempersiapkan perlawanan dengan sengit. Jalan ke jalan dan rumah ke rumah Kota Mosul adalah terowongan yang saling terkoneksi.
Taktik bom mobil bunuh diri (VBIED) ISIS menghambat gerak laju pasukan gabungan. Taktik itu membunuh cukup banyak pasukan Irak. Sampai akhir Ramadan lalu, Amaq melansir aksi VBIED ISIS di wilayat Ninawa saat mempertahankan Mosul bahkan mencapai 323 kali.
Jenderal Joseph Votel, Komandan Komando Sentral AS (CENTCOM) pada akhir Maret lalu menyebut korban tewas pada pasukan Irak mencapai 774 jiwa an 4.600 lainnya terluka.
Sejak April, ISIS yang semula masih sempat berkuasa di bagian barat Mosul berhasil didesak ke kota tua Mosul. Pilihan mereka hanya menyerah atau mencebur ke sungai Tigris sebelum akhirnya ditangkap kembali pasukan Irak di bagian timur Mosul.
Rintangan di kota tua Mosul semakin sulit. Kontur medan didominasi gang-gang sempit dan rumah saling berdempetan. Mengusir ISIS dari Mosul tidaklah mudah. Serangan udara membabi buta nyatanya tidak efektif. Mayor Jenderal Rupert Jones, wakil komandan operasi gabungan pasukan koalisi di Irak, pun mengakuinya.
"Ini adalah pertarungan yang sulit. Ini adalah pertempuran perkotaan terberat yang terjadi setelah perang dunia II," katanya kepada BBC.
Kamis kemarin, juru bicara pasukan koalisi Kolonel Ryan Dillon mengatakan bahwa pengepungan kota tua Mosul amatlah kompleks. "Kami tidak bisa memberikan spesifikasi kapan kita bakal membebaskan Mosul. Tapi seperti apa yang kita lihat, Mosul akan bebas dalam hitungan hari, bukan pekan," ujarnya, dikutip dari Iraq Newspaper.
"Berdasarkan perhitungan kami, ada sekitar ratusan militan di wilayah itu. Itu yang bikin sulit," tambahnya.
Rabu lalu, 28 Juni, saat pasukan Irak dan koalisi asyik menggempur kota tua Mosul, sekitar 70 milisi ISIS melakukan infiltrasi di garis belakang dan sukses merebut Kahraba Al Yarmuk di timur kota. Dua batalion pasukan Irak dikerahkan kembali merebut wilayah itu.
Daniel Milton dan Muhammad al-Ubaydi dalam makalah "The Fight Goes On: ISIS Contiuning Military Efforts in Liberated Cities" sudah mewanti-wanti bahwa meski sudah melakukan upaya apembebasan Mosul, kans serangan teror ISIS bisa saja terjadi. Dari 11 kota yang direbut kembali dalam kurun 2016-2017, ISIS melancarkan serangan balik hingga mencapai 1.333 kali.
Data ini bisa jadi pengingat bahwa setelah pembebasan Mosul, masalah baru lain akan datang: sel tidur yang bisa aktif kapan saja.
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Fahri Salam