tirto.id - Sepanjang musim 2017/18, Manchester United menjadi kesebelasan tersedikit kebobolan kedua di Premier League—hanya kemasukan 28 gol dari 38 pertandingan liga. Penjaga gawang United, David De Gea, kemudian menjadi simbol pengaman yang dimunculkan dalam banyak meme, salah satunya sebagai pengaman bagi pasangan yang berencana tak ingin “kebobolan”.
Jika dikaitkan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, makna kebobolan bisa menjadi lebih luas dari sekadar persoalan kehamilan. Infeksi Menular Seksual (IMS) serta Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan momok yang membuat orang bukan hanya kebobolan, melainkan juga mengalami kekalahan.
Berdasarkan data Kemenkes RI, jumlah kasus HIV yang dilaporkan pada 2005–Juni 2019 adalah 349.882, sedangkan jumlah kumulatif AIDS dari 1987–Juni 2019 sebanyak 117.064. Sebagian besar kasus disebabkan, tak lain, oleh hubungan seksual yang tidak aman.
UNAIDS, sebuah inisiatif global yang bergerak khusus untuk mencegah dan merespons epidemi HIV/AIDS, mengungkap bahwa di kawasan Asia-Pasifik, anak muda Indonesia yang terinfeksi HIV menempati peringkat ketiga terbanyak setelah Filipina dan Myanmar. Itulah mengapa pencegahan mesti dilakukan, salah satunya dengan mengandalkan pengaman paling umum—mudah ditemukan dan harga terjangkau—yaitu kondom.
Menurut studi Center for AIDS Intervention Research, jika digunakan dengan benar dan konsisten, efektivitas kondom dalam mencegah penularan penyakit bisa mencapai 90 sampai 95%. Pada 1992, jauh sebelum studi di atas, Carey R.F. dan timnya sempat melakukan penelitian untuk menguji efektivitas kondom lateks sebagai penghalang partikel HIV. Penggunaan kondom, walau ada kemungkinan bocor, secara substansial mengurangi penularan HIV empat kali lebih baik dibanding tidak menggunakannya.
“Sekarang teknologi semakin maju, pori-pori kondom juga lebih kecil. Kondom meningkatkan peluang pencegahan infeksi HIV,” ujar dr. Firman Santoso, spesialis kandungan, kepada Tirto.
Pemahaman soal peran kondom dalam kehidupan seksual masyarakat Indonesia rupanya masih cukup rendah. Ini dibuktikan dengan laporan BBC Indonesia tahun lalu soal tingkat kesadaran penggunaan kondom di Indonesia hanya sekitar 50%. Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2017 (PDF) pun mengungkap hanya separuh perempuan (49%) dan laki-laki (55%) Indonesia yang memahami bahwa pencegahan HIV dilakukan dengan setia pada satu pasangan dan konsisten menggunakan kondom. Padahal, UNAIDS mengamini jika kondom merupakan alat pencegah HIV yang efektif dan efisien.
Jika membicarakan kondom, masyarakat cenderung membangun “tembok tinggi”, apalagi kalau bukan soal stigma. Kondom identik dengan seks bebas maupun praktik prostitusi. Di beberapa daerah, razia kondom bahkan kerap dilakukan. Padahal kondom dan seks bebas tak memiliki hubungan sebab-akibat. Seks bebas akan tetap ada tanpa kondom. Malahan tanpanya jumlah orang yang terinfeksi HIV berisiko meningkat.
Anggapan bahwa penggunaan kondom membuat tak nyaman atau mengurangi kenikmatan juga tak sepenuhnya tepat. Dr. Prima Progestian, Sp.OG menerangkan jika kondom bermanfaat bagi pria yang memiliki kecenderungan prematur ejakulasi. “Kondom dapat membantu meningkatkan performa bercinta menjadi lebih tahan lama,” jelas seksolog dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya itu. Jika digunakan dengan benar, kondom justru membantu meningkatkan kualitas hubungan—memperpanjang durasi, mencegah ejakulasi dini, meminimalkan cedera terkait pelumasan, juga menjaga organ reproduksi tetap higienis.
Saat ini, sebenarnya masyarakat telah disuguhi dengan bermacam pilihan jenis kondom, misalnya produk-produk dari DKT Indonesia. Mulai dari Kondom Sutra, Kondom Fiesta, Supreme Premium Condoms, hingga Kontrasepsi Andalan bisa dengan mudah ditemukan hingga ke jaringan toko swalayan. Kondom harus terdistribusi secara merata agar pencegahan HIV mampu menjangkau berbagai segmen, mulai dari kalangan menengah, atas, hingga kalangan masyarakat bawah.
Selain menjadi pionir pemasaran sosial kontrasepsi, DKT Indonesia juga merupakan mitra Kemenkes RI dan Komisi Penanggulangan AIDS yang telah berkontribusi terhadap program pencegahan HIV/AIDS dari sektor swasta sejak 1996.
DKT Indonesia pun secara aktif mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan reproduksi dengan rutin berkonsultasi kepada ahlinya. Tembok besar soal stigma kontrasepsi maupun perasaan tak nyaman saat berkonsultasi seputar reproduksi pun kini telah dijembatani dengan adanya layanan konsultasi gratis Halo DKT yang dapat diakses melalui nomor telepon 0800-1-326459 (bebas pulsa).
Medical Representatives andal dan terpercaya akan memberikan informasi tak hanya soal pencegahan IMS dan HIV/AIDS, tetapi juga seputar kesehatan reproduksi, perencanaan keluarga, dan penggunaan alat kontrasepsi. Konsultasi bisa dilakukan mulai Senin hingga Jumat, pukul 08.00–17.00 WIB. Semua informasi yang disampaikan terjamin kerahasiaannya. Klik untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
Kondom mencegah kebobolan. Jika memakai analogi sepakbola, selain pencegahan, tiap kesebelasan membutuhkan konsultasi dan evaluasi agar bisa menjalani pertandingan dengan lebih baik. DKT Indonesia hadir sebagai paket komplet untuk mencapai pertahanan yang sempurna.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis