tirto.id - Pandemi tidak hanya merampas kebebasan banyak orang, merenggut kesehatan dan nyawa, tapi juga menghilangkan hajat hidup orang banyak, termasuk para pekerja seni. Pada April 2020, American for the Arts mengadakan survei pada 10.000 pekerja seni di Amerika Serikat.
Hasil survei yang berjudul COVID-19 Impact Survey for Artist and Creative Workers itu kemudian memberikan fakta yang tak mengejutkan: 62 persen responden kehilangan pekerjaan, dan 95 persen responden mengalami kehilangan pendapatan. Itupun, kerugian yang di survei masih dianggap sebagai awal mula dari masa kerontang yang panjang.
“Banyak organisasi yang melaporkan tentang dampak negatif pandemi, tapi sekarang masih terlalu dini untuk memperkirakan jumlah kerugian finansial. Menurut kami, kerugian akan terlihat makin jelas dalam beberapa waktu ke depan,” tulis pengurus Americans for the Arts.
Di Indonesia, hal serupa juga terjadi. Menurut survei yang dilakukan Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi (Sindikasi), sekitar 32,8 persen dari 139 responden mengaku kehilangan potensi pendapatan >Rp1 juta - Rp5 juta. Untuk bertahan hidup, sekitar 41,6 persen responden harus menguras tabungan.
Selain para pekerja seni dan kreatif, yang juga terpukul keras oleh pandemi adalah usaha mikro kecil menengah (UMKM). Menurut Rosan Roeslani, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), ada 30 juta pengusaha UMKM yang tutup pada masa pandemi ini.
Tak hanya itu, UMKM juga mengalami banyak efek buruk pandemi: gangguan permintaan domestik, gangguan produksi, hingga pembatalan kontrak. Padahal, UMKM mempekerjakan lebih dari 116 juta orang, atau sekitar 97 persen dari total tenaga kerja Indonesia.
“Dari penjualan bulanan UMKM, April itu hampir 50 persen tutup sementara, lalu yang penjualan bulanannya turun 37,7 persen. Jadi kalau yang kita gabungkan, angkanya menjadi 87,7 persen (yang terdampak),” kata Roeslan.
Terus Bergerak, Terus Berdaya
Bayu Fajri adalah salah satu pekerja seni yang mengalami kesulitan besar ketika pandemi datang. Bisnisnya, Bayusvara, bergerak di bidang penyewaan sound system sejak 2012. Pandemi membuat event tidak boleh diselenggarakan, otomatis bisnisnya mangkrak. Meski tak punya pemasukan sama sekali, Bayu juga tak ingin memecat karyawannya yang berjumlah hampir 20 orang.
Akhirnya setelah berdiskusi, Bayu dan para karyawannya memutuskan sementara ganti haluan bisnis: jasa titip belanja dan antar barang kebutuhan pokok. Usaha baru ini mereka namakan Segarsvara, dan pernah menerima pesanan hingga 25 order per hari. Bisnis baru Bayu tentu tak serta merta berjalan mulus. Dia juga mengalami hambatan seperti kurangnya promosi, dan kesulitan berkomunikasi secara digital.
Hingga kemudian Bayu berkolaborasi dengan Beawiharta, seorang fotografer yang punya keahlian sebagai visual storyteller. Mereka bekerja sama, dengan Beawiharta membantu Bayu agar brand building Segarsvara bisa lebih maksimal dalam pemasarannya. Beawiharta berhasil menyampaikan cerita visual tentang kegigihan Bayu dan timnya untuk terus bertahan, terus bergerak, berdaya, dan berjuang secara kreatif meski masa sulit mengepung.
Kerjasama antara Bayu dan Beawiharta ini bisa terwujud berkatmovement yang bertema “Berjuang dengan Berkreasi” yang diselenggarakan oleh IM3 Ooredoo, komunitas kreatif @kreatif.hub, dan didukung oleh Smesco Indonesia. Di acara ini juga hadir Fahroni Arifin (SVP Head of Brand Management & Strategy Indosat Ooredoo), Leonard Theosabrata (Direktur Utama Smesco Indonesia), juga Nicholas Aristia (Founder KreatifHub).
Menurut Fahroni, acara ini terinspirasi oleh besarnya semangat generasi muda dalam berjuang dan melakukan cara-cara kreatif untuk terus bertahan di masa sulit. “Mengkolaborasikan para UMKM dan pekerja kreatif adalah salah satu cara untuk mendorong bisnis lokal tetap berkembang.”
Kolaborasi antara pekerja kreatif dan UMKM bisa menghasilkan banyak hal baik. Selama ini, pelaku UMKM banyak kebingungan menghadapi dunia digital yang bergerak amat cepat. Pemasaran konvensional mulai perlahan ditinggalkan. Di sana, seorang pekerja seni kreatif dan pelaku UMKM bisa bersinergi dan saling bantu.
“Kreator,” ujar Nicholas, “dapat membantu brand dari segi visual agar lebih diingat oleh banyak orang melalui cerita yang relatable.”
“Dan sekarang di era digitalisasi, UMKM harus bisa terakselerasi, karena mereka sudah tidak lagi dapat mengandalkan pemasaran tradisional saja,” tambah Leonard.
Nantinya, rangkaian webinar dan workshop ini akan dilakukan di seluruh Indonesia, agar tercipta makin banyak kolaborasi menarik, seperti yang dilakukan oleh Bayu dan Beawiharta. Selain itu, IM3 Ooredoo dan @kreatif.hub akan mengadakan kompetisi konten kreatif yang bisa diikuti oleh UMKM dengan pekerja kreatif.
Akan ada 3 kategori lomba konten ini, yakni fotografi, videografi, dan desain ilustrasi. Periode lomba akan diadakan dari 8 hingga 30 September 2020. Tentu saja, ada total hadiah puluhan juta rupiah yang disediakan bagi para pemenang. Untuk detail informasi seputar webinar, workshop, dan kompetisi, silakan tengok di akun Instagram @kreatif.hub.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis