tirto.id - Tak perlu waktu lama bagi sebagian pendukung Ahok meluapkan kejengkelan di media sosial terhadap Joko Widodo (Jokowi) usai mengumumkan Ma’ruf Amin sebagai cawapres. Alasan yang bikin Ahokers jengkel adalah Ma’ruf nyata-nyata berperan menyeret Ahok ke penjara, baik melalui fatwa yang dikeluarkan MUI maupun saat Ma'ruf menjadi saksi memberatkan Ahok di persidangan.
Sadar bakal kehilangan suara potensial dari para pendukung Ahok, kubu Jokowi lekas-lekas bikin klaim bahwa Ahok mendukung keputusan Jokowi. Mula-mula, klaim Ahok mendukung Jokowi-Ma’ruf disampaikan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. Ia bilang Ahok bukan cuma dukung tapi siap berkampanye untuk Jokowi. Namun, belakangan klaim ini dibantah adik sekaligus pengacara Ahok Fify Lety Tjahaja Purnama.
Setelah bantahan Fify, politikus PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat, juga mengklaim Ahok telah mendukung Jokowi. Dukungan itu menurut Djarot disampaikan Ahok di Rumah Tahanan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok.
Terlepas dari benar tidaknya klaim Djarot, Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengakui dukungan tokoh sekaliber Ahok kepada Jokowi-Maruf sangat penting untuk menambah suara di Pilpres 2019. Ahok, katanya, adalah tokoh yang bisa menggerakkan pendukungnya menjadi relawan.
“Ya kalu kita lihat ya namanya kampanye kan kita mencari dukungan dari tokoh, masyarakat, dan lainnya. Itulah kerja tim kampanye,” kata Hasto, di Jalan Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (18/8/2018).
Optimisme dukungan Ahok ke Jokowi-Ma’ruf juga muncul dari Sekretaris Kaderisasi DPP PDIP, Eva Sundari. Menurutnya, "Tidak ada alasan tidak mendukung Jokowi bagi Ahok, keduanya satu visi - mensejahterakan rakyat."
Pertanyaannya apakah dukungan Ahok kepada Jokowi akan menguntungkan atau justru malah bikin buntung?
Bikin Buntung
Adi Prayitno, peneliti The Political Literacy menilai klaim dukungan Ahok yang terus difabrikasi politikus PDI Perjuangan akan kontraproduktif bagi perolehan suara Jokowi. Menurutnya, dukungan Ahok dapat menciptakan kekecewaan dari pendukung Ma’ruf saat aksi unjuk rasa 411 dan 212 di Monas pada 2016 lalu.
“Tidak semua pendukung Kiai Ma’ruf itu NU. Banyak muslim yang mendukung Kiai Maruf itu anti-Ahok," kata Adi kepada Tirto.
Adi mengatakan pendukung Ahok dan pendukung Ma’ruf sama berkarakter fanatik, bahkan cenderung melihat persoalan secara hitam dan putih alias benar salah. “Itu akan merepotkan kalau mereka justru berselisih paham,” kata Adi.
Tak cuma itu, menurut Adi, apabila dukungan Ahok tidak dikelola dengan baik, justru hal ini bisa menjadi bumerang yang menyeret kembali Jokowi pada isu pembela penista agama seperti 2017 lalu. Sehingga, kata Adi strategi Jokowi memilih Maruf Amin untuk menggaet suara muslim tidak akan berdampak signifikan dan justru bisa menguatkan kembali dukungan ulama-ulama 212 ke kubu Prabowo-Sandiaga.
“Ini belum ditambah NU kultural yang masih kemungkinan juga tak mendukung Jokowi dan Kiai Ma’ruf. Bisa jadi malah Prabowo dapat limpahan suara besar,” kata Adi.
Bawa Untung
Berbeda dengan Adi, Peneliti Lingkaran Survei Indonesia Rully Akbar menilai dukungan Ahok kepada Jokowi-Ma’ruf bisa bawa keuntungan. Sebab dukungan itu bisa ditafsirkan kubu Jokowi tidak ada masalah antara Ahok dengan Jokowi dan Ma’ruf. “Suara-suara golput yang selama ini muncul setelah pemilihan Ma’ruf akan bisa diredam,” kata Rully kepada Tirto.
Seperti halnya kata Hasto, Rully mengatakan dukungan Ahok penting karena ia memiliki banyak pendukung yang bisa dimanfaatkan menjadi relawan pemenangan Jokowi. "Kalau kita lihat pendukung Ahok itu solid, ya," kata Rully.
Tak cuma itu, menurut Rully, dukungan Ahok bisa semakin menghalau kubu Prabowo-Sandiaga memecah belah dukungan kepada Jokowi-Maruf. "Karena bisa saja mereka memainkan isu bahwa Jokowi memang tidak memikirkan nasib Ahok," kata Rully.
Eva Sundari juga tidak khawatir status Ahok sebagai terpidana kasus penodaan agama memberi efek buruk bagi Jokowi. Sebab menurutnya tindakan kriminal yang dilakukan Ahok tidak bisa disematkan begitu saja ke Jokowi. “Penanganan kriminal itu berdasar ‘tindakan’, tidak bisa tindakan A ditempelin ke B,” ujarnya.
Eva mengatakan Jokowi tidak pernah menistakan agama apa pun, tapi justru berusaha menciptakan harmonisme antaragama dengan dukungan Ahok dan menggaet Maruf Amin sebagai cawapres. “Jika Jokowi distempel penista, itu urusan non-elektoral, politik abal-abal,” kata dia.
Ketua DPP Nasdem, Irma Suryani Chaniago juga menilai dukungan Ahok tidak akan membawa efek buruk pada usaha memenangkan Jokowi-Ma’ruf.
"Enggak ada masalah. Lho, presidennya kan Jokowi. Mereka kan bukan sendiri-sendiri dalam memerintah. Pendukung hari ini itu sudah cerdas dan dewasa," kata Irma.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Jay Akbar