Menuju konten utama

Ketua KPK: Hati-hati Pilih Calon dari Dinasti Politik

Ketua KPK Agus Rahardjo mengingatkan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih calon pemimpin atau kepala daerah dari dinasti politik.

Ketua KPK: Hati-hati Pilih Calon dari Dinasti Politik
Ketua KPK, Agus Rahardjo. Antara Foto/Hafidz Mubarak A.

tirto.id - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo mengingatkan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih calon pemimpin atau kepala daerah dari dinasti politik. Karena pengalaman KPK menunjukkan seringkali generasi penerus dari dinasti tersebut dikendalikan oleh orang yang sebelumnya memerintah.

Pernyataan tersebut disampaikan Agus pasca-penangkapan Wali Kota Cimahi, Atty Suharty dan suaminya M. Itoc Tochija, yang juga pernah menjadi Wali Kota Cimahi 2002 – 2012. Menurut dia, masyarakat harus mempertimbangkan betul-betul untuk memilih calon dari dinasti politik ini.

“Ke depan masyarakat harus mempertimbangkan betul dalam memilih kepala daerah. Harapan kita kalau ada kepala daerah yang sering disebut dinasti seperti ini harus dipertimbangkan betul-betul apakah penerusnya kompeten dan berintegritas tinggi,” ujarnya dikutip Antara.

Seperti diketahui, Atty dan Itoc dalam perkara yang ditangani KPK ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi penerimaan suap terkait dengan pembangunan Pasar Atas Baru tahap II di Cimahi senilai Rp57 miliar.

Nilai komitmen suap kepada Itoc mencapai Rp6 miliar yang berasal dari dua pengusaha Triswara Dhanu Brata dan Hendriza Soleh Gunadi.

“Pengalaman kami di KPK, ternyata generasi penerus dari dinasti tadi dalam banyak kesempatan dikendalikan oleh orang yang sebelumnya memerintah. Kasus ini juga, suami yang bersangkutan adalah wali kota Cimahi dua periode kemudian digantikan istrinya,” ujarnya.

“Istrinya itu hampir selesai memerintah dan mau pemilihan lagi. Dalam penyelidikan kami kelihatan kalau si istri dikendalikan suaminya,” kata Agus menambahkan.

Itoch Tohija adalah Wali Kota Cimahi 2002-2012 dan Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Golongan Karya (Golkar) Cimahi. Namun, Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar menetapkannya berstatus non-aktif penetapatan status tersangka dari KPK.

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) di KPK, Atty terakhir melaporkan hartanya pada 9 Juli 2012 dengan jumlah total harta senilai Rp7,033 miliar.

Kekayaan Atty tersebut terdiri atas tanah dan bangunan senilai Rp6,28 miliar yang berada di dua lokasi di kota Bandung, mobil Nissan Serena senilai Rp180 juta, dua lahan pertanian senilai Rp496,389 juta. Atty juga memiliki harta bergerak senilai Rp10,2 juta; giro dan setara kas lain sejumlah Rp65,373 juta.

Baca juga artikel terkait DINASTI POLITIK atau tulisan lainnya dari Abdul Aziz

tirto.id - Hukum
Reporter: Abdul Aziz
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz